Sri Musalifah

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Tantangan GuruSiana tantangan Hari ke-27
id.lovepik.com

Tantangan GuruSiana tantangan Hari ke-27

Aku Bisa Sendiri, Mama……

Mama melepas Tiara berangkat sekolah dengan perasaan sedih. Serasa enggan masuk rumah. Iba hati mama melihat sikap Dina yang tak juga kunjung berubah

***

Ada rasa segan terhadap guru sekolah Dina. Dua hari masuk sekolah, sehari izin. Selalu begitu. Kalau dihitung dalam seminggu paling banyak masuk empat hari.

Sepulang sekolah kemarin Dina uring-uringan. Ia memaksa untuk dibelikan handphone. Alasannya butuh HP untuk mencari tugas sekolah. Si mama tentu tidak percaya begitu saja. Karena pihak sekolah sudah mewanti-wanti untuk mengawasi putra-putrinya menggunakan HP. Bahkan ditegaskan pula tidak ada guru yang memberi tugas dengan memakai fasilitas HP.

Bagaimana tidak bingung. Kalau ada keinginannya tidak terpenuhi selalu ada alasan untuk tidak sekolah.

Seperti pagi ini. Mama mencoba menenangkan diri. Berusaha sabar untuk masuk ke perasaan Dina. Apa sebenarnya maunya anak ini.

Perlahan mama masuk ke kamar Dina. Ternyata Dina belum juga mengganti baju sekolahnya. Hanya jilbabnya yang sudah dilepas dan teronggok diatas meja belajar. Wajahnya masih murung. Namun sudah tidak ada lagi air mata. Duduk diatas tempat tidur dengan kaki ditekuk. Matanya sedikit merah dan sembab. Sementara sorotnya redup dan nanar.

Mama duduk dipinggir tempat tidur seraya membelai lembut rambut Dina yang hitam.

“Sayang ada apa lagi nak, bukankah ini hari Kamis. Biasanya kakak semangat kok hari Kamis. Sekarang jadwalnya pelajaran seni dan prakarya kan?”

Dina tak bergeming dengan elusan mamanya. Tetap dengan tatapan kosong dan mulut manyun.

Dina sangat suka dengan kedua pelajaran tersebut. Sering ia cerita betapa menyenangkan saat berhasil membuat gambar atau pekerjaan tangan. Disamping karena gurunya telaten juga teman-temannya yang membantu dan kerja sama.

Tiba-tiba Dina beranjak dari tempat tidur. Ia membuka lemari, mengeluarkan hasil pekerjaan tangannya lalu membantingnya. Kemudian ia berlari ke ruang tamu dan menangis sejadi-jadinya.

Si mama melongo, terkejut. Diambil dan diamatinya hasil karya Dina. “Rasanya ini lumayan bagus, tapi kok dibanting.” Pikir mama. Diambilnya benda tersebut lalu berjalan mendekati Dina di ruang tamu.

“Anak cantik mama, bagi mama hasil karya kakak ini bagus. Bahkan setelah kakak bantingpun masih bagus.” Lalu kenapa sayang?”

“Buang saja ma, buaaaannggg. Kakak benci mereka,benciiiiiiiii!”

Kembali Dina lari dan menghambur ke kasur. Badanya tersengal, menumpahkan segala kekesalanya. Sambil sesekali kepalan tangannya dipukul-pukulkan ke kasur.

“Waduh alamat aku terlambat ngajar nih,” batin mama Andina. ***bersambung***

Kota Arang, 27 Februari 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post