Buku dan Literasi Sekolah 

Selamat Hari Buku Nasional teman-teman penulis.

Sudah baca buku apa hari ini?  Jika belum hari ini mungkin minggu ini ? atau dalam bulan ini? Sibuk ya teman-teman? Karena masa pandemi ini justru banyak aktifitas rumah.  

Ya

Tepat hari ini 17 Mei 2020 adalah hari Buku Nasional, yang telah ditetapkan sejak tahun 2002. Pada saat itu Menteri Pendidikan adalah Abdul Malik Fadjar.  Hari buku ditetapkan tanggalnya tepat pada saat berdirinya Perpustakaan Nasional Republik Indonesia pada tahun 1980. Penetapan hari Buku ini bertujuan menumbuhkan budaya atau meningkatkan minat membaca dan menulis (budaya literasi) di kalangan Masyarakat (tulisan Adrian Samudro- https://tirto.id/sejarah-hari-buku-nasional-yang-diperingati-setiap-tanggal-17-mei-fsms )

Sejatinya dengan adanya pencanangan Hari Buku Nasional yang sekaligus sebagai hari Perpustakaan Nasional memberikan pengetahuan pada masyarakat bahwa betapa pentingnya buku. Buku dan literasi seakan menjadi pasangan kata yang selalu menjadi perbincangan di sekolah-sekolah sejak tahun 2015. Berbagai nama ataupun gerakan nasional dicanangkan terkait keberlanjutannya dengan Buku. Seperti Gerakan Nasional Baca Buku  (Gernasbaku), Gerakan Literasi Nasional (GLN) yang ada diantaranya menjadi gerakan Literasi Sekolah (GLS), Gerakan Literasi Keluarga dan lain sebagainya.

Sayangnya, gerakan nasional itu belum mencapai hasil yang diharapkan. Gerakan yang dicanangkan secara nasional belum menjadikan kebutuhan, tetapi masih sekedar seremonial saja. Buku belum menjadi benda favorit yang diminat bagi masyarakat, khususnya anak-anak. Lebih lanjut Adrian Samudro (https://tirto.id/sejarah-hari-buku-nasional-yang-diperingati-setiap-tanggal-17-mei-fsms ) mengatakan  Survey menunjukkan indeks tingkat membaca masyarakat di Indonesia hanya sebesar 0,001 persen. Artinya, dari 1000 penduduk, hanya ada satu orang saja yang memiliki keinginan untuk membaca buku. Sosialisasi akan pentingnya membaca  belum berdampak. Hasil penelitian Programme for International Student Assessment (PISA), disebutkan bahwa budaya literasi masyarakat Indonesia berada di urutan ke 64 dari 65 negara yang diteliti.Budaya literasi yang masih belum tumbuh di diri anak-anak. Beberapa literasi sederhana ( membaca buku 15 menit di awal belajar) belum berhasil. Literasi  hanya berupa program yang belum berdampak dan menjadi budaya bagi warga sekolah.

Hal ini bisa di sebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah faktor pengasuhan keluarga yang belum memiliki visi yang sama akan makna buku. Adapun faktor tersebut adalah; Buku yang dimiliki oleh keluarga ataupun sekolah belum sesuai kebutuhan berdasarkan usia. Pengalaman pertama anak dalam belajar membaca yang terkesan dipaksakan, sehingga begitu anak berada di kelas membaca lancar justru merela

ederhana yang Namun sejak dicanangkan hingga saat ini, buku belum menjadi benda favorit oleh sebagian besar anak Indonesia. Budaya membaca tidak dipraktikkan secara konsisten di rumah maupun di sekolah. Buku hanya menjadi kewajiban memiliki ( atas perintah guru)

Mari kita mulai dari diri sendiri. Bagaimana memberikan buku yang sesuai dengan usia dan minat anak. Mari kita terapkan membacakan buku minimal 10 menit setiap hari. Termasuk sebagai guru menerapkan literasi di ruang kelas dengan cara yang menyenangkan.

#Selamat hari buku asional