Sri Endang Hastini Hasibuan

Nama ...

Selengkapnya
Navigasi Web

Menatap Senja

Ana dan Tari pun seketika menghentikan langkahnya , sebab ada suara perempuan yang memanggil Ana dan terdengar sangat tidak asing ditelinganya.

“Ana…”

Ana melihat kearah suara itu.

“Ibuk…ada apa Buk Dewi?”

“Saya mau minta tolong sama kamu.”

“Tolong apa ya Buk…kalau bisa pasti saya bantu Buk.”

“Kamu mau nggak kalah jadi asisten saya, ya…membantu saya ketika ada jam saya masuk kelas, membantu sebisa kamu tugas-tugas saya.”

“Tapi Buk…saya kan baru masuk semester dua, masa iya saya jadi asisten Ibu?”

“Saya percaya kamu pasti bisa, kemampuan kamu bahkan di atas mehasiswa semester akhir Nak, saya juga suka dengan penampilan kamu yang sangat bersahaja. Gimana? Kamu mau kan?”

“Tapi Ibuk akan mengajari saya kan?”

“Tanpa diajari juga kamu sudah bisa Ana.”

“Tapi saya nggak pede Buk.”

“Saya akan bombing kamu, yang penting sekarang kamu mau kan?”

“Iya, saya coba Buk.”

“Alhamdulillah…kamu ke ruangan saya ya…ada beberapa draf yang harus kamu pelajari terkait pekerjaan kamu nanti.”

“Baik Buk.”

“Tari..temenin aku ya.”

“Ok Buk dosen.”

“Apa an sih…”

“Iya kan sekarang asisten, besok-besok jadi dosen, ya kan Buk Dewi?”

“Iya betul sekali Tari.”

Mereka pun berbalik arah berjalan menuju ruangan Buk Dewi. Tiba disana, Ana di brefing tentang tugas-tugasnya selama menjadi asisten Buk Dewi.

“Ana…minggu depan,saya ada seminar di Yogja selama tiga hari, jadi mulai minggu depan kamu masuk ke kelas saya, ini semua bahan untuk kamu ajarkan ada di laptop saya, ini kamu bawa aja supaya kamu bisa mempelajarinya di rumah.”

“Baik Buk…tapi sebelum berangkat, Ibuk kasi koreksi dulu waktu saya latihan nanti.”

“Boleh…Dan Ana, kamu nggak usah khawatir, mahasiswa di kelas saya baik-baik kok, kamu jangan takut.”

“kalau gitu saya permisi ya Buk,Assalamualiakum.”

“Waalaikumsalam, semangat ya Ana.”

Ana mengangguk sembari pamit ke Buk Dewi.

Ana tak tahu kalau sejak tadi ada seseorang yang memperhatikannya ketika berbincang dengan Buk Dewi.

Di sisi lain, Ana merasa sangat bersyukur bisa mendapat job dari Buk Dewi, paling tidak, jika ada honornya, Ia akan bisa membantu keuangan keluarganya meskipun tidak bisa dalam jumlah yang banyak.

Tiba di rumah, Ana langsung mengabarkan ke mamanya tentang apa yang diutarakan Buk Dewi tadi.

“ Kamu bisa sayang, jadi asistennya Buk Dewi?”

“Insyaallah bisa Ma..ini makanya mau dicoba.”

“Mama akan dukung kamu, dan kamu harus amanah kalau dikasi tugas. Apalagi ini kan tugas mulia, menjadi seorang pengajar.”

“Mama doain aku supaya dilancarkan semuanya.”

“Selalu sayang…”

“ Ya sudah kamu pelajari dulu semuanya, terus latihan supaya Buk Dewi nggak kecewa nantinya.”

“Iya Ma…terus gimana, mama ada orderan baru?”

“Sudah beberapa hari ini belum ada Nak. Sudah nggak usah kamu pikirin, fokus aja ke kerjaan kamu ya, mama mau buat dress untuk anak-anak, nanti kamu nilai hasilya ya?”

“Iya Ma, aku ke kamar dulu ya Ma.”

“Iya sayang.”

Ana berjalan ke kamarnya. Ia merebahkan badannya, seketika Ia terimgat akan tawaran Buk Dewi tadi. Sepertinya Allah sangat tahu kalau saat ini Ana perlu pekerjaan, dan ternyata Buk Dewi datang, dan doa-doa itu pun mulai terjawab. Allah menyiapkan setiap luka di hidupnya, namun perlahan terbalas oleh kebahagiaan yang tak pernah Ia sangka akan bisa hadir dalam hidupnya.

Ikuti kisah Anastasia selanjutnya!

Asahan, 1 April 2024

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap sekali

01 Apr
Balas



search

New Post