MENGGAPAI RIDHO ALLAH, MELALUI RIDHO IBU (Hari ke 227)
Berbicara apa saja dengannya sangat menyenangkan. Selain suaranya yang terdengar sangat bersemangat, rasa ingin tahunya yang tinggi tentang lawan bicaranya membuat perhatian kita senantiasa tertuju padanya. Pikirannya masih sangat tajam dan argumen-argumen yang dilontarkannya patut dipertimbangkan. Perbincangan yang panjang akan dapat berlangsung, dan begitu mengasyikkan sebab sangat banyak pelajaran hidup yang dapat diambil dari cerita panjang kehidupannya.
Emak, demikian kami memanggilnya. Memang dia adalah emak (ibu) dari teman SMA-ku Juniar Manurung, namun kami semua temannya sudah menganggap dan memanggilnya sebagai emak sendiri. Disamping tampilannya yang begitu berwibawa dan mengayomi, juga karena sosok ibu sangat kami rindukan karena ibu sesungguhnya sudah lama kembali keharibaan-Nya.
Emak bernama lengkap Hj. Siti Nurmaya Siregar, lahir di Batang Toru, 18 Juli 1934 lebih kurang 86 tahun yang lalu. Dari pertemuanku sore itu dengannya, dia mengisahkan banyak cerita panjang kehidupannya. Bermula dari kisah hidupnya yang sudah ditinggal kedua orang tua sejak balita, membuat takdir hidupnya diangkat oleh uwaknya sendiri sebagai anak angkat. Kala itu profesi orang tua angkatnya sebagai seorang Duane di pelabuhan Belawan. Duane merupakan pegawai pemerintahan yang bertugas mengawasi pelabuhan udara atau laut.
Emak Siti kecil tumbuh menjadi gadis cantik dalam pengasuhan uwaknya tersebut dan takdir mempertemukannya dengan seorang pemuda berprofesi sebagai tentara bernama Letnan satu (Lettu) Nur Agus Raharsyah Manurung di kawasan tersebut. Rasa cinta yang tak terduga datang demean sendirinya dan tak dapat ditolak. Semula rencana cinta keduanya akan diwujudkan dalam restu orang tua dalam indahnya perkawinan ternyata mendapat tantangan dari calon ibu mertua. Betapa tidak, bagi sang perwira rupanya sudah disiapkan calon istri oleh ibunya dari kalangan saudara sendiri (pariban). Namun saat itu keduanya tetap bertekad untuk melangkah terus menyatukan cinta mereka, apapun tantangannya.
Permasalahan demi permasalahan muncul dalam perkawinan mereka, pria kelahiran Kisaran, 5 Mei 1924 suami emak ini terus mendapat tantangan dari kedua orang tua dalam kehidupan perkawinannya yang membuat dia harus banyak meninggalkan keluarganya. Kondisi tak stabil ini membuat emak, harus melakukan sesuatu untuk menghidupi anak-anaknya. Bermodal keberanian dan keyakinan dirinya bahwa rezeki di tangan Allah, emak mulai berjualan salak di Pasar. Setiap pukul 3 dinihari, enak sudah berangkat untuk berjualan. Pasar Petisah mennjadi tempat bersejarah baginya, yang dilanjutkan ke Pasar Sei Sikambing di Medan.
Berjualan dengan gigih untuk mengidupi serta menyekolahkan anak-anaknya ternyata tidak sia-sia. Dari tujuh anak yang dilahirkannya, hampir semua dapat di sekolahkan, tamat SMP, SMA, Sarjana dan bahkan ada yang sampai Pascasarjana. Dua anaknya yang hanya sekolah sampai SMP terdampak dari keharusan mereka menolong si Emak berjualan di Pasar. Jasa mereka sangat besar terhadap saudara mereka yang lain, yang beruntung mengenyam pendidikan di jenjang yang lebih tinggi. Dua puluh lima tahun dilakoni Emak sebagai penjual salak di Pasar untuk menyambung kehidupan mereka anak beranak. Sementara itu pernah satu kali, si ayah pulang ke rumah dan kala itu si bungsu Juniar Manurung sudah duduk kelas II SD melihat ayahnya, dia tidak mengenali ayahnya sama sekali karena hampir tak pernah bertemu.
Sebenarnya suami emak, tergolong anak yang memiliki orang tua kaya raya di daerah asalnya Kecamatan Buntu Pane di Kabupaten Kisaran. Istilah bagi kedua orang tuanya dijuluki “tuan takur” karena memiliki tanah yang sangat banyak, dan suami Emak juga hanya dua bersaudara. Namun karena perkawinan emak tidak direstui, kondisi inilah yang membuat emak harus banting tulang menghidupi keluarga sendiri sebab suami berada pada dua dilemma, orang tua dan keluarga sehingga membuatnya sering meninggalkan keluarga.
Ketika di tahun 1992, anak emak yang paling bungsu, beruntung diterima menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS), serta merta dia menawarkan kepada Emak untuk berhenti berjualan, sebab sudah tidak ada lagi yang perlu dibiayainya, saatnya sekarang istirahat dan hidup senang. Namun Emak minta waktu sepulang melaksanakan Haji saja baru dia berhenti. Setelah 1993 niat berhajinya terlaksana, maka di tahun 1994 Emak mememnuhi janjinya untuk berhenti berjualan.
Di penghujung perjalanan hidupnya, Sang Mertua yang tidak merestui perkawinan Emak dan Ayah, jatuh sakit dan memerlukan perawatan intensif. Emak dengan tangan ringan dan penuh keikhlasan merawat ibu mertuanya tersebut sampai empat tahun lamanya hingga dia berpulang kehadirat Ilahi Rabbi, tepat di pangkuan si Emak. Di penghujung usianya itulah si Emak baru mendapatkan restu dari ibu mertua. Walaupun terasa terlambat namun masih patut disyukuri keadaan itu akhirnya datang juga. Warisan tanah yang luas itu akhirnya menjadi bagian ayah yang seterusnya menjadi milik emak dan anak-anaknya.
Kini emak yang sudah memiliki 21 cucu dan 32 cicit ini, sedang menikmati hidupnya di usia 86 tahun. Dia dapat meminta di rumah siapa dia mau menetap dan berapa lama dia suka. Semua cucu dan cicit siap siaga membantu. Si ayah yang sudah terlebih dahulu menghadap Ilahi sempat juga merasakan kehangatan keluarga sejak ibunya merestui perkawinan mereka di ujung hidupnya. Setiap tahun Emak meminta dibawa jiarah ke makam ayah dan pemakaman kosongpun di sebelah ayah dimintanya disiapkan apabila dia akan menyusulnya kelak.
Motivasi yang kuat, daya juang yang keras serta keyakinan akan perlindungan serta pertolongan Allah SWT membuahkan hasil yang baik di dalam perjalanan kehidupan Emak. Semoga Pembaca dapat mengambil hikmah dan inspirasi dari kisah nyata ini. (srie2502)
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Kereeeen bgt bu tulisannya. Sukses terus ya bu