Air, Tanah, Api, dan Angin merupakan empat kekuatan alam yang tidak mudah menahannya. Sehari-hari mereka bersahabat dengan manusia. Bahkan membantu manusia dalam memenuhi kebutuhannya. Akan tetapi, jika sudah menunjukkan kekuatannya, sungguh manusia menjadi makhluk yang tidak berdaya.

Kamis (14/01/2021), air telah menunjukkan kekuatannya di Kalimantan Selatan. Wilayah yang konon kabarnya tidak pernah dilanda banjir, kini mengalami dengan ketinggian yang cukup mengkhawatirkan. Kemudian sehari berikutnya (15/01/2021), Sulawesi Barat dilanda gempa dengan kekuatan Magnitudo 6,2. Berpusat di 6 kilometer timur laut Majene. Gempa merupakan bencana yang tidak dapat diprediksi.

Patahan pada lempengan bumi telah menggetarkan tanah di permukaannya. Bangunan tak mampu bertahan. Kejadian dini hari telah memporak-porandakan Majene dan Mamuju.

Tanah yang sehari-hari diam diperlakukan manusia seperti apapun, sekali bergerak manusialah yang terdiam. Terpaku. Tak mampu berkata-kata selain menyebut asma pemilik alam semesta.

Alam seolah-olah “protes” pada makhluk yang menetap di permukaan bumi. Sebagai manusia yang berpikir, tentunya cobaan ini bukan hanya menguji masyarakat di Kalimantan Selatan dan Sulawesi Barat saja. Melainkan seluruh umat manusia. Terutama bangsa Indonesia.

Bagi yang mengalami, menguji kesabaran dan ketabahan. Sedangkan bagi yang tidak mengalami langsung, menguji empati. Sudah semestinya menghadapi bencana dengan saling menguatkan. Saling introspeksi diri tanpa menyalahkan apalagi menghujat kiri kanan. Melontarkan energi negatif pada masa Pandemi seperti ini hanya akan menurunkan imunitas tubuh.

Perlu belajar dari Jepang yang rentan mengalami gempa. Struktur daratannya yang terletak di wilayah rawan gempa justru membuat mereka kuat dan inovatif dalam mencari solusi. Tanpa menghujat sana sini. Tentu saja menahan diri dari korupsi (bantuan sosial).

Semoga apa yang terjadi masih dalam tingkat ujian dan cobaan menuju naik kelas.

Wallahu’alam bi shawab.