Sri purwaningsih

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

KERTAS KUMAL

KERTAS KUMAL

OLEH :

SRI PURWANINGSIH

Kertas yang sudah kumal ini , ternyata masih tersimpan dalam lipatan buku agenda kegiatanku sehari-hari. Sebagai mantan ketua umum sebuah organisasi mahasiswa , tentulah kemanapun aku pergi buku ini selalu menyertaiku. Ku baca kembali lembaran kertas lusuh yang dibagikan seseorang ketika aku naik bis umum.

Padepokan “Saestu Ngaco”. Pusat benda-benda keramat dan penyaluran energi positif

* Pengobatan alternatif, mengobati berbagai macam penyakit tanpa operasi, seperti jantung bocor, stroke, kencing manis, ambein, kanker payudara, tumor, belum punya keturunan dan berbagai macam penyakit lainnya

* Melayani pemasangan susuk untuk mempercantik diri, senantiasa awet muda, hingga membuat mata yang memandang menjadi tertarik dan simpati, dan dapat juga sebagai penglaris.

* Totok aura, agar anda memancarkan sinar, perkasa, berwibawa, percaya diri.

* Pelet pengasihan, agar suami/istri, pacar lebih setia, sayang dan tunduk takluk.

* Berbagai macam ajian yang dihasilkan dari ritual khusus, penyaluran energy positif, untuk membuka jalan kesuksesan seseorang, usaha dan karir lancar, memenangkan berbagai macam persaingan bisnis dan karir, mengatasi semua persoalan rumah tangga.

Aku masih ingat Ratri teman yang saat itu duduk disampingku tertawa mengejek.

“Yah Si Bos, ngapain juga kertas kaya gitu disimpan, malulah masa seorang pemimpin masih juga percaya yang kaya gituan, syirik lah Bos” ujarnya mengejek.

“Siapa tahu ini berguna, yah diantaranya aku gunakan untuk memelet kamu, biar pagi, siang, malam hanya aku yang ada dipelupuk matamu” godaku kepada Ratri. Rupanya candaanku ini mengena juga, Ratri melengos pelan, memunggungiku seperti gaya tolak menolak ion yang sejenis. Padahal aku bukan jenisnya, tapi tak mampu juga menarik hatinya.

Dia memang kupilih sebagai bendahara, karena kepiawainya mengelola keuangan organisasi. Uang tidak bisa keluar dengan mudah ditanganya, dia hitung dengan matang dan seksama seperti konfigurasi elektron stabil. Dia tidak segan menolak permintaanku . Jika aku kepepet butuh uang, dia menolak meminjamkan uang organisasi padaku. Kalaupun mau membantu yang dikeluarkan adalah uang pribadinya. Ratri adalah perempuan hebat, aku sering kewalahan kalau berdiskusi dengannya, gayanya yang meletup-letup persis seperti unsur natrium bereaksi dengan air, high explosive. Itu salah satu praktikum di laboratorium kimia yang masih kuingat.

Kita tinggalkan dulu kenanganku bersama Ratri. Kudengar dia telah sukses menjadi pegawai negeri di sebuah instansi pemerintah di tempat kelahirannya, Dia memang cerdas, harus kuakui itu. Sementara itu bagaimana dengan aku, kemampuanku memimpin organisasi ternyata belum bisa membawa ke kehidupan lebih baik. Ini akibat nilai akademik yang pas-pasan. Beruntunglah aku bertemu dengan Pak Kampiyun. Bakatku sebagai mantan pemimpin organisasi tersalurkan.

Pak Kampiyun adalah seorang anggota dewan yang berasal dari Partai Kibuli. Sebenarnya pendidikannya hanya tamatan SMA, lain dengan aku gini-gini sudah S-1. Pak Kampiyun seorang yang terpandang, karirnya dimulai sebagai seorang Carik/ Sekretaris Desa . Kemampuannya menangani segala urusan masyarakat desa membuat pundi-pundi uangnya penuh. Apalagi ketika terjadi pembebasan tanah bengkok desa, yang diubah peruntukkanya menjadi perumnas. Dia mengantongi upeti yang lumayan dari pengembang perumahan. Dengan modal yang seperti ini Pak Kampiyun memberanikan diri menjadi Caleg lewat Partai Kibuli. Bagaimana peranku? Aku adalah tim suksesnya. Sebenarnya akupun ingin menjadi Caleg. Tetapi aku betul-betul tak punya modal, jadilah aku selayaknya unsur yang membentuk ikatan kovalen koordinasi dengan Pak Kampiyun. Aku malu kalau harus meminta uang pada bapak yang hanya petani kecil. Tak sangguplah melihat gurat-gurat ketuaan di wajah bapak yang tak pernah mengeluh itu. Aku hanya ingin mandiri, tak lagi bergantung kepada orang tua.

Aku menggunakan kemampuan berkomumunikasi sebagai tim sukses Pak Kampiun. Keelektronegatifanku yang tinggi mampu menarik atom-atom yang lebih rendah keelektronegatifannya. Bukan cuma janji yang aku obral, uang yang diberikan Pak Kampiunpun aku bagikan layaknya debu radioaktif dari reaktor nuklir yang bocor. Dan dengan mulus Pak Kampiyun melenggang menuju Gedung Dewan, sebagai wakil rakyat. Entah rakyat sebelah mana yang diwakili.

Dengan suksesnya Pak Kampiyun menjadi anggota dewan, akupun dipercaya menjadi Sekretaris Partai Kibuli. Kini aku sudah punya kendaraan sendiri, bangga rasanya bisa berpakaian perlente, ibuku terharu melihat penampilanku. Wanita lugu ini sangat bangga melihat anaknya jadi orang.

Tentunya tugas-tugas sebagai anggota dewan , lain sekali dengan tugasnya sebagai Carik , sementara kemampuan Pak Kampiyun untuk membahas dan membuat berbagai macam undang-undang, sangatlah terbatas , maklum dia bukanlah ahlinya, membuat peranku sedemikian penting bagi Pak Kampiyun, layaknya gas oksigen dengan fungsi yang sangat vital. Akulah yang membuatkan cara mengidentifikasi masalah, membuat perumusan dan rencana kerja dalam bentuk laporan-laporan tertulis, memanajemen segala urusannya. Layaknya staf ahli. Hampir separo gaji yang seharusnya diterima Pak Kampiyun menjadi milikku, bahkan akupun menikmati proyek-proyek basah yang dikerjakan Pak Kampiyun. Bahkan untuk pemilu berikutnya aku sudah dipastikan dipasang pada nomor urut atas, tentunya di bawah Pak Kampiyun. Langkah menuju Gedung Dewan semakin lebar bagiku. Untuk urusan berkomunikasi dengan massa dan obral janji itu keahlianku, toh tidak pernah ada yang menuntut agar janji-janji yang diobral untuk dipenuhi. Sudah terbayang berbagai fasilitas yang akan aku dapatkan, sebutan “yang terhormat bapak wakil rakyat” sudah menari-nari di irama telingaku. Kali ini aku tersenyum sendiri.

Saat asa sedang melayang-layang untuk ku raih, sore itu, sore yang tenteram dan melenakan, aku dikejutkan dengan kedatangan Pak Kampiyun. Tidak seperti biasanya , padahal kalau Pak Kampiyun butuh diriku , tinggal menekan nomor hpku, dengan secepat kilat aku datang menghadap.

“ Mas Pokal, malam ini ikutlah denganku, kalau kau ingin sukses dalam hidupmu,” ajak Pak Kampiyun.

“Tapi kemana Pak, apa ada sesuatu yang sangat penting ?” Tanyaku penasaran

“Sudahlah nanti kau juga akan tahu, ini tidak ada hubungannya dengan tugasmu, aku hanya ingin mengajakmu refreshing, berkemaslah jam delapan aku tunggu di rumah”, ajak Pak Kampiyun.

Akupun mengiyakan, rasa penasaranlah yang membuatku mengikuti permintaan Pak Kampiyun.

Entah jalan mana saja yang telah dilalui Pak Kampiyun, semakin malam rasa dingin ini mulai menelusup pori-pori persendianku. Hingga kami memasuki sebuah areal permandian dan sebuah rumah yang berpenampilan eksotis. Kami berdua diterima dengan hangat oleh tuan rumah, Mbah Sirapal namanya. Pak Kampiyun mempekenalkan Mbah Sirapal kepadaku sebagai penasehat spiritual. Pak Kampiun berbasa-basi dengan menceritakan keberhasilannya melaksanakan tugas-tugas kedewanan dengan kata-kata yang menurutku penuh kepalsuan, seperti yang selama ini dia lakukan untuk membohongi rakyat yang diwakilinya. Mbah Sirapal tersenyum, dan mengangguk-anggukan kepalanya. Aku mulai merasakan kengerian kemistisan ini. Hingga pada pukul 12 malam Pak Kampiyun diiringi Mbah Sirapal memasuki areal permandian. Gila, Pak Kampiyun memasuki areal permandian itu tanpa sehelai benangpun. Aku diajak serta, tapi aku menolak dengan alasan badanku kurang sehat, belum menyentuh airpun, tubuhku sudah menggigil.

Pak Kampiyun membuka rahasia kesuksesannya selama ini, ritual mandi yang dilakukannya di tempat Mbah Sirapal adalah untuk membuka aura, agar mendatangkan kewibawaan, orang menjadi segan dan tunduk dengan permintaannya.

Baru kusadari , jadi selama ini aku terkena aura mistis Pak Kampiyun, pantesan saja aku tak pernah bisa menolak permintaanya, justru dengan semangat yang tinggi aku berusaha melayani keinginannya, walaupun sering berbenturan dengan hati nuraniku.

Tiba-tiba aku merasa jijik dengan diriku sendiri, selama ini aku telah menjadi budak Pak Kampiyun, dia benar-benar lihai memanfaatkanku. Betapa bodohnya aku karena merasa pintar mengelabui semua orang. Aku baru tahu kalau kertas kumal inilah yang selama ini menjadi rujukan Pak Kampiyun dalam memperoleh kekuasaan dan kekayaan, hingga pengaruhnya tak terbendung. Bahkan karena aku dianggap sebagai orang kepercayaanya, tanpa prasangka apapun, Pak Kampiyun memperlihatkan sabuk kuning yang diperolehnya ketika menyepi di Gunung Lawu. Ada juga Jimat Mustika yang berbentuk cincin safir biru, yang selama ini dikenakkannya. Bahkan dia bermaksud membagi ilmunya denganku, agar aku bisa sepertinya.

Sejak peristiwa itu ada kesadaran yang walau datang terlambat menelusup dalam relung hatiku. Deposit mineral keimanan yang selama ini tidak tereksplorasi muncul kembali. Sebenarnya apa yang aku inginkan selama ini? Bukankah dulu ketika aku menjadi pemimpin organisasi mahasiswa selalu berjalan diatas rasionalitas, keikhlasan berjuang tanpa pamrih apapun. Seperti keberhasilan kami sewaktu membela ketidakadilan yang terjadi pada keluarga Pak Samino, seorang petani miskin yang rumah dan sawahnya hendak digusur dan dieksekusi oleh para cukong makelar tanah. Dengan berbaris rapi dan berorasi, kami berhasil mengumpulkan warga sekitar untuk ikut melindungi Pak Samino. Betapa tangis haru menyeruak dalam dada laskar mahasiswa yang aku pimpim ketika makelar tanah itu kami buat tak berdaya. Itu menjadi kebahagiaanku yang paling tinggi ketika melihat Pak Samino melakukan sujud syukur diatas tanah… Lalu menghilang kemanakah integritasku selama ini?

Aku tak boleh menyalahkan Pak Kampiyun, itu hak dia melakukan apa yang dia inginkan. Akulah yang bodoh, demi impian mendapatkan kedudukan dan kekayaan aku telah mengadaikan harga diriku. Lalu apa lagi yang aku punya?

Ah tidak ada kata terlambat untuk memperbaiki, tekadku dalam hati. Tiba-tiba hpku berbunyi, Pak Kampiyun seperti biasanya memintaku membuat laporan dan tulisan yang akan dibawakan dengan meyakinkan dan berbobot pada saat rapat di gedung Dewan. Aku mengiyakan.

“Mas Pokal, mana laporannya, cepat bawa kemari, aku tunggu di rumah sekarang juga”, terdengar instruksi Pak Kampiyun yang penuh emosi. Nada suaranya terdengar gusar dan panik. Tentu saja Pak Kampiyun panik, karena aku terus mengulur-ngulur janji untuk menyelesaikan tugasnya. Ada saja alasan yang aku sampaikan, hingga hilang kesabarannya. Aku memang tak melakukan apa-apa untuk memenuhi permintaan dia seperti biasanya. Bukankah ini juga yang dia lakukan selama ini, mengobral janji tanpa pernah berusaha menepati semua janjinya.

Hp milikku aku matikan, aku sudah muak dengan semua ini, aku pergi seharian untuk menghindar darinya. Tentunya rapat telah dimulai, pikiran jahilku muncul membayangkan Pak Kampiyun yang melongo dan terlihat bego tidak bisa memberikan yang terbaik pada waktu rapat, tentu yang akan dia lakukan adalah menggosok-gosok Jimat Mustika Cincin Safir Biru, agar anggota dewan yang lain terlelap dan tidak memperhatikan apa yang dia sampaikan karena tidak berbobot, atau bolak-balik ke kamar kecil karena nervous, atau….. Ah tidak sampai hati membayangkan hal terburuk akan terjadi padanya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post