Sri Haryati

Hidup akan lebih bermakna saat kita bisa berbagi...

Selengkapnya
Navigasi Web

Rasa Bersalah yang Perlahan Memudar

Hari Minggu ini tanggal 22 Desember 2019 bertepatan dg peringatan hari ibu, ada 2 agenda kegiatan yang harus kutuntaskan dg baik. Kegiatan pertama yaitu penutupan kegiatan persami sekaligus pelantikan anggota penggalang ramu di sekolah yang aku pimpin, SDN Caringin 03 dan kegiatan yang kedua yaitu pelatihan Sagusabu Bogor 3 yang diselenggarakan di SMKN 03 Kota Bogor.

Seusai kegiatan penutupan persami, bergegas aku memasuki mobil datsun hadiah dari putraku dan meminta pamanku segera memacu kecepatan menuju lokasi pelatihan Sagusabu Bogor 3.

Guyuran air hujan yang deras tidak mematahkan semangatku menuju ke sana. Aku bergegas menaiki tangga menuju aula di lantai 3 tempat berlangsungnya acara pelatihan sagusabu Bogor 3. Harapanku saat ini adalah bertemu dengan sahabatku, Bu Fathoyah. Rasa rindu dan rasa bersalah padanya masih bersemayam dalam hati, meski sudah 2 tahun lamanya.

Rasa bersalah dalam hatiku ini berawal dari keinginan kami ( Sri, Fathoyah, dan Aisyah) untuk mewujudkan tulisan kami berupa best practice hasil keikutsertaan kami dalam sebuah diklat yang diselenggarakan oleh sebuah badan pendidikan dan latihan.

Saat itu kami merasa kebingungan, betapa tidak? Penyelenggara pendidikan yang kami ikuti seolah begitu saja membiarkan kami tanpa kepastian apakah kami bisa mencetak karya kami sesuai janji dari penyelenggara atau tidak. Kami sepakat untuk menghubungi pihak penyelenggara tentang bagaimana nasib dan langkah yang harus kami tempuh demi terbitnya buku best practise karya kami. Aku menyarankan dan mempercayakan b Fathoyah untuk berbicara dan meminta izin kepada pihak penyelenggara bahwa kami akan tetap mencetak buku kami. Apa yang terjadi? Setelah Bu Fathoyah menghubungi penyelenggara, ternyata nomor kontak Bu Fathoyah di grup dan di fb langsung diblokir. Aku sangat kaget saat B Fath melaporkan hal ini. Sontak rasa bersalah bersemayam di hatiku. Walau bagaimanapun, hal itu terjadi karena Bu Fath menjalankan saran dariku.

Berbekal tekad yang kuat,kami berupaya menghubungi nara sumber. Alhamdulillah para narasumber menyambut kami dengan tangan terbuka dan kami bisa mewujudkan karya kami.

Rasa bersalah dalam hatiku masih bersemayam .Hari ini atas izin Allah aku dipertemukan dengan Bu Fathoyah di kegiatan Sagusabu Bogor 3. Meski Bu Fath selalu mengatakan bahwa bukanaku yang salah, tetap saja rasa sedih dan bersalah itu datang.

Rasa bersalah dalam hati ini sedikit memudar saat Bunda Isti menayangkan cover-cover pilihan, salah satunya cover novel berjudul "Ketika Si Pemalu Menjadi Guru" karya Fathoyah. Bahagia rasanya, ini membuktikan bahwa Bu Fath memang orang yang luar biasa, dan tidak sepatutnya mendapatkan perlakuan yang menyakitkan.

Terima kasih Bunda Istiqomah, terima kasih MG yang memberi kami kesempatan untuk berkarya dan terima kasih telah memperlakukan kami dengan kemanusiaan.

Selamat berkarya Bu Fathoyah, saya tunggu novelnya

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap perjuangan utk berkarya buku. MG memberikan ruang utk jadi penulis2 hebat

27 Dec
Balas

Ya bun, trima ksh pd semua

27 Dec
Balas



search

New Post