SUARA GEMERCIK DI KAMAR 204 (91)
#PENTIGRAF
Oleh Sri Purnama Dewi
Begitu bis berhenti di lapangan parkir tak jauh dari pintu masuk pantai Kuta, TL Bali tour berteriak mempersilahkan para penumpang untuk turun dan berjalan menuju hotel. Tak perlu komando dua kali, 36 siswa kelas XI IPS 1 yang menjadi perwalianku itu segera menuju ke satu titik pintu keluar. Bagai anak panah yang lepas dari busurnya, mereka berhamburan melepaskan diri karena seharian terkurung di dalam bis. Perjalanan Semarang-Bali yang sangat melelahkan.
“Sini, biar aku yang bawa tasmu” kata pak Yudhi, guru pendamping yang ditunjuk sekolah untuk menemaniku menjaga anak-anak selama study tour ke Bali. “Janji ya pak, nanti malam kita harus patroli. Aku ingin memastikan anak anak baik baik saja”. “Biar aku saja yang patroli sama pak Sulis. Ibu -ibu silahkan istirahat” kata pak Yudhi serius. “Jangan lupa pengawasan khusus untuk dua anak yang kuceritakan di bis tadi “ pesanku sambil mengambil alih koper yang dibawanya. “Saritem si photo model itu kan ? sama mm….. Prakoso si hidung betet” ingatan pak Yudhi memang markotop. Aku acungkan jempol padanya. Mantab.
“Bu Dewi, Bu Dewi bangun bu, bangun” pintu kamar diketuk keras sekitar pukul 2 dini hari. Begitu pintu kamar kubuka, pak Yudhi langsung berbalik arah memberi isyarat agar aku mengikutinya. Kami berhenti di kamar 204. Pak Sulis berdiri di depan pintu dan memberi isyarat diam dengan menekankan jari telunjuknya di ujung bibirnya. Serempak kami bertiga menempelkan telinga ke tembok dan perlahan terdengar air kran mengalir. Sayup sayup terdengar suara yang membuat perasaan kami tidak karuan. Dheg! Kami spontan saling pandang. “Aku ga kuat, aku ga kuat" terdengar jelas suara yang membuat pak Yudhi tak tahan lagi untuk bertindak . “Sari, buka pintu” teriak Pak Yudhi. “Sariiii!” . Pintu di buka , pak Yudhi terhuyung oleh gerakanku dan pak Sulis yang ingin menyaksikan apa yang terjadi “ Shaula sakit pak udah 5 kali buang air besar, sejak tadi maunya muntah, tapi ditahan terus, sudah tak urut tengkuknya” jelas Saritem.
Pak Yudhi dan Pak Sulis tersenyum jeleeeeeeeeek sekali.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mantul
Thanks bunda atas kunjungannya
Mantap
Terimakasih bunda Rusdiani salam.literasi
Duh, bawaannya khawatir dan curiga kalau ada siswa yg seperti itu...
he he he betul bunda Yuniar... bagaimanapun di beri amanah intui momong merea
Paragraf terakhir kuncinya.
betul bunda... pak guru n bu guru tertipu oleh pikirannya sendiri
Mantap bunda
Terimakasih telah berkunjung bunda ...
Terimakasih telah berkunjung bunda ...
Bunn.. Aku sudah berhenti ketawa nihh.
Iya ...jangan lama lama...kesel nanti
Makanya jangan suudhon
Betul bunda...ngaku salah...terimakasih atas kunjungannya
Aduh bunda, bisa sakit perut baca ceritanya. Guru-guru ini memang terlalu protektif. Salam.
cya bunda Nuuk .... terimakasih telah mampir. salam literasi