Belajarlah sebelum ujian. Kata-kata ini sering diucapkan kepada anak-anak atau orang dewasa yang akan mengikuti ujian. Seolah-olah ketika ujian berlangsung, tidak ada lagi proses belajar di sana.

Padahal dalam sebuah ujian banyak pembelajaran. Ujian juga sebuah proses. Perlu dinikmati sensasinya. Jika seseorang menjalani ujian lalu dihantui perasaan takut tidak lulus, pasti suasana akan menjadi horor. Keringat dingin bisa bercucuran. Tangan basah selalu oleh keringat. Kepala pun jadi cenat cenut. Dalam kondisi begini, bagaimana otak bisa diajak berpikir "waras". Apalagi jika ujian berbayar. Tambah beban di kepala. Kalau tidak lulus, duh sayangnya uang melayang. Begitulah bayangan di benak.

Oleh karena itu, perlu ada persiapan "paripurna". Mulai dari pisik, mental, dan dompet. Mental perlu diyakinkan bahwa mampu menghadapi ujian. Pisik perlu mengonsumsi asupan gizi. Supaya ada energi untuk berpikir. Dompet perlu dipersiapkan untuk biaya operasional. Ketiganya merupakan trio yang diperlukan untuk berkolaborasi seimbang.

Jika ketiganya sudah kompak, maka proses ujian akan dapat dinikmati. Dari rasa nikmat inilah akan mengalir ilmu bermanfaat yang akan terkenang seumur hidup. Betapa perjuangan menghadapi ujian tersebut begitu indah untuk dikenang. Apabila kelulusan ending-nya akan menambah energi berkarya. Kalaupun gagal ujungnya, akan jadi pembelajaran untuk lebih waspada dan mempersiapkan diri lebih baik di masa mendatang. Lalu uang yang lenyap bagaimana? Ah, selalu ada kemudahan bagi mereka yang berjuang di jalan ilmu pengetahuan.

Life so simple, right?