Peluang Bersama Keabadian (2)
“Nanti, kalau aku sudah sembuh, kita bakal lanjutin pernikahan impian yang pernah gagal ya Wi” ucapnya lirih.
Wajah mas Awi terlihat miris dan merasa tidak enak dengan Riva.
“Maksudnya, pernikahan ?” ucap Riva dengan nada bergetar.
Tari, memandang diri Riva. “Siapa dia Wi ?” tanya Tari
“Dia…” belum selesai Awi menjawab, bu Nenah langsung memotong, “Bisa kita bicara diluar ?” Awi dan Riva menganggukkan kepala dan pergi keluar.
Mereka duduk agak menjauh dari ruang rawat Tari, Riva dan Awi terdiam menunggu bu Nenah berbicara apa yang akan disampaikan.
Sebelum berbicara bu Nenah menarik nafas dalam-dalam sambil menggenggam tangan Riva, “Riva, anak saya Tari menderita kanker otak stadium lanjut, kemungkinan untuk sembuh hanya mukzijat dari Yang Kuasa” kata bu Nenah dengan air mata yang mengalir deras.
“Tari merasa hidupnya akan segera berakhir, dan hanya satu keinginannya, kini. Ia ingin menikah dengan Awi” ujar bu Nenah dengan suara terbata-bata karena mengendalikan emosi kesedihannya.
Sekarang, giliran Riva yang menarik nafas dalam-dalam dan memalingkan wajahnya dari wanita paruh baya itu.
“Mas Awi, sudah menikah. Apa Tari sudah mengetahui ?” tanya Riva ke bu Nenah. Hanya gelengan kepala jawabnya dan kembali menangis.
“Tari belum mengetahuinya, dia hanya ingin melanjutkan obsesinya menikah dengan Awi yang kami tolak saat lamaran, dua tahun yang lalu. Dulu, kami menentang karena kami menganggap Awi dari keluarga tidak mampu” kata bu Nenah dengan suara bergetar.
“Tidak, Tidaak, saya tidak sudi mas Awi menikah lagi buu !” ratap Riva ke bu Nenah
Bersambung …….
#Hari ke 265
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Jadi ikutan sedih Ceu.. Lanjuuuut. Sukses selalu
Terimakasih hadirnya pak Burhani, semoga sehat selalu
Duh, dilema. Beneran sakit atau modus saja? Mantap, Bun
Terimakasih hadirnya Bunda Ernasari, semoga sehat selalu
Kisah yang menarik, dengan sejuta konflik. Sukses Bu Si Rahayu
Terimakasih apresiasinya pak Rochadi Arif Purnawan, semoga sehat selalu
Menarik kisahnya, Bu. Salam sehat dan sukses selalu.
Terimakasih apresiasinya bunda Cicik, semoga sehat selalu
Yang sabar Riva, semoga selalu sehat dan sukses Bunda Sri.
Terimakasih hadirnya Bunda Anita, semoga sehat selalu
Bagaimana Riva.. ditunggu lanjutannya Bun..
Terimakasih hadirnya Bunda Nanik, semoga sehat selalu