Srie Faizah Lisnasari Lubis

Lahir di Padang Sidempuan, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara pada tanggal 25 Februari 1967. Menamatkan pendidikan S1 di Inst...

Selengkapnya
Navigasi Web
BILA LELAH, ISTIGHFAR DAN ISTIRAHATLAH   (806)

BILA LELAH, ISTIGHFAR DAN ISTIRAHATLAH (806)

Membaca tulisan seorang ibu muda di Facebook tentang lelahnya menjadi seorang ibu yang dalam keseharian mengurus rumah tangganya, membuatku ingin menyampaikan sesuatu padanya dan para pembaca lain yang merasakan hal yang sama. Keadaan seperti itu juga pernah kurasakan di usia-usia perkawinan yang masih muda dan disibukkan dengan urusan “printilan”, kehebohan mengurus anak-anak, suami dan rumah. Semuanya harus beres, dan mengusahakan seisi rumah merasa nyaman dan terlayani.

Seiring dengan berjalannya waktu, semua kesibukan itu akhirnya berlalu. Anak-anak sudah besar dan sibuk dengan urusannya masih-masing. Hanya di waktu makan dan sholat berjamaah saja, baru dapat berjumpa dan ngobrol seadanya. Itupun tidak penuh sesuai jadwal makan dan sholat 5 waktu. Suamipun sudah pensiun dan lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah, dan tidak banyak tuntutan lagi untuk menambah harta sebagai investasi masa depan, namun lebih kepada kebutuhan perhatian dan kasih sayang dari seisi rumah.

Perjalanan perkawinan yang sudah memasuki usia ke 24 tahun, membuatku belajar betapa menjadi seorang ibu itu memerlukan pengetahuan umum dan agama serta mental baja. Betapa tidak, untuk seorang pemula, perkawinan dianggap sesuatu yang menyenangkan dan tempatnya menerima kebahagiaan. Bisa berupa perhatian dan kasih sayang suami, dilayani, dipuji, diberikan belanja dan biaya untuk keperluan rumah tangga plus biaya untuk mempercantik diri dan sebagainya bentuk-bentuk pelayanan. Faktanya ternyata berbeda, semua tidak seperti yang dikhayalkan. Semakin rusuh hati ini mempertanyakan adanya “kesenjangan antara harapan dan kenyataan itu”, justru aku tidak pernah mendapatkan jawabannya.

Sampai pada satu keadaan, aku diperkenankan Allah mengalami suatu peristiwa, yang akhirnya memberiku hikmah dan pelajaran yang berharga. Suami dan anakku terkena Covid-19, yang saat itu taruhannya adalah nyawa. Suami diisolasi di rumah sakit dan anak diisolasi di rumah, namun aku tak bisa mengurus mereka secara langsung. Semua harus berjarak dan dengan perantara. Beberapa minggu berlalu dalam keadaan itu, aku berada dalam kesepian dan kecemasan. Terbayang jika mereka “pergi”, dan tak ada yang menyibukkanku lagi. Semua terasa hampa, termasuk ranjang kami yang aku tak mampu tidur di sana selama suami dirawat di rumah sakit.

Ternyata pelajaran yang diberikan Allah dengan cara-Nya itu, memberikan pelajaran berharga dalam jiwaku. Allah memberiku kesempatan lagi untuk dapat hidup bersama dengan suami dan anak. Mereka diberikan Allah kesembuhan dan kembali ke rumah, yang tentunya untuk ini, mereka memerlukan perawatan dan perhatian yang ekstra. Apa-apa yang masih kumiliki pada diri ini, coba kuintrospeksi. Kukerahkan segenap waktu, tenaga, biaya dan perhatian untuk proses pemulihan mereka. Hatiku berucap: “ladang pahalamu kini, sedang ada di depan mata, jangan sia-siakan kesempatan berharga ini”. Sejak itu mindset kurubah, bahwa berperan sebagai istri dan ibu di rumah tangga merupakan pengabdian terbesar bagiku dan peluang beramal yang tidak mesti kucari jauh kemana-mana. Apapun yang kukontribusikan ke dalam keperluan rumah tangga kuanggap sedekah dan kuniatkan “lillahi ta’ala”. Penghasilan yang kuperoleh dari tempat bekerja di luar rumah, kuanggap merupakan rezeki mereka, namun datangnya melalui tanganku.

Satu hal yang sering membuatku tertegun belakangan ini dalam mempelajari Quran dan hadits tentang suami-istri-anak-keluarga, betapa berat pertanggungjawaban suami kelak di akhirat, sebab selaku kepala rumah tangga, dia akan dimintai pertanggungjawaban terlebih dahulu atas dosa dan kesalahan istri, anak dan keluarganya. Bukan hanya dosanya saja yang harus dipertanggungjawabkan, namun dosa orang seisi rumah. Sehingga istri, anak dan keluarga perlu bekerjasama dalam hal ini, untuk ikut meringankan pertanggungjawaban tersebut dengan cara taat pada suami dan ayah bagi anak-anak. Bukankah dalam Quran suah ada peringatan yang artinya: "Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan." (Al-Quran 66:6). Besarnya tanggungjawab suami sebanding dengan hak yang diberikan Allah padanya, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang artinya: “Seandainya aku memerintahkan seseorang untuk sujud pada yang lain, maka tentu aku akan memerintah para wanita untuk sujud pada suaminya karena Allah telah menjadikan begitu besarnya hak suami yang menjadi kewajiban istri” (HR. Abu Daud)

Satu hal lain yang membuatku tersadar sebagai istri setelah membaca hadits: “Wanita mana saja yang meninggal dunia lantas suaminya ridha padanya, maka ia akan masuk surga.” (HR. Tirmidzi no. 1161 dan Ibnu Majah no. 1854. Abu Isa Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan gharib. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan). Bukankah tujuan utama setiap muslim adalah surga? Betapa beruntungnya menjadi seorang istri jika dibandingkan dengan wanita yang hidup sendiri, karena masih punya suami yang menjadi penanggungjawab dirinya dan nilai keridhoannya sangat tinggi di mata Allah. Sejelek-jeleknya sikap dan peran suami yang dialami istri (menurut tuntutan ibu muda kepada suaminya dalam tulisan lain), tetaplah suami merupakan penanggungjawab utama bagi dirinya dan hanya dengan ridhonya (suami) maka pintu surga akan terbuka baginya (istri). Hal ini tidak berlaku bagi wanita tanpa suami, karena dia mesti berjuang sendiri untuk mendapatkan surga sesuai dengan amal ibadah dan amal soleh yang dilakukannya.

Di banyak kasus, banyak istri yang menggugat cerai suaminya karena merasa si suami tidak memenuhi tanggungjawabnya sebagai suami dan kepala rumah tangga. Hal ini banyak terjadi, bukan hanya pada perkawinan yang berusia masih muda bahkan pada usia perkawinan yang sudah sangat tua (lama). Padahal jika dia faham dan maklum dalam hal “keridhoan dan besarnya tanggungjawab suami atas diri istri” ini, mungkin dia akan merubah mindsetnya tentang konsep berumah tangga dan berupaya agar mereka memperbaiki keadaan rumah tangganya dan mempertahankannya dengan segala cara.

Dalam hadits lain: “Jika seorang wanita selalu menjaga shalat lima waktu, juga berpuasa sebulan (di bulan Ramadhan), serta betul-betul menjaga kemaluannya (dari perbuatan zina) dan benar-benar taat pada suaminya, maka dikatakan pada wanita yang memiliki sifat mulia ini, “Masuklah dalam surga melalui pintu mana saja yang engkau suka.” (HR. Ahmad 1: 191 dan Ibnu Hibban 9: 471. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih). Berdasarkan hadits ini, jalan istri masuk ke surga sudah cukup jelas, dengan taat pada suami.

Nah, kini permasalahan dikembalikan kepada diri kita sendiri dan para pembaca yang budiman, kebaikan segala sesuatu berasal dari pikiran (mindset) kita sendiri. Mari kita isi dengan ilmu dan iman serta amal, sehingga ketika menjalani hidup ini, kita akan senantiasa berpikir positif, bersyukur, bersabar dan ikhlas. Lebih memilih untuk “memberi” dibandingkan dengan “meminta (menuntut)”. Masih ingat kan, kalau tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah?. Apapun yang kita lakukan selalulah berniat “lillahi ta’ala”, sehingga semuanya dapat bernilai ibadah. InsyaAllah…(srie2502)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post