Disuatu senin pagi, ia menjadi bagian dari pasukan pengibar bendera, berdiri dengan penuh rasa percaya diri di barisan paling depan. Ia adalah siswa yang baik dan pintar. Hanya saja kesejahteraan hidup belum berpihak kepadanya.

Garis takdir anak manusia tentulah tiada sama dan cara kita memaknai takdir itupun jua tak sama. Ketika kesusahan dipandang sebagai sebuah ujian, maka sungguh disana akan hadir kesyukuran dan kesabaran dalam sebuah perjuangan hidup, demikian sebaliknya. Kecukupan dan kelimpahan rezki yang Allah berikan tak kan pernah bisa memuaskan hati bagi seorang hamba yang tidak tau cara bersyukur.

Pasukan kecil itu mulai mengayunkan langkah tegap.. tapi apa yang terjadi? ketika langkah kaki diayunkan sepatu yang sudah layak ganti itu terkulai tapaknya.. mengaga ucapkan say hello pemirsah.. selamat pagii..!!! Oh.. no..!!

Sontak senyapnya nuansa khidmat jadi terusik, seketika berubah menjadi gelak kelucuan yang tertahan.

Malu rasa.. tapi apa hendak dikata, pasukan gagah berani ini harus terus melangkah.. tak boleh berhenti demi sang saka yang dicinta, harus berkibar pagi ini.

Selepas upacara sang guru yang berempati memanggil siswa ini. Maka mengalirlah cerita tentang seri kehidupanya. Berbinar ia, karena merasa ada yang perhatian. Sebenarnya itu cerita tentang kesusahan hidup, tapi sang pendongeng hampir tak merasakan itu sebuah derita, masih bersyukur bisa sekolah. Merantau bersama sanak/keluarga ibu, dan menumpang biaya sekolah karena orangtua sendiri sudah tak mampu. Sang guru termanggu dan sang siswa tak kalah haru ketika keesokan paginya ia mendapatkan hadiah sepatu baru dari sang guru.

Berbilang tahun berlalu tak ada yang ingin mengingat lagi peristiwa hari itu.. ada banyak cerita indah yang manis untuk dikenang, dan ada banyak urusan yang harus dilakukan dan dikerjakan. Tapi tidak mungkin bagi si siswa. Pagi itu sang guru berjalan menyusuri sepanjang trotoar di ibu kota propinsi untuk suatu urusan kedinasan. Ia merasa resah ketika sebuah mobil pribadi berjalan lambat mengikutinya, sesekali ketika jalanan agak lapang mobil tersebut menyejajari langkahnya dan untuk kesekian kalinya kemudian berhenti dan menurunkan kaca mobil. Sang pembawa kendaraan menyahut.. " Bapak? bapakkah itu? Saya tidak salah orangkan? Bapak mau kemana? Ayo naik." Si bapak guru kaget tak alang kepalang, kenapa tidak.. itu adalah mantan siswanya dulu.

Mengalir lagi nostalgia lama yang lucu dan haru itu, tentang sepatu yang terkulai tapaknya. Tentang tawa anak-anak dan sepatu baru dari sang guru. "Saya tak akan pernah lupa akan hari itu pak, sepatu baru dari bapak membuat saya makin bertekad bahwa sekolah bukan hanya tentang sepatu, tapi untuk sukses hidup dimasa depan, terima kasih ya pak." Katanya sumringah.

Kalian tau?

Penderitaan hidup sungguh telah menguatkan langkah kakinya untuk meraih keberhasilan dimasa sekolah dan sukses dalam kerja. Saat sang guru dikuntit, ia sedang dalam perjalanan menuju tempat dinasnya. Sebuah rumah sakit pemerintah terbesar di ibu kota propinsi. Ia adalah seorang dokter muda yang sedang mengambil spesialis.

Sang guru turun dari mobil dengan rasa yang sulit di ungkapkan.. dengan uang 1 juta yang masih digenggam erat ditangan. Ternyata Allah masih ingin mengganti sebagian rezki dari-Nya yang pernah dulu disedekahkan.

Ah.. Allah memang maha punya cara sendiri.

Bersyukur..

Bersyukur...

Berempati..

Dan berbagi...

Itu saja..

Hanya itu..

Cukup itu...

Cobalah..

#kisah inspiratif seorang guru, saya hanya ngulang nulis.. karena ikut terharu..😭😭.