Lebaran 2020 (Tantangan39)
Seperti tahun-tahun sebelumnya, lebaran selalu kami isi dengan mengunjungi ibu (Bue). Keluarga yang dari rantau pun demikian. Meski 10 bersaudara kami tak pernah bisa berkumpul secara utuh di hari lebaran. Sulit bisa pulang bebarengan. Dua tahun terakhir, lebaran 2018 tepatnya kumpul 7 orang. Semua anak sudah memiliki pasangan, anak dan bahkan cucu.
Orang tua kami hanya tinggal Bu’e, sejak Bapak berpulang tahun 1993. Bu’e menjadi orang tua tunggal dan menjadi sosok pemersatu kami. Jadi keseruan lebaran selalu hal yang dirindu. Jauh hari kami sudah mendapat kabar siapa yang dapat berkumpul di lebaran tahun ini. Sehingga bagi kami yang berada di sekitaran rumah bue menjadi kewajiban untuk menunggu saudara dari rantau. sejak tahun 2013 kami sudah tak lengkap lagi 10 bersaudara. namun demikian selalu diwakili oleh anak-anak. Jadi tetap terasa lengkap kehadiran saudara-saudaraku.
Meski datang dan balik ke rantau tidak bersamaan, kami punya satu hari yang sama di rumah bu’e. Terakhir pada lebaran dua tahun yang lalu. Ketika kakak nomor 3 dan nomor 5 diwakili oleh anak-anaknya rasanya rumah menjadi lengkap. Sedangkan tahun kemaren kami lebaran tanpa Bue di rumah, karena Bue berada di pulau jawa di rumah kakakku nomor 4. Terasa sepi, lebaran tanpa Bue. Kami anak-anak yang berada di rumah adalah nomor 6,7,8,9 dan 10. Lima orang bisa kumpul di rumah.
Tahun ini kami sebenarnya berharap banyak yang bisa pulang. Keluarga saudaraku mulai dari nomor 1 sampai nomor 5 yang berada di rantau tentu sangat diharapkan untuk bisa mudik. Adikku yang nomor 9 pun tak dapat berkumpul dengan anak istrinya yang tinggal tak jauh dari rumah bue. Pandemi ini menahan rindu untuk bersua. Sehingga tahun ini kami hanya berkumpul empat orang di rumah Bu’e. Meski aku sekeluarga hanya semalam karena kondisi pandemi yang tak memungkinkan aku berlama-lama di rumah Bu'e. Masih bersyukur karena diberi kesempatan merayakan lebaran bersama Bu'e dan saudara yang lain.
Lebaran tahun ini kami hanya berada di rumah Bue, tak bisa ke mana-mana. Tak ada mengunjungi sanak saudara. Meskipun rutinitas lebaran kami adalah ke rumah pakde dan bulik di sawah, (anak-anak memanggil beliau dengans ebutan Mbah silan dan Mbah Sri sawah). Eh, sawah itu sebenernya namanya pinggir sawah, tapi aku dan anak-anak menyebutnya sawah. Anak-anak suka ke sawah, bertemu dengan mbah Sri dan Mbah Silan juga. Di sana biasanya juga kumpul anak-anak dan cucu-cucu beliau sehingga tali silaturahmi tetap terjalin. selalu ada amplop ya, dan coklat yang jadi rebutan. Tahun ini kami benar-benar tak berkunjung, ada kehilangan juga.
Semoga kedua keluarga besar Mbah Silan dan Mbah Sri sehat selalu. Dan ketika pandemi ini selesai kita dapat bertemu lagi.
#Kenanganlebaran
#lebaranberbeda
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
mantul
terimaksih bun
Duuuh senangnyaaa..saudara banyak. Pasti saling merindukan
pastinya bun
Senangnya punya saudara banyak. Sungguh hari raya yang istimewa jika masih punya orang tua. Tulisannya bagus bun
terimaksih buun
Oh ya, Bu'e nya tinggal dimana Bu?
di sawahlunto buu
Aamiin Yaa Robbal'alamiinSilaturamni dan kumpul bersama keluarga itu mahal tak terganti bshagianya
Keseruan keluarga besar kalau lg ngumpul mmg dirindukan, dinsay.
banget un
banget un
Mantap bu