Sri Fajar Ningsih

Sri Fajar Ningsih, penulis musiman dari SMP Negeri 43 Medan...

Selengkapnya
Navigasi Web

Pusara Rindu

Bisa berkumpul dengan komunitas penulis nasional adalah harapan bukan impian bagi semua penulis. Namun waktu, kesempatan, jarak dan banyaknya masalah yang harus segera dirampungkan pada waktu yang boleh dibilang nabrak, membuat patah hati, hilang harapan tinggal angan yang ada. Rinduku padamu penulis, pegiat literasi dan praktisi pendidikan, yang entah kapan bisa bersapa mesra. Aku hanyalah perindu yang hanya bisa mengenang dan melihatmu dari jauh. Kutitipkan puisiku untuk kalian yang di sana yang kurindui.

PUSARA RINDU

Goresan pena Sri Fajar Ningsih

Jiwaku bersamamu

Gambarkan malam dan embun

Saling mendampingi, menanti menyibak fajar

Menunggu sapaan matahari

Dalam semesta asa

Alangkah rumit cerita ini

Di antara dengus dan peluh

Kusemat ringkih batin

Coba menembus dimensi hayal

Kita adalah simponi

Membuat rentang aksara

Tertahan di relung jantung bersama debarnya

Berharap cemas belum bernadir

Mengertikah kau, Tuan?

Syairku sedang meniti sufinya

Di atas sungai surga matamu

Menggoda dahaga hasratku

Untuk selami rasamu

Walau gigil mendekap ku

Kau di mana?

Masih pulaskah di rimbamu

Atau tersesatkah?

Sementara kembaraku entah kemana

Tunjuku hilang arah

Jika saja kau mengerti Tuan

Ruhku.....yang mengejarmu

Dengan langkah gontai .......tanpa sayap

Hanya hayalah ringkih di balik do'aku

Tapi aku percaya belantara bertepi

Terkikis jua bersama tembang-tembang dedaunan

Tuan....!!!

Adakah Kau patahkan igaku

Yang bertiup ruh kerinduan

Seperti rongga dada dan udara

Netraku menyaksikannya menari dalam fatamorgana

Bait-bait sufi tentang rindu

Kupertahankan dihayalan

Sebab kau pernah hadir

Lalu hilang seperti embun dijilat mentari

O, semesta! Aku melihatnya

Tapi tidak dalam jangkau netraku

Di bilik mimpi, betapa rindu ini sungguh membatu

Kini telah kupersembahkan realita

Untuk upacara rinduku

Dan kuritualkan dengan hikmad

Tentang Rabbku, dan Sang Maha Kasih

Tempat terbaik untuk berharap

Aku takkan lagi kepayang, pada antah berantahmu

Aku takkan lagi telanjang dengan syahwat rinduku

Dan

Rinduku

Berpulang ke pusaranya

Yang abadi menuju Rabbnya

Jiwaku dan jiwamu

Dalam gambaran air dan api

Tak lagi temu

Jadi sisipan munajad

Sebab ruh rinduku

Telah terkubur di bawah kamboja

Usai terbunuh waktu

Luka

Tak berdarah

Rinduku berpulang padaNya saja

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Merinding bacanya Sukses dan salam literasi

29 Nov
Balas

Mashaa Allah... Sukses selalu Tabarakallahu

29 Nov
Balas

Keren puisinya bu

01 Dec
Balas

Keren Bu ,tetap semangat Bu

29 Nov
Balas

Ungkapan rindu padamu, Bu, pada keluarga besar guru penulis.

29 Nov
Balas



search

New Post