Pusara Rindu
Bisa berkumpul dengan komunitas penulis nasional adalah harapan bukan impian bagi semua penulis. Namun waktu, kesempatan, jarak dan banyaknya masalah yang harus segera dirampungkan pada waktu yang boleh dibilang nabrak, membuat patah hati, hilang harapan tinggal angan yang ada. Rinduku padamu penulis, pegiat literasi dan praktisi pendidikan, yang entah kapan bisa bersapa mesra. Aku hanyalah perindu yang hanya bisa mengenang dan melihatmu dari jauh. Kutitipkan puisiku untuk kalian yang di sana yang kurindui.
PUSARA RINDU
Goresan pena Sri Fajar Ningsih
Jiwaku bersamamu
Gambarkan malam dan embun
Saling mendampingi, menanti menyibak fajar
Menunggu sapaan matahari
Dalam semesta asa
Alangkah rumit cerita ini
Di antara dengus dan peluh
Kusemat ringkih batin
Coba menembus dimensi hayal
Kita adalah simponi
Membuat rentang aksara
Tertahan di relung jantung bersama debarnya
Berharap cemas belum bernadir
Mengertikah kau, Tuan?
Syairku sedang meniti sufinya
Di atas sungai surga matamu
Menggoda dahaga hasratku
Untuk selami rasamu
Walau gigil mendekap ku
Kau di mana?
Masih pulaskah di rimbamu
Atau tersesatkah?
Sementara kembaraku entah kemana
Tunjuku hilang arah
Jika saja kau mengerti Tuan
Ruhku.....yang mengejarmu
Dengan langkah gontai .......tanpa sayap
Hanya hayalah ringkih di balik do'aku
Tapi aku percaya belantara bertepi
Terkikis jua bersama tembang-tembang dedaunan
Tuan....!!!
Adakah Kau patahkan igaku
Yang bertiup ruh kerinduan
Seperti rongga dada dan udara
Netraku menyaksikannya menari dalam fatamorgana
Bait-bait sufi tentang rindu
Kupertahankan dihayalan
Sebab kau pernah hadir
Lalu hilang seperti embun dijilat mentari
O, semesta! Aku melihatnya
Tapi tidak dalam jangkau netraku
Di bilik mimpi, betapa rindu ini sungguh membatu
Kini telah kupersembahkan realita
Untuk upacara rinduku
Dan kuritualkan dengan hikmad
Tentang Rabbku, dan Sang Maha Kasih
Tempat terbaik untuk berharap
Aku takkan lagi kepayang, pada antah berantahmu
Aku takkan lagi telanjang dengan syahwat rinduku
Dan
Rinduku
Berpulang ke pusaranya
Yang abadi menuju Rabbnya
Jiwaku dan jiwamu
Dalam gambaran air dan api
Tak lagi temu
Jadi sisipan munajad
Sebab ruh rinduku
Telah terkubur di bawah kamboja
Usai terbunuh waktu
Luka
Tak berdarah
Rinduku berpulang padaNya saja
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Merinding bacanya Sukses dan salam literasi
Mashaa Allah... Sukses selalu Tabarakallahu
Keren puisinya bu
Keren Bu ,tetap semangat Bu
Ungkapan rindu padamu, Bu, pada keluarga besar guru penulis.