Bandung Bondowoso Ala SMANSA
Pada suatu hari yang riang, Pak Iwan, petugas dari Dinas Pendidikan Kota Semarang, mengunjungi SMA 1 Semarang hendak memastikan ihwal pelaksanaan Ujian Nasional 2016. Di awal pembicaraan beliau menyampaikan, “Tahun ini akan diujicobakan pelaksanaan Ujian Nasional Berbasis Komputer di kota Semarang. Dari Dinas Kota telah merujuk SMA 3 Semarang sebagai piloting, namun Dinas memberikan kesempatan kepada sekolah lain untuk ikut mengawali dengan catatan segala fasilitas terpenuhi.”
Belum usai Pak Iwan dengan penjelasannya, aku mohon ijin sebentar untuk menghadap Kepala Sekolah. Di depan ibu Kastri aku sampaikan semua yang kudengar dari pak Iwan dan kututup dengan hasratku untuk melaksanakan UNBK tahun ini juga. Bu Kastri hanya terdiam. Ia menghela nafas sangat panjang. Pandang matanya sangat tajam, tertuju hanya kepadaku. Ketidaksanggupan beliau mengiyakan keinginanku terekspresi melalui bibir yang terkatup rapat tanpa senyum dan sorot mata yang tajam menatap. Binar mataku meredup, ada kekuatiran yang mulai menjalar. Aku sungguh tak kuasa menerima apabila permintaanku ditolak.
Perlahan sekali bibirnya terbuka. Dengan suara sangat lirih dan helaan nafas sangat panjang, beliau akhirnya berujar, “Tahun depan kita laksanakan, tahun ini paper test dulu.” “Mengapa tidak bisa tahun ini, Ibu?. Tahun depan ibu sudah pensiun? Perkenankan saya memberi kado terindah di akhir masa bakti Ibu di SMANSA,” tukasku setengah menghiba. “Infrastruktur kita belum layak Bu Dewi. Kita belum mampu. Insya Allah tahun depan SMANSA melaksanakan UNBK,” ujarnya pelan. “Ibu, saya hanya butuh restu penjenengan. Saya akan pikirkan dan cari jalan keluarnya,” ujarku dengan total keyakinan yang tak bisa dibendung.
Bu Kastri tetap beku. Posisi duduknya tetap sama. Tak satu pun ada yang berubah. Aku juga terus menatap beliau dengan keyakinan kuat yang enggan dienyahkan. Bu Kastri mulai menaut-nautkan jemarinya. Demikian juga aku sembari tak henti-henti kulafalkan tasbih, tahmid dan takbir di dalam hati yang terus bergemuruh.
Sejenak Bu Kastri mengalihkan pandangan ke luar jendela. Sejenak kemudian ia menatapku lelakt-lekat. Pandangan kami saling beradu. ” Baiklah, laksanakan, semoga Allah senantiasa memberi kita kekuatan dan keselamatan,” ucapnya dengan sangat bijaksana dan penuh wibawa. Aku menghambur langsung ke pangkuannya , berlutut, dan mencium tangannya berulang kali. Tangan kanannya yang leluasa dari cengkeramanku menepuk nepuk lembut bahuku. Tanpa bisa membendung luapan kegembiraanku, aku segera ke luar dari ruang Kepala Sekolah, melanjutkan perbincangan dengan Pak Iwan, mengabarkan perolehan ijin dari Bu Kastri ihwal pelaksanaan UNBK di SMAN 1 Semarang.
Tanggapan Pak Iwan terhadap ceritaku tidak seperti yang kubayangkan. Beliau terlihat dingin dan malah menasehati supaya tidak gegabah dan tergesa dalam melangkah. “ Dipersiapkan saja dulu segala sesuatunya dengan baik, laksanakan UNBK tahun depan karena Dinas Pendidikan Kota tidak bisa membantu. Semua terkonsentrasi untuk SMA 3 sebagai sekolah piloting UNBK,” ujarnya datar.
Penolakan Pak Iwan tidak menyurutkan semangatku. Aku semakin kekeh dengan niatku. Aku ingin membuktikan bahwa kejayaan SMANSA bukan hanya sejarah silam. Hasratku menggelora , aku ingin tahun 2015 adalah tahun kebangkitan, the beginning of the end. Selamat tinggal status Runner Up.”
Begitu Pak Iwan pamit dan menjadwalkan kunjungan final atas kepastian UNBK atau Paper Test bagi kelas XII dua minggu mendatang, aku langsung mengumpulkan stafku dan beberapa pakar IT untuk melaksanakan rapat darurat yang agenda utamanya adalah menganalisa standar pelaksanaan UNBK dan mendata kekurangan-kekurangan yang harus dibenahi dan dipenuhi. Kondisi memang semakin terasa berat sebab sudah dua bulanjabatan Waka Sarana Prasarana kosong karena yang bersangkutan mengundurkan diri.
Kertas putih catatan hasil rapat sore itu yang berisi daftar standar spare part dan kendala-kendala , tak pernah henti kutatap dan kueja, hingga kuhapal satu persatu di luar kepala. Kertas yang terus berada dalam genggamanku berhari-hari, tak lagi secemerlang awalnya. Empat hari lewat sejak rapat darurat itu, namun belum juga kutemukan solusi untuk bisa menyiapkan infrastruktur yang tergolong mahal dalam waktu singkat. Apalagi ketersediaan hardware di supplier juga masih abu-abu sebab waktunya mepet sekali.
Tepat pada hari keempat aku mendapat telpon dari salah seorang sahabat suamiku yang berdinas di Polda Jateng. Beliau bermaksud berkonsultasi tentang studi lanjut putranya yang ingin masuk sekolah penerbang di Curug. Sepakat kami janji ketemu di ruang kerjaku sore itu. Beliau menanyakan pesiapan-persiapan yang harus dilakukan agar bisa berkompetisi secara maksimal. Di penghujung pertemuan aku sempat menyampaikan uneg-unegku.
Adalah suatu kebetulan bahwa putra sulungnya adalah salah satu peserta andaikata UNBK benar-benar bisa dilangsungkan. Sungguh di luar dugaanku. Pertemuan kami adalah symbiosis mutualisme. Bukan hanya beliau yang mendapat manfaat, namun aku pun memeroleh solusi dari permasalahan yang menggelayuti selama berhari-hari. “Aku bantu, Mbak. Aku mau jadi donatur. Aku ingin anakku punya kenangan ujian berbasis komputer dalam sejarah hidupnya,” katanya sambil menyodorkan nama-nama yang bisa kuhubungi dan memiliki passion yang sama dengannya.
Gagasan sahabat suamiku itu kulaporkan dengan detail kepada kepala sekolah pada pagi harinya, dan beliau menginstruksikanku untuk segera melangkah lebih lanjut. Sepanjang waktu, aku intens melaporkan kepada Kepala Sekolah ihwal perkembangan yang baik terkait dengan persiapan pelaksanaan UNBK.
Jujur, aku sama sekali buta dengan hardware computer maupun jaringan-jaringan internet. Maka, partner kerjaku yang sangat berjasa membantu lahirnya E-School di SMANSA kembali kuajak berjibaku guna mewujudkan mimpi melaksanakan UNBK di SMANSA, mulai dari mengeksekusi hardware yang layak dipakai , menembus supplier yang bisa disambati untuk menyediakan perangkat secara cepat, dan memasang jaringan internet yang rumit. Oh… ya satu lagi…instalasi listrik yang harus dinaikkan dayanya. Wow! Kegilaanku telah menyeretku pada urusan-urusan yang jauh dari kebiasaanku di rumah. Aku yang biasa dengan keadaan serba tersedia, kini harus jadi “mandor” sekaligus pegawai lapangan.
Dalam waktu dua hari semua perangkat telah tersedia. Perjuangan belum juga usai. Jaringan internet untuk 150 komputer harus sudah terkoneksi dalam waktu tiga hari. ‘Tripping”, ya, istilah yang baru kukenal saat itu yakni memintal kabel satu persatu untuk dikoneksikan ke komputer menjadi agenda vital yang membuat kami harus lembur dan tidur di sekolah.
Sepuluh personil rekan guru dan enam personil dari tim Fresto menjadi pahlawan lahirnya UNBK di SMANSA. Pejuang-pejuang yang loyalitasnya sangat tinggi itu telah membuatku tak henti bermunajat memohon keberkahan untuk hidup mereka dunia akhirat.
Dua minggu sesuai waktu yang dijanjikan, Pak Iwan kembali bertandang memeriksa kesiapan SMA 1 melaksanakan UNBK. Aku sungguh terpana dengan ketakjuban yang disampaikan beliau, “Kesiapan SMANSA sungguh melebihi sekolah piloting. Infrastruktur yang ada benar -benar lengkap, bagus, dan paten. Luar biasa, tahun depan SMANSA tak perlu lagi memikirkan infrastruktur.”
Menurut penuturan Pak Iwan, sekolah piloting ternyata hanya menggunakan sistem sewa untuk pengadaan perangkat UNBK, sehingga untuk tahun berikutnya harus menyewa pula.
Ujung hatiku tersenyum manis dan bergumam riang, “Bandung Bondowoso sang pemrakasa seribu candi dalam semalam ternyata bukanlah dongeng tidur belaka. Selama tekad dan niat yang tulus dikedepankan , tiada yang tidak mungkin terjadi. Jika Allah Azza Wa jalla meridhoi. ‘Kun fayakun’. Ya, apabila Dia sudah berkehendak, maka segalanya pun jadi mudah."
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar