BICARA BAIK ATAU DIAM (855)
Pada suatu pagi yang cerah, seperti biasa, seorang istri melayani suaminya makan. Dengan senang hati, dia menyendokkan nasi ke atas piring dan mempersilahkan suaminya untuk mulai makan. Sambil minum teh, sang istri mendampingi suaminya hingga selesai makan. Setelah menyelesaikan makan paginya, sang suami berkomentar kepada istrinya, "Masakan si Anu (adik suami) lebih enak daripada masakan ini." Mendengar komentar tersebut, hati sang istri langsung terasa "down". Dia merasa telah gagal membuat suaminya bahagia dengan masakannya, padahal dia melihat suaminya lahap makan dan menghabiskan makanan yang ada di piringnya. Dengan memendam rasa kecewa, sang istri membereskan piring bekas makan suaminya.
Pelajaran apa yang dapat diambil dari kejadian ini? Cerita tersebut menggambarkan bagaimana komentar yang tidak bijaksana dari suami dapat melukai perasaan istrinya, meskipun mungkin tidak ada niat buruk di balik komentar tersebut. Dalam Islam, ada ajaran dari Al-Qur'an dan Hadis yang mengingatkan kita untuk menjaga perkataan dan menghindari ucapan yang bisa menyakiti hati orang lain, terutama pasangan hidup.
Dalam Al-Qur'an, Surah Al-Hujurat ayat 11, yang artinya: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok), dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita lain (karena) boleh jadi wanita (yang diolok-olok) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok). Janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran-gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barang siapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim." Selanjutnya dalam hadis Riwayat Al-Bukhari dan Muslim:Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: "Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam." Ditambahkan dalam Hadis Riwayat At-Tirmidzi: dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: "Dikatakan kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bahwa seorang wanita salat malam, puasa di siang hari, beramal, dan bersedekah, tetapi dia menyakiti tetangganya dengan lisannya. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, 'Tidak ada kebaikan padanya, dia di neraka.' Mereka berkata lagi, 'Ada wanita lain yang hanya salat fardhu dan bersedekah dengan sepotong keju, tetapi tidak menyakiti siapa pun.' Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, 'Dia di surga.'"
Kesimpulan, dari ayat dan hadis tersebut, kita diajarkan untuk berkata yang baik atau lebih baik diam jika perkataan kita bisa menyakiti orang lain. Dalam konteks cerita, suami seharusnya lebih berhati-hati dalam berkomentar mengenai masakan istrinya. Perkataan yang bijaksana dan penuh kasih sayang sangat dianjurkan dalam hubungan suami istri agar tidak menyakiti perasaan satu sama lain. (srie2502)
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Ingat sama masakan istri yang keasinan, no comment but i am understanding don't angry