Mencari Ridho di Masa Pandemi
Suka cita hati menerima kedatangan Ramdhan di saat pandemi corona meskupun rasa dan jiwa selalu merasakan kekhawatiran. Setiap perkembangan corona saya ikuti untuk mendapatkan informasi yang benar. Ramdhan kami jalani dengan kesahajaan seperti tahun-tahun sebelumnya. Namun tahun ini lebih dari itu karena turut merasakan kepprihatin sesama.
Suatu malam setelah salat tarawih berjamaah,aku mulai membuka pembicaraan dengan anak sulungku. Aku mengharapkan agar ia mau berhenti dari pekerjaannya yang berisiko dunia akhirat. Bagaimana tidak? Sebelum masa pandemi anakku sering pulang malam bahkan pernah pulang dini hari karena melakukan audit di kantornya. Sekarang meskipun bekerja secara WFH tetap melakukan pekerjaan sampai malam. Alhamdulillah ia masih bisa salat tarawih bersama. Melihat ada kesempatan reas aku langsung berbicara. Semua aku utarakan dan yang lebih aku menanamkan padanya bahwa yang menyuruh meninggalkan pekerjaan itu bukan aku tetap Allah SWT. Ia hanya diam.
Doa-doa untuknya selalu aku panjatkan kepada Allah agar hati anakku dilembutkan dan mau menerima. Terus,terus, dan terus .Aku pun minta bantuan doa suamiku dan memohon persrtujuannya. Alhamdulillah 15 hari berikutnya anakku mengatakan bahwa ia sudah menghadap bosnya dan menyampaikan keinginannya untuk berhenti. Berulang–ulang bosnya menolak untuk menerima pengunduran diri anakku dengan menjanjikan kenaikan gaji dan akan mempromosikannya di tempat yang lebih nyaman.”Coba pikir lagi deh dan bilang ke ibu kamu agar kamu tetap bertahan di sini”,begitu bujuk bosnya.
Anakku mulai ragu,gelisah dan gamang.Kupertajam lagi bahwa yang menyuruh berhenti dari pekerjaan itu bukan aku tetapi Allah yang Maha Memberi Rejeki. Anakku cuma tersenyum dengan manisnya.
Aku tahu betapa susahnya memutuskan kenikmatan dunia di saat orang lain mencari dengan berbagai kesulitan di masa pandemi ini.Anakku akhirnya begitu mudah melepaskannya dengan keikhlasan hati. Hari terakhir bekerja,sorenya anakku berpamitan dengan teman-teman dan bosnya.“Kalau kamu nanti ga betah di tempat baru,bilang ya pasti kamu akan saya terima dengan senang hati”. Anakku cuma tersenyum.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Semangat koreksi tulisan bunda. Sudah ok, dalam kenal bunda
Mantap bu Sri. Keren banget. Izin koreksi sedikit Ibu. Ada beberapa huruf yang keliru penulisannya ataw tertinggal. Contohnya pada paragraf pertama ada kata "meskupun", selanutnya kata "Ramdhan". Munkin maksudnya Ramadhan. Klo boleh usul, jika diawal penulisan menggunakan kata saya, maka untuk seterus tetap pakai saya. Jangan diganti. Hehe. Maaf ya Bu...bentuk kepedulian terhadap sodara agar jadi lebih baik. Pandai komen tapi belum tau saya bisa bu
Mantap bu Sri. Keren banget. Izin koreksi sedikit Ibu. Ada beberapa huruf yang keliru penulisannya ataw tertinggal. Contohnya pada paragraf pertama ada kata "meskupun", selanutnya kata "Ramdhan". Munkin maksudnya Ramadhan. Klo boleh usul, jika diawal penulisan menggunakan kata saya, maka untuk seterus tetap pakai saya. Jangan diganti. Hehe. Maaf ya Bu...bentuk kepedulian terhadap sodara agar jadi lebih baik. Pandai komen tapi belum tau saya bisa bu
Iya, maklum mata tua dek, trm ksh mang shrsnya tulusan itu konsisten kl sy, ya sy terus. Trm ksh