Sridewi Angkat

Sri Dewi Angkat Pegawai Kemenag Dairi ...

Selengkapnya
Navigasi Web

SEPENGGAL KISAH DALAM TUGASKU Tagur hari ke 4

Akhir-akhir ini pelayanan para guru dan kepala madrasah tingkat RA dan MI terasa semakin hangat. Terutama para Kepala Madrasah. Saya sepertinya semakin mereka manjakan. Akibatnya, saya menjadi terharu juga sedih.

Biasanya, jika ada kegiatan atau acara di kantor Kemenag yang melibatkan guru dan kepala madrasah, saya selalu berusaha untuk memanjakan dan melayani mereka. Menghidangkan teh untuk mereka adalah kebahagian tersendiri bagi saya karena mereka dulu adalah anak didik saya waktu di MAN.

Saat mereka sudah menjadi guru bahkan kepala madrasah saya selalu berusaha untuk tetap menjadi ibu bagi mereka. Jabatan saya sebagai seorang Pengawas Madrasah tingkat MI bagi saya adalah sebagai formalitas saja. Dalam pelayanan, mereka adalah anak-anak saya.

Sebenarnya, mereka risih jika saya layani, namun karena saya tak banyak bicara mereka takut protes dan meneri ma saja pelayanan saya walau hati mereka tak tega. Bagi saya, "jika mereka melaksanakan tugas dengan baik dan serius serta sungguh-sungguh di sekolahnya, maka saya merasa sudah bahagia dan bangga. Tempat kerja yang jauh dari rumah, bahkan ada jalan ke madrasah yang tidak bagus namun mereka tetap melaksanakan tugas, sangat membuat saya merasa terharu atas pengabdian mereka dan saya harus melayani serta membahagiakan mereka." Begitulah dalam pikiran saya.

Sekarang situasi telah berganti. Sekarang mereka yang melayani saya. Setiap datang ke kantor, mereka akan membawa oleh-oleh makanan kesukaan saya serta menghidang kan secangkir kopi yang manisnya pas dengan kesukaan lidah saya. Hati saya sebenarnya jadi sedih atas pelayanan mereka karena saya merasa bahwa mereka melakukan itu karena tak lama lagi saya akan pensiun. Pernah saya.protes atas sikap mereka namun mereka berkata "moso kami terus ummi layani, gantianlah" kata mereka sambil memeluk saya. Saya berusaha keras menahan air mata yang hampir mengalir.

🌷🌷

Pagi ini, gerimis turun agak rapat, membuat yang ingin keluar, harus mengenakan payung atau mantel hujan. Saya tak keluar kantor hari ini karena kepala madrasah telah menginformasikan bahwa akan datang mengantar Simpatika untuk ditandatangani pengawas dan menyelesaikan urusan lainnya. Jadi saya menunggu di kantor saja.

Pukul 10.30 tiga orang Kepala Madrasah tingkat MI yang masih muda-muda itu telah hadir di kantor. Ada yang membawa mie ada pula yang membawa kue. Ruangan pengawas jadi ramai. Sebenarnya, saya telah membuat aturan bahwa Kepala dan guru boleh datang ke kantor hanya setelah jam kerja di madrasah selesai. Tapi berhubung dengan situasi pandemi, jam berapa pun mereka datang, pengawas akan melayani.

"Lama nanti ummi pengawas tidak kami lihat" kata bu Isni dan bu Ani bersamaan.

"Kani lama diklatnya ummi" sambung bu Ita

"Berapa hari kalian diklat" tanya saya karena saya telah mengetahui dari staf Kasi Pendidikan bahwa mereka dipanggil untuk diklat di Balai Diklat Provinsi.

"Dua puluh empat hari ummi," jawab bu Isni.

"Sebentar nya itu,"saya asal jawab

"Iyakan ajalah" kata bu Ani. Kami pun tertawa. Saya buka bungkus mie kuning yang dibungkus plastik putih itu. Saya pindahkan ke piring yang sudah disiapkan oleh bu Isni. Aromanya membuat perut saya tak sabaran.

"Kalian tidak makan?" Tanya saya

Mereka tertawa menahan selera. Saya tahu, mereka juga suka makan mie. Namun untuk menjaga berat badan, mereka pun menahan selera. Tapi tatapan mereka tak lepas dari aktifitas saya menghabiskan mie dari piring.

"Cemburu saya melihat ummi ini. Tiap hari makan mie tapi tetap langsing" kata bu Ani. Saya tertawa sambil mendekatkan cangkir kopi ke bibir saya. Aroma kopi samgat menggoda.

"Besok kami berangkat ummi pengawas. Teman-teman di madrasah telah saya kondisikan" kata bu Isni.

"Saya juga" bu Ani menimpali.

"Saya pun sudah" lanjut bu Ita

Saya tertawa. Saya tau maksud mereka.

"Insya Allah saya akan sering berkunjung ke madrasah selama kalian diklat " saya menenangkan hati mereka.

"Syukron ummi" mereka seakan koor. Kami tertawa lagi. Koor juga.

Jam kerja telah usai. Saya beranjak pulang setelah selesai shalat ashar. Saya tinggalkan Kepala madrasah yang sedang shalat ashar. Sejak musim covid ini, kami tak pernah lagi berjamaah di mushola. Kami utamakan kaum laki-laki yang terlebih dahulu shalat

Sdk, 12 Oktober 2020

Tantangan menulis gurusiana hari ke 4

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kereeen cerpenya. Sukses selalu. Salam literasi

12 Oct
Balas

Keren cerpennya, bunda . Salam literasi dan salam kenal

12 Oct
Balas

Keren Bu alurnya mengalir bagaikan air Sungai Deras

12 Oct
Balas

Mantap, tetap semangat. Salam literasi

12 Oct
Balas

Keren.....tetap terus semangat...Salam sukses selalu

12 Oct
Balas

Terima kasih pak Pujarsono salam literasi dan salam sukses untuk kita semua.

12 Oct

Lanjutkan. ...semangat bunda.

14 Oct
Balas



search

New Post