Pak Tani

Bulir itu bermunculan diantara rapatnya dedaunan. Sebagian masih tegak dan sebagian sudah mulai merunduk tanda bulirnya mulai mengeras. Tampak sekawanan burung hinggap diatasnya mencecap manisnya bulir padi.
Tak jauh dari situ, dipinggir sawah tampak Pak Tani hilir mudik dengan sebatang kayu yang dipukul-pukulkan ke udara.
"Husss.. Husss...' Pekik Pak Tani sambil mengibas- ngibaskan tongkatnya. Di ujung tongkat kayu itu terdapat tas plastik yang melambai-lambai seperti sebuah bendera. Jika tongkat itu dipukulkan ke udara, maka dari tas plastik akan timbul suara yang lumayan keras. Cukup untuk membuat burung pemakan padi menoleh, namun tidak untuk membuatnya pergi.
Pak tani lalu menarik salah satu tali yang dipasang malang- melintang di atas pematang padi. Di beberapa bagian tali, digantungkan kaleng yang didalamnya sudah diisi dengan batu-batu kecil. Jika tali ditarik atau di goyang, maka kaleng-kaleng tersebut akan ikut bergoyang dan menimbulkan bunyi-bunyian yang cukup berisik. Cara ini lebih efektif untuk menghalau burung.
Kegiatan menghalau burung ini memang sudah biasa dilakukan Pak Tani jika menanam padi di musim kemarau . Di musim kemarau tidak banyak petani yang menanam padi. Para petani lebih banyak menanam kacang tanah , jagung atau palawija lain karena tanaman tersebut tidak banyak membutuhkan air. Itu sebabnya burung pemakan padi akan lebih banyak datang ke tempat yang ada padinya.
Pak Tani memang suka menanam padi. Baginya tanaman padi bukan hanya sekedar tanaman pangan. Tapi lebih dari itu. Dari padilah semua kehidupannya, kehidupan keluarganya dimulai dari sini. Makanya hampir setiap musim tanamannya tak pernah berganti.
Pak Tani berlari kecil menghalau burung . Teriknya siang membakar kulitnya yang mulai keriput. Tak dihiraukan peluh yang mengalir membasahi wajah dan baju lusuhnya. Pak Tani tetap mampu tersenyum menyapa petani lain yang kebetulan melintas di pematang sawahnya. Tak sedikitpun keluh kesah yang keluar dari bibir keringnya. Bahkan pondok kecil di pinggir sawahnya hanya disinggahi sekedar untuk makan siang dan sholat. Hingga cahaya matahari meredup dan bergeser ke barat, Pak tani baru beranjak pulang.
Dengan langkah pasti dan hati senang, Pak Tani menuntaskan ikhtiarnya pada hari itu. Meletakkan tongkat kayunya di pondok lalu mengemasi pakaian dan peralatan yang dibawanya tadi pagi. Sebelum beranjak pulang, Pak Tani memandangi hamparan hijau di hadapannya dengan takjub. Matanya berbinar memandang sekelilingnya. Dari satu bulir padi, tumbuh berpuluh-puluh bulir. Bulir-bulir ini akan terkumpul banyak dan akan disebar ke pelosok negeri menjadi sumber energi bagi seluruh umat manusia.
Masya Allah... Bibirnya menyungging senyuman. Dadanya penuh dengan asama Allah. Tak henti-hentinya Pak Tani memuji Allah disetiap helaan nafas dan langkahnya. Maha besar Allah yang selalu mengurus makhuk-makhlukNya.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mantap
Trimakasih..