Sri Musalifah

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
# Tantangan GuruSiana # tantangan hari ke-15 #

# Tantangan GuruSiana # tantangan hari ke-15 #

Pahlawan Kecil

*part 3*

Kalau perjalanan lancar aturannya ayah sudah sampai tujuan. Tapi kok tumben belum juga ada kabar dari beliau. Kucoba tenang dan berpikir positif. Bisa jadi batrainya low atau mati. Atau sedang tidak dapat signal.Ya Allah, lindungilah suamiku, ayah anak-anakku.

Jam sudah menunjukkan pukul 23.00. Tapi kenapa kantukku belum juga datang. Padahal selama Kaila sakit tidurku tidak cukup. Kupandangi wajah anak-anak bergantian. Habib nampak pulas. Kasihan, ia sudah pontang-panting ikut mengurus Kaila. Sementara Kaila tidur dalam gelisah. Kuperiksan suhu tubuhnya. Kenapa dingin berkeringat badannya ya……

“Besok apa sebaiknya dibawa ke rumah sakit, mungkin obat Puskesmas ini kurang paten, “pikirku.

Sedang fokus mengamati ekspresi tidur anak-anak. Tiba-tiba Kaila mengerang kesakitan. “Ibuuuuu perut adik sakit, sakit….aduh sakit.” Sesaat kemudian muntah dan terus muntah.

Habib terbangun dan sigap mengambil air minun hangat. “Adik sih rewel, ndk mau makan. Kasihan tuh ibu, sudah capek-capek bikin bubur, Keke ndk mau.”

Keke adalah panggilan sayang Habib pada adiknya. Ia ngomel-ngomel karena sejak tiga hari sakit Kaila tidak mau makan. Hanya beberapa potong biskuit yang masuk ke perutnya.

Kembali badan Kaila panas. Habib rajin memberi air madu. Kali ini Kaila manut pada masnya. “Bu….adik dikasih minum obat lagi ya. Obat adik sudah habis mas. Kan kemarin sama dokter puskesmas dikasihnya cuma untuk 3 hari saja.”

Nampak sekali kecemasan Habib. Kaila semakin lemah dipangkuanku. Habib sibuk menyiapkan perlengkapan kompres. Dan sigap mengompres Kaila.

Tiba-tiba tubuh kaila menegang. Tangan dan kakinya kaku. Bicaranya menceracau. Matanya melihat ke satu titik dan melotot. “Maaasssss, itu dia datang mas….”Tangan kakunya menunjuk ke salah satu sudut langit-langit kamar.

Aku sangat panik, kepanikan yang sangat. Air mataku tak bisa kubendung. “Ya Allah tolong kami Robbiiiiiiiii, Kailaaaa kenapa kamu sayang. Jangan menakut-nakuti ibu nak. Rumah kita ini bersih. Bukankah kita semua sholat dan selalu mengaji.

Habib…bacakan ayat kursi ditelinga adik nak. Cepat mas……

Habib kebingungan dan mulai ikut menangis. Perasaan iba dan ketakutan. Sambil tetap mengompres air matanya deras mengalir. Suaranya bergetar melafalkan ayat-ayat suci Al-Qur’an ketelinga si adik.

Alhamdulillah doa dan usaha kami dikalbulkan Allah. Tubuh Kaila sudah tidak lagi menegang. Aku baringkan tubuh Kaila di kasur. Hendak ke dapur mengambil bawang putih.

“Ibu mau kemana, mas takut.” Habib memegang tanganku erat sekali. “ibu mau ke dapur nak, jaga adik sebentar ya.” Mas ikut.

Konon kata orang tua. Kalau anak demamnya terlalu tinggi sering mengingau dan berhalusinasi. Dalam kondisi kalut teringat petuah ibu. Segera bawang putih kuhaluskan asal dan kubalurkan ke telapak kaki, tangan dan kepala Kaila.

Habib tak lepas disampingku. Bujang kecilku sangat syok menghadapi insiden malam itu. Sebetulnya aku juga merasakan “kesereman” itu. Tapi akal sehatku yakin bahwa Allah melihat kondisi kami. Dan segera melindungi kami. Tak lama terdengan suara mengaji di surau belakang rumah. Tanda waktu subuh menjelang (bersambung)

Kota Arang, 15 Februari 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post