SRI HARDIYATI WAHYURINI

Karanganyar bumi kelahiranku. Sekarang tinggal di Kota Semarang...

Selengkapnya
Navigasi Web

Lontong Lebaran

Hari menjelang lebaran tahun ini situasi berbeda dengan tahun sebelumnya. Satu tahun yang lalu suasana masih terasa ramai. Namun tahun ini sehari menjelang lebaran begitu sepi. Semua sibuk beraktivitas di dalam rumah.

Seperti biasanya menjelang Ashar aku berkeliaran ke pasar. Beberapa pasar sudah mulai sepi, Para penjual berkemas untuk tutup. Karena apa yang ku dapatkan tidak ada, ku beralih ke lokasi lain. Memang dari dulu pasar ini selalu ramai meskipun sudah hampir sore.

Ku selusuri sepanjang pasar meskipun tempatnya agak becek karena habis hujan. Ternyata lalu lalang orang masih padat. Pandanganku tertuju pada satu titik yang dikerumuni banyak pembeli. Namun ketika tahu harga tak sepakat, satu per satu pembeli meninggalkan tempat itu dan tidak membawa barang yang ditawar. Aku jadi penasaran hingga akhirnya langkahku mengarah ke situ yang kini masih ada dua pembeli di sana.

"Mbak, beli lontongnya 5 harga berapa?" tanya pembeli.

"Lima empat puluh ribu?" jawab penjual.

Langkahku terhenti sontak kaget mendengar jawaban penjual.

Pembeli pun tercengang, "Berapa, gak salah nih? Memang harga berapa satu bijinya?"

"Delapan ribu.Harga pas itu, tidak menawarkan. Kalau tidak mau ya sudah," jawab penjual ketus.

Pembeli akhirnya pergi dan tidak jadi membelinya. Aku pun ikut meninggalkan lokasi itu. Segitu mahalnya karena alasan Corona. Mremo di hari lebaran hal biasa. Tetapi kalau melambung tinggi ya pembeli merasa kecewa. Menurutku harga delapan ribu untuk sebuah lontong yang ukurannya kecil, untungnya sudah berlipat-lipat.

Sudahlah ku alihkan langkahku ke tempat lain, penjual ketupat dan lepet. Banyak pembeli yang berdatangan namun pergi dengan tangan hampa. Ku mendekat dan ku amati. Ternyata sama penjual agak judes juga.

Seorang ibu mengambil ketupat satu ikat dan ia memberikan uang lima puluh ribu dan dua puluh ribu. Wow..begitu fantastis harganya tujuh puluh ribu. Adalagi pembeli yang lama di situ dan mungkin sambil berfikir. Akhirnya dibelinya satu ikat lepet kecil-kecil dengan harga enam puluh ribu rupiah. Aku jadi merinding dan membayangkan, bagaimana jika yang membeli itu orang tak berduit banyak, sungguh kasihan.

Luar biasa pengamatanku hari ini, begitu mremonya para penjual dampak Corona ini. Kalau tahun harga satu lontong maksimal dijual dua ribu lima ratus, tahun ini bertengger di angka delapan ribu. Tafsirkan sendiri keberkahannya.

Hari makin sore, aku segera meninggalkan pasar itu setelah ku dapatkan apa yang ku beli. Suasana pun masih ramai meskipun beberapa warung sudah mulai berkemas tutup.Semoga lebaran tahun mendatang tak seperti saat ini.

*

Semarang, 25 Mei 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap bun, Mohon maaf lahir dan batin

26 May
Balas

Aamiin

25 May
Balas



search

New Post