Sementara Alvine dan sahabatnya sedang hangout bareng, Ana juga disibukkan dengan kerjaan sang mama. Ia sedang berupaya untuk membuat nama brand dari koleksi mamanya. Sebagai seorang pebisnis Mama Amel sangat paham bagaimana mengembangkan usaha dengan tetap mengutamakan kualitas demi kepuasan konsumen.

Setelah berdiskusi, Ana memberi nama brand karya mamanya dengan nama “AA” yang merupakan singkatan dari Amelia dan Anastasia.

“ Mama…”

“Iya sayang.”

“Ini nama hasil koleksi mama sku kasi brand “AA” singkatan nama kita berdua.”

“ Mama suka sayang, gimana menurutmu Tari?”

“Bagus Tan, aku setuju.”

“Sayang….ini kan ada beberapa yang sudah selesai, hanya tinggal dijahit nama koleksi kita aja, kamu bisa kan bantu mama tempahkan nama brand kita.”

“Ok mama…ini aku langsung pergi ya, yok Tar.”

Tari mengangguk, mereka langsung menuju tempat yang sudah mereka telusuri sebelumnya.

Tak perlu memakan banyak waktu, mereka langsung menyelesaikan semua urusan dan dalam waktu dua hari pesanan mereka sudah diantar ke alamat rumah Ana.

…………………………………………

Sementara itu, Ariel merasa seolah-olah Alvine punya masalah karena sejak tadi Ia sepertinya gelisah dan lebih banyak melamun.

“Al…kamu kenapa? kalau ada masalah cerita dong, siapa tahu aku bisa bantu.”

“Nggak ada Ril, yok kita makan.”

Alvine berusaha mengalihkan pembicaraan.

“Kamu jangan bohong, aku tahu kamu pasti punya masalah kan? Nggak apa-apa kalau kamu belum mau cerita sekarang, tapi kalau kamu mau cerita aku siap mendengarkan dan semoga juga aku bisa memberikan solusi.”

“Makasih ya, kamu memang sahabat yang nggak pernah ninggalin aku, aku beruntung punya sahabat seperti kamu.”

“Aku juga beruntung punya teman seperti kamu, aku juga banyak belajar dari kamu, tapi yang terpenting masalah itu harus diselesaikan jangan dibiarkan begitu saja.”

Alvine mengangguk. Ia bingung darimana Ia akan memulai ceritanya. Rasanay Ia sudah sangat ingin cerita banyak pada Ariel sahabat terbaiknya itu, namun saat ini Ia masih belum bisa mengutarakan semuanya.

“Oh iya Al…aku mau bilang, kalau mama aku mau mempertemukan aku dengan perempuan yang aku unjukin fotonya sama kamu itu, gimana menurut kamu?”

“Gimana ya…ikuti kata hati kamu aja deh.”

“Ya…aku sih cuma mau kenal aja dulu, gimana sih orangnya, kok mama aku semangat banget mau jodohin ke aku. Kamu kan tahu aku orangnya nggak mudah suka sama orang lain.”

“Ya..nggak apa-apa sih kalau kamu mau kenalan dulu, dari situ kamu bisa mengenali karakternya”

“Aku sih mikirnya gitu Al…aku juga penasaran kenapa mama aku kok senang benget dengan perempuan itu, padahal aku tahu banget mama itu sangat selektif memilih menantu, karena itu sampai sekarang aku jadi takut cari calon istri, takut kalau mama nggak setuju dengan pilihan aku.”

Alvine hanya terdiam mendengarkan semua yang diungkapkan Ariel. Ia tak bisa berkata-kata dan hanya menjadi pendengar saja.

“Kamu sendiri gimana Al? apa kamu sudah menemukan sosok yang akan menjadi pasangan kamu?”

“Belum sih…belum dapat yang sesuai dengan tipe aku.”

“Jangan jomblo terus, ntar habis lho cewek, kamu nggak kebagaian lagi.”

“Sombong banget ya…baru aja mau ketemuana sudah ngeledek gua.”

“Padahal gua juga sama kayak elo, nggak pernah punya gebetan. Tapi gimana ya, aku nggak suka sih terlalu mendewakan masalah asmara, bagi aku nggak begitu penting.”

“Samalah, aku juga.”

Mereka menikmati waktu bersama, sementara teman yang lainnya masih asyik menyanyikan lagu diiringi band resto itu.

Ikuti kelanjutannya!

Asahan, 26 April 2024