Satu minggu ini Ana disibukkan dengan ujian semesternya, Ia benar-benar mempersiapkan dirinya untuk bisa mendapat nilai yang memuaskan. Memang para dosen sudah banyak yang mengenal kemampuan Ana, namun Ia tetap harus belajar supaya bisa mendapat nilai yang sangat baik dalam ujian. Tari yang senang belajar dengan Ana juga ikut semangat, Ia tak ingin menyia-nyiakan waktunya. Bersama Ana, Ia selalu belajar bersama bahkan kadang harus bermalam di rumah Ana, mereka saling support, apalagi Tari sangat tahu bagaimana kehidupan Ana yang sesungguhnya. Ia belajar dari sana, Ana adalah perempuan tangguh yang Ia kenal.

“Na…hari ini nilai kita diumumkan kan?”

“Harusnya gitu, tapi nggak tahu juga, bisa saja ada dosen yang menunda.”

Terdengar suara handphone bergetar.

“Handphone kamu Na.”

“Oh iya…dari siapa ya? bentar aku cek ya?”

Ternyata ada notifikasi masuk ke email Ana.

“Ya Allah….ini beneran atau aku mimpi ya?”

“Apa nya kau Na…nggak ngerti aku, bilang dulu.”

“Tari…aku menang lomba artikel, nih lihat…”

Ana menunjukkan handphonnenya ke Tari.

“Puji Tuhan….betul kau Na…selamat ya sahabatku…kamu juara satu pula itu, bangga aku punya kawan kau Na.”

Mereka berpelukan sambil tertawa bahagia. Semua mata pun tertuju pada mereka yang saat itu sedang berada di sebuah toko kain karena Ana sedang berbelanja keperluan Mamanya.

Kabar bahagia nitu langsung disampaikan Ana ke mamanya lewat telpon.

“Mama senang sekali dengar kamu menang sayang, selamat ya.”

“Makasih ya Ma…ini semua berkat doa Mama”

Bu Siska adalah orang kedua yang diberitahu oleh Ana, Ia mengirim hasilmpengumuman lomba itu ke dosen yang sangat dikaguminya itu. Tak berapa lama Bu Siska menelpon Ana.

“Ana…selamat ya, Ibu ikut senang Nak…sukses buat kamu ya.”

“Makasih ya Bu…ini kan juga berkat Ibu, kalau nggak ada info dari Ibu, saya nggak bisa ikut lomba.”

“Karena saya yakin kamu punya kemapuan untuk itu, dan terbukti kan?”

“Makasih ya Bu…”

“Nanti akan Ibu minta ke Pak Dekan, supaya diumumkan di warta kampus, sekali lagi selamat ya Nak.”

“Makasih Bu…”

Setelah selesai belanja, Ana langsung pulang bersama Tari. Mereka sangat bahagia siang itu. Tiba di rumah Ana langsung dapat notifikasi melalui emailnya, bahwa sertifikat sudah bisa di downloud dan merchandise akan dikirim dalam tiga hari kedepan. Selain itu Ana juga mendapatkan uang pembinaan yang langsung masuk ke rekeningnya. Ana juga berkesempatan ikut belajar gratis menjadi penulis secara daring dengan instruktur para penulis ternama.

“Besok kan hari Minggu, jadi Mama, Tari, dan juga Bibik besok aku traktir makan di luar, karena aku baru dapat rezeki.”

“Tak usahlah Na,,,kau tabungkan aja duit kau.”

“Nggak boleh nolak…lagian ini kan berkat doa kalian semua, makanya kita harus nikmati bersama, ok…”

“Memangnya nggak apa-apa kalau kamu traktir kita sayang…”

“Nggak apa-apa dong Ma.”

“Bibik juga kebagian ya Neng…seneng banget nih.”

“Iya Bik…besok kita dinner di luar ya sambil nikmati hari libur.”

Mereka sangat bahagia, tertawa penuh suka cita merayakan kemenangan Ana, apalagi uang yang diperoleh dari hasil lomba itu lumayan fantastis.

Dengan segala kejadian yang menimpa keluarga Ana, perlahan Allah menyiapkan ganti dari airmata yang sering mengalir. Meski beban keluarga masih berat, namun kesedihan itu kadang terobati dengan Allah ciptakan kebahagiaan yang sederhana yang membuat mereka kembali bisa meyakinkan hatinya, kalau hidup memang penuh intrik yang tak bisa kita ketahui bagaimana alur dan akhir kisahnya.

Ikuti kelanjutan kisahnya!

Asahan, 28 Maret 2024