Nomaden
NOMADEN
Makan malam kali ini agak lain. Formasi lengkap dan menunya juga agak spesial.Ada sate ayam, soto daging, dan cap cai. Semua hadir. Bapak, ibu, dua saudara laki lakiku, dan empat saudara perempuanku .Kami memang keluarga besar. Walaupun terasa spesial, tapi perasaanku sudah lain. Pasti ada sesuatu..
Kami makan sambil diam. Sesekali Ibu menawari kami untuk menambah lauk, sayur atau yang lain. Kakakku Erna tampak yang paling bersemangat makan karena memang dia tergolong foody. Sementara yang lain tampak biasa-biasa saja bahkan terkesan malas. Tampak kalau ada sesuatau yang mengganjal di pikiran masing-masing.
'Alhamdulillah.. ' Bapak menyudahi maakan malamnya sambil melap sisa makanan di bibirnya. Trimakasih, bu.. Ini nikmat sekali, ya nggak mas.. Tanya beliau ke kakak sulungku." Yang ditanya hanya mampu mengangguk. Mulutnya masih sibuk mengunyah sate terakhirnya.
Aku melirik bapak. Sambil meletakkan sendok aku berbisik ke mbk hera yang ada disebelahku.
"Ada apa, sih... "
"Tau, " Jawab Mbak Hera sambil menggelengkan kepalanya.
Hans.. Bagaimana kuliahmu... Aman? Tanya bapak.
Aman..
'Kamu, Er.. Masih ujian?
"Tinggal besok.. Pak. "
"Kapan terima KHS nya? "
"Belum tahu.. Biasanya sih sebelum liburan. Paling sekitar bulan desember.
"Indri, Hera, Thalia, Wardah, yudi.. Kalian tinggal terima raport kan...
Nanti biar ibu yang ambil.. Bapak masih repot menyiapkan berkas-berkas kepindahan kita ke Medan..
WHat.....??? Spontan aku berterak. Reflek tubuhku merosot hingga hanya tampak bahu keatas.
Pindah lagi, padahal baru dua tahun yang lalu kami pindah dari Semarang ke Surabaya...
"Bu..Medan, gak kurang jauh ? Aku menatap ibu tanpa daya. Memahami ketidak berdayaanku, ibu mencoba menenangkanku.
"Tidak sejauh yang kamu kira, Thal. Cuman 3 jam ini."
"Tapi menyeberang pulau kan, bu.. Ke kota lain aja kenapa?" Cecarku
"Lho.. Kamu lupa ya... Dulu kalian kan pernah juga di Papua. Itu pulau ter timur Indonesia. Masak kamu sekarang bilang Medan jauh...Medan juga kota besar. Kamu gak usah khawatir." Ibi mencoba menenangkanku
"Sudah nikmati aja, kayak yang sudah-sudah."Tambah Dinda asal.
"Kamu gampang aja ngomong... Aku kan nanggung, tahun depan kelas 9. Trus lulus..Kalau pindah, bakal keteteran. Emange gampang jadi siswa baru.. Adaptasi dulu, cari teman, belum lagi nyiapin ujian lulusan." Aku masih mencoba berdalih.
"Sudah gak usah dipikirkan kelulusan." Baapk menengahi. Yang penting kamu bisa sekolah." Janga dipirkan sulitnya, pikirkan hal -hal baru yang akan kamu dapatkan. Gak semua anak bisa punya kesempatan keliling Indonesia. Benar kata mbakmu. Nikmati saja. Suatu saat nanti pengalaman-pengalaman yang kamu dapatkan bisa kamu ceritakan ke orang lain."
Walau masih kesal, aku gak punya pilihan.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Wow..... Cerpen yang menarik. Lanjutkan sampai 30 hari. Bismillah, pasti bisa
Salam lestari semoga sukses selalu hye
Good job
Prikitiew