Riko kembali menatap Nadia. Seperti ingin menemukan kebenaran di mata cokelat itu. Nadia semakin bingung dengan sikap Riko. Ia tertunduk, mencoba menahan airmatanya, tapi tidak bisa. Cairan bening itu mengalir tak tertahan.

"Sebaiknya Kamu keluar dari kamarku!" Riko memalingkan wajahnya ke arah pintu. "Apa maksudmu, Mas?" Nadia menatap dalam ke arah Riko. Riko berbalik menatap Nadia. "Apa kurang jelas kata-kataku?" Suara Riko mulai meninggi. "Kamu.....kamu jahat, Mas!" Nadia berlari keluar sembari menyeka air mata yang semakin deras mengalir. Riko menarik napas panjang. Dari lubuk hatinya, ia pun tdak ingin berkata begitu. Namun bayangan malam itu, merasuki pikirannya.

"Loh, Nad. Kamu kenapa?" Bu Risma heran melihat Nadia yang menangis. Begitu juga dengan pak Irman dan kedua orang tua Riko. Bu Risma dan pak Irman berusaha mengejar Nadia, namun ia telah berlalu dengan mobilnya.

"Kenapa ini, Pak?" Bu Risma terlihat sangat cemas. "Kita susul Nadia, Bu!" Pak Irman menuntun tangan bu Risma. Pak Rahman dam bu Rita menjadi tak enak hati. "Pak, Bu. Kami pamit," ujar pak Irman beranjak menuju mobilnya. Pak Rahman dan bu Rita hanya bisa mengangguk dan membiarkan tamunya tersebut pergi.

"Ada apa sebenarnya, Bu?" Pak Rahman bingung. "Sebaiknya kita temui Riko sekarang, Pak." Bu Rita bergegas ke kamar Riko disusul pak Rahman.

BERSAMBUNG....