saya mengikuti tantangan 30 hari menulis
Bagian Ketiga
“Alhamdulillah, cerah,” gumam kakakku dengan penekanan rasa syukur.
“Iya, alhamdulillah,” jawab kakak iparku sedang lirih dan sepertinya masih menyisakan rasa takut penerbangan Jakarta ke Makassar tadi, sambil memandang keluar lewat jendela pesawat di sebelah kanan.
Awan putih dan laut biru tampak seperti langit terbalik dihiasi awan sedikit awan kelabu. Diantara kami berenam, sejujurnya masih menyisakan rasa takut dari gerakan seperti wahana histeria yang dialami dini hari tadi. Setiap ada awan yang sedikit terasa seperti mobil berjalan di jalan yang berbatu-berbatu, spontan kami beristigfar.
Penumpang di sebelahku tersenyum ketika katika aku beristigfar agak nyaring. Aku mengangguk. Untuk mengurangi rasa malu, kujelasakan perihal yang membuatku berlaku seperti itu.
“Maaf, Ibu. Masih trauma dengan peristiwa tadi. Kira-kira dua pululuh menit penerbangan dari Jakarta, pesawat naik turun dengan tiba-tiba dan gerakannya sangat cepat. Kami merasakannya seperti naik wahana histeria. Hampir semua penumpang berteriak ketakutan.”
“Oh, begitu?”
“Iya, Bu?
“Jam berapa dari Jakara, Bu?”
“Jam empat, Bu?
“Masih gelap ya, Bu?
“Iya betul, Bu. sebagian penumpang mulai tertidur sehingga sangat terkejut.”
“Oh, begitu ya, Bu. Mungkin awan atau angin terlalu besar, Bu,” dengan logat Makassar yang mengasyikkan bagiku.
“Sepertinya begitu, Bu,” jawabku dengan lega karena malu sudah buyar bersama percakapan dengan seorang ibu di sebelahku.
Suamiku duduk di belakangku bersama anakku dan satu orang penumpang yang naik dari Makassar. Mereka hampir tak terdengar pembicaraan. Untuk hal seperti ini, bagi suamiku dimanfaatkan untuk banyak berdzikir. Sedangkan anakku sedikit kurang sehat sejak sebelum berangkat dari Jakarta sehingga ia lebih banyak berdiam. Sekadarnya saja ia bicara. apa lagi duduknya terpisah dengan keponakanku.
Aku duduk di bangku 16C. Suami dan anakku di bangku 18A dan 18B. Sedangkan kakakku, kakak ipar dan keponakanku di bangku 16D. 16E, dan 16F. Sedikit berpencar karena pada saat cek in, hanya kursi itulah yang bisa agak saling berdekatan.
“Berapa menit penerbangan Makassar – Gorontalo, Tan?” tanya kakak iparku.
“Tadi waktu dumumkan, sekitar satu jam empat puluh menit,” jawabku.
“Oh, ini baru hampir 25 menit.”
“Iya, Kak.”
Terdengar pengumuman bahwa akan dibagikan konsumsi. Beberapa menit kemudian, pramugari mulai membagikan konsumsi.
“Loh, kok kita dilewati. Bukankah hak kita sama seperti penumpang yang naik dari Makassr,” bisik kakakku.
Bersamaan dengan kakakku berbisik, terdengar pengumuman bahwa yang mendapat konsumsi hanya penumpang yang duduk di area hijau.
‘Oh, yang mendapat konsumsi, hanya mereka yang sandaran kursinya warna hijau,” tegasku pelan.
Kerang etis rasanya membicarakan jatah makanan sehingga kami berbisik. Walaupun sebenarnya kami juga tidak lapar karena pada saat menunggu penumpang masuk kami juga sudah makan konsumsi yang dibagikan dari Jakarta ke Makasssar.
Namun ini adalah pengalaman pertama bahwa yang mendapat jatah konsumsi hanya mereka yang duduk di kursi yang bersandaran warna hijau. Ibu di sampingku juga sepertinya berharap mendapat sarapan. Tetapi, nasibnya sama dengan kami.
Pesawat terus terbang dengan suaca sedikit berawan. Tak tagi terdengar pertanyaan dari kakakku. Rupanya ia mulai tertidur. Aku pun berusaha memejamkan mata. mata terpejam, tetapi tak dapat tidur. Beberapa kali pikiranku kempbali ke peristiwa histeris.
Tak lagi ada percakapan. Sepertinya mereka mengantuk. Kami berenam tentu saja sangat mengantuk karena kami belum tidur. Kami keluar dari rumah menuju bandara sebelum pukul 00. Karena kami takut macet, kami berangkat lebih awal.
Kini aku pun mulai mengantuk. Kuikuti kantukku. Kubiarkan mataku terpejam dan tertidur.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar