Selamatan Desa 1 Suro
Selamatan Desa 1 suro
Oleh Sri Maria
SDN. Tulungrejo 01
Setiap tahun baru tiba, biasanya ditandai dengan kemeriahan. Kemeriahan itu biasanya ditandai dengan pesta kembang api, Keramaian tiupan terompet, maupun keramaian arak arakan sepeda motor untuk anak - anak muda. Ada juga yang mengadakan pengajian. Tapi tidak dengan pergantian tahun baru Islam. Pergantian Tahun B.aru Islam bagi orang Jawa dianggap sebagai bulan tirakat. Yang merupakan kebalikan dari Tahun Baru pada umumnya.
Masyarakat jawa menyebut 1 muharam sebagai bulan Suro yaitu bulan pertama pada penanggalan Jawa.
Bagi masyarakat Jawa masih memegang teguh adat yaitu tradisi nenek moyang yaitu dengan mengadakan ritual. Dalam menggelar ritual mereka ada yang dengan cara semedi atau ada juga yang menepi di gunung atau laut.
Dengan diadakan ritual justru merupakan suatu bentuk instrospeksi diri.
Salah satu ritual yang dilakukan oleh masyarakat Jawa diantaranya adalah tirakat dan ngumbah pusaka. Ngumbah pusaka bisa keris atau pusaka lainnya.
. Selain dua ritual itu sebenarnya masih banyak ritual yang digelar oleh masyarakat Jawa. Tirakatan berasal dari kata Thoriqot yang artinya adalah jalan.
Yang dimaknai " Mencari jalan untuk mendekatkan diri dengan Alloh. Tirakatan ini digelar setiap satu Suro. Oleh kelompok - kelompok penganut " Aliran Kepercayaan . " Kejawen yang masih banyak dijumpai di pedesaan.
Sepanjang bulan Suro masyarakat Jawa meyakini untuk terus bersikap eling (ingat) dan waspada.
Eling yang artinya manusia harus tetap ingat siapa dirinya dan dimana kedudukannya sebagai ciptaan Tuhan. Terkait dengan peringatan 1 Muharam masyarakat kota Batu khususnya di beberapa desa diantaranya desa Pandanrejo, desa Giripurno termasuk desa Tulungrejo. Mengadakan karnaval desa.
Dalam menyongsong kegiatan karnaval desa, masyarakat Tulungrejo disibukkan dengan berbagai kegiatan.
Adapun beberapa kegiatan tsb adalah diantaranya dibentuknya kepanitiaan desa. Dari kepanitiaan mulai mengondisikan pedukuhan, RW serta RT masing - masing.
Dari situlah maka tidak luput dengan para siswa SDN. Tulungrejo 01. Mereka mulai ramai membicarakan tentang karnaval. Ada yang mau ikut di RT ada yang tidak ikut, semua sibuk dengan urusan karnaval.
Untuk persiapan itu mulailah latihan, persiapan kostum dan rencana untuk berhias. Di SDN. Tulungrejo 01 awalnya kami selaku penanggung jawab mulai menawarkan kepada guru - guru.
Dalam pikiran saya alangkah pantasnya kalau pihak sekolah khususnya, ikut berpartisipasi dengan ikut sebagsi peserta karnaval.
Tapi rupanya para guru mempunyai alasan bahwa anak - anak sudah banyak yang ikut di RT masing - masing. Dengan alasan itu, maka sebagai Kepala Sekolah yang tidak mau dikatakan kepala sekolah diktator. Akhirnya saya menyetujui kalau dari pihak sekolah tidak ikut karnaval. . Pada hari itu Sabtu tanggal 14 bulan Oktober ada surat datang dari pedukuhan. Isi surat adalah bahwa SDN. Tulungrejo 01 diharapkan untuk ikut berpartisipasi karnaval desa.
Heem....... Sambil tertawa kecil saya membaca surat. Ternyata sesuai predeksi. Karena waktunya sudah sangat mepet, maka segera mengadakan koordinasi untuk menentukan tema, latihan serta membicarakan tentang kostum.
Kemudian atas usulan salah satu guru maka kami bersepakat karnaval SDN. Tulungrejo 01 dengan tema " Melestarikan Budaya Lokal Sebagai Upaya Memperkuat Karakter Bangsa".
Dengan tema itu mulailah kami menentukan tarian yang kami pilih yaitu tari Jaranan. Dan mulailah memilih siswa yang belum atau tidak ikut karnaval di RTnya. Hari senin salah satu guru yang memang mempunyai kopetensi dibidang seni, melatih siswa yang terpilih.
Rupanya guru - gurupun tidak mau kalah dengan muridnya. Secara spontanitas mereka ikut latihan. Dengan semangatnya, mereka berlatih sambil megal - megol juga tertawa ria mendampingi siswa - siswinya.
Saya sangat senang dengan kondisi keharmonisan warga sekolah.
Ada perasaan bangga dalam hati, inilah suasana yang kudambakan.
Dalam hati terbersit doa " Mudah - mudahan saya diberi amanah ini sampe program - program bisa terlaksana dengan tuntas. Melihat semangat dan hubungan kekeluargaan yang terjalin begitu erat, rasanya sangat nyaman.
Tiba saatnya yang ditunggu hari Rabu saat karnaval dilaksanakan. Semua sibuk tentang urusan kostum dan juga rias. Untuk siswa memang kami tidak lepas dari peran serta masyarakat. Karena masalah rias diserahkan kepada orang tua.
Guru - gurunya pun tidak mau kalah, mereka ingin tampil cantik. Maka kami mendatangkan seorang perias ke sekolah untuk merias dewan guru.
Pakaian yang sudah disiapkan mereka mulai dikenakan. Dengan riasan dan baju kuning bawahan sarung, mereka kelihatan beda dan tambah cantik. Kalau orang jawa mengatakan "manglingi". Mungkin karena mereka jarang bersolek dalam arti bersolek ala salon. Dengan urutan satu kami mulailah kami berangkat menyusuri jalan dengan gerakan tari. Semua peserta karnaval sepertinya sangat menikmati.
Barisan kami pas belakang SMP. N 04.
Peserta SMP rupanya selain mengeluarkan pasukan pembawa bendera, juga mengeluarkan pasukan yang bertemakan Bhineka Tunggal Ika. Dengan postur yang bagus para remaja SMP berdandan ber aneka budaya suku. Untuk peserta dari SD terlihat sangat lucu dengan gerakan lincah. Apalagi ada sekelompok domba dengan gayanya yang melompat - lompat, juga baju tebal warna putih sungguh pemandangan yang menggelikan. Raut wajah yang polos tanpa dosa itulah anak - anak.
Dibelakang kami adalah sekelompok orang tua dengan dandanan yang beraneka ragam. Itu semua menujukkan betapa banyak ide yang digali oleh peserta karnaval. Semua ingin tampil yang menarik.
Dan kadang dandanan sengaja dibuat beda dan aneh. Sehingga penonton dibuat geli melihatnya. Uangpun tanpa diperhitungkan demi kepuasan. Itulah masyarakat. Dengan biaya sewa kostum juga biaya rias yang lumayan tidak menjadi penghalang untuk tampil. Dengan PDnya saling berjoget mengikuti irama lagu.
Raut wajah kegembiraan terbersit diwajah mereka. Rupanya mengikuti karnaval dengan ikut serta dalam barisan sambil berjoget yang membuat mereka terhibur. Karena dengan berjoget seakan - akan beban pikiran terasa ringan. Maklumlah guru sekarang beban kerja lebih berat dari pada guru zaman dahulu.
Tapi semua itu sudah sepadan dengan hak yang mereka terima
Tugas guru bukan hanya mengajar saja, tapi juga mendidik. Ditambah lagi dengan tugas lain semua harus siap dan melaksanakan dengan penuh tanggung jawab.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar