Seringkali menulis menjadi obat ketika hati terlanda keresahan. Sesaat kegalauan menyeruak tanpa sebab yang jelas, menulis menjadi obat mujarab yang mampu menjawab kegundahan. Apapun tentang tulisan, semua akan menjadi pelepas penat dan dahaga layaknya mata air yang terbit di musim kekeringan. Sekedar makna menulis.

Berbeda ketika kerepotan membelenggu terpicu tuntutan tanggungjawab pekerjaan yang enggan terkalahkan, bahkan sekedar memejamkan mata pun tak sempat, waauw menulis bisa menjadi cemeti. Segala angan bisa jadi tidak mampu tertuangkan. Terkadang apa yang harus ditulis pun tak jua muncul di ujung goresan, ketika raga dilanda kelelahan. Hilanglah makna menulis.

Tetap semangat, tetap berniat, menuangkan kata demi kata yang mampu menguntai geliat hati dan jiwa, membangun makna di atas pena. Tentunya pena di era mileneal tidak lagi mutlak berujung lancip yang harus berisi ulang mangsi. Kekuatan jemari yang bergandeng hati, menjadi kunci lancarnya mengeja kata demi kata di atas tinta modern, laptop. Jadi, jaga hati agar tetap mampu menjaga makna menulis.

*

*

*TAMAT..

#SalamLiterasi

Berinovasi_jangan_berhenti_Berkarya_jangan_ditunda.

Bumi Bung Karno, Minggu_28 Pebruari 2021_#TaGur ke-243