Hari Ini 16 Tahun yang Lalu (Hari ke-347)
Pagi itu, Minggu 26 Desember 2004, saya sedang beres-beres rumah ketika tiba-tiba bumi bergetar. Hanya dalam hitungan detik, getarannya semakin kuat dan mengayunkan. Daun jendela terayun-ayun dan bersuara. Begitu juga pot-pot bunga yang digantung. Saling terayun berbenturan. Menimbulkan suara cukup ramai. Tak salah lagi, ini gempa.
Segera saya dan keluarga keluar rumah. Kami duduk di halaman, karena jika berdiri ayunan bumi sangat terasa. Beberapa tetangga yang laki-laki mengumandangkan azan. Getaran gempa yang kuat dan lama membuat kami bertanya-tanya, di mana sumbernya?
Setelah gempa reda, segera saya hidupkan televisi. Mencari berita di mana sumber gempa. Muncullah Breaking News di Metro TV. Ternyata sumber gempa kira-kira terletak di Samudra Hindia 160 km di Utara pulau Simeuleu, lepas pantai barat Sumatra Utara, pada kedalaman 30 km di bawah permukaan laut.
Tidak berapa lama kemudian muncul berita Tsunami. Ya Allah, kami yang menonton di televisi saja terpaku tak mampu berkata-kata selain menyebut nama-Mu. Apalagi saudara-saudara di Aceh yang mengalami langsung.
Pada saat itu, betapa manusia tiada daya upaya menghadapi kekuatan alam. Setelah bumi diguncang, airpun datang menyapu reruntuhan dan apa saja yang ditemuinya. Semuanya terjadi begitu cepat. Seakan bernafaspun tidak sempat. Korban berjatuhan menguras air mata dan tangis tanpa suara. Tsunami bukan hanya terjadi di Aceh, tapi juga di beberapa Negara lain. Laa haula wa laa quwwata illaa billaah.
Semeulue sebagai kepulauan kecil yang paling dekat dengan sumber gempa, justru paling sedikit korban. Masyarakatnya telah dididik alam dalam menghadapi Tsunami. Kisah para leluhur yang disampaikan secara turun temurun membuat mereka mengenal tanda-tanda Tsunami dan bagaimana menghadapinya.
Sekarang 16 tahun sudah peristiwa itu terjadi. Aceh sudah bangkit dan berdandan lagi. Tapi sejarah Tsunami ini abadi dikenang negeri. Situs-situs Tsunami menjadi saksi sejarah. Museum Tsunami, PLTD Apung, Mesjid Baiturrahman, dan lain-lain menjadi saksi duka negeri saat itu. Semua mata dunia mengarah ke Aceh. Serambi Mekah Indonesia.
Semoga para korban Tsunami mendapatkan tempat terbaik di sisi-Nya.
Alfatihah.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar