Terdengar suara motor berhenti didepan rumah, “Assalamu’alaikum !” bapak memberi salam di depan pintu rumah. Mereka, menjawab dengan kompak “Wa’alaikumsalam” sambil Awi menghampiri dan mencium tangan kanan bapaknya, diikuti istrinya.

“ada tamu nih, gimana pada sehat ?” tanya pak Rais

“alhamdulillah, sehat pak” jawab Awi

“pak, besok minta tolong jadi saksi saya yah” pinta Awi

“maksudnya ?” pak Rais kebingungan, nama bapaknya Awi.

“Tari sakit, pak. Orangtuanya, meminta saya untuk menikahi demi kesembuhannya” Awi menjelaskan.

“Terus, Riva bagaimana ?” tanya pak Rais

“insya Allah ikhlas, pak” sahut Riva dengan suara lemah, nyaris tak terdengar

“pak, biarin aja. kualat tuh sama kita” kata bu Lela, emosi

“Allah tidak tidur, buu. Kita hargai pengorbanan Riva dan permintaan Tari. Besok, bapak ke rumah sakit” kata pak Rais, tegas.

“terimakasih, pak. Ijin pamit, mempersiapkan besok” ujar Awi. Segera mereka naik kendaraan roda duanya, “mau kemana kita, mas ?” tanya Riva, tidak ada jawaban dari Awi mungkin tidak mendengar karena padatnya arus lalu lintas atau pura-pura tidak mendengar pertanyaan istrinya.

Ternyata, Awi memberhentikan kendaraannya di toko perhiasan yang sama saat mereka hendak menikah dulu. Awi meminta Riva, mencarikan cincin yang cocok untuk Tari, kembali hati Riva bergetar rasanya ingin lari.

Riva berusaha menguatkan mentalnya, karena tidak fokus pikirannya. Pilihan jatuh pada cincin yang sama dikenakan mereka.

Awi sejenak memandang Riva, “yakin, yang ini saja ?” tanya Awi, bijak

“iya, samakan saja, mas. biar adil” ujar Riva

Bersambung.....

#Hari ke 267