Sri Rahayuningsih

Guru di SMA Negeri 1 Cerme, Bidang study Ekonomi . Bergabung dengan Gurusiana atas ajakan teman yang lebih dulu bergabung . Mohon bimbingan para senior agar kei...

Selengkapnya
Navigasi Web
Mengenal Lebih Dekat Tentang Karapan Sapi(2)
Sumber Gambar: Gogle.com

Mengenal Lebih Dekat Tentang Karapan Sapi(2)

#TantanganGurusiana98

#Menuju180

Oleh: Sri Rahayuningsih

Sejarah Karapan Sapi

Madura adalah daerah pesisir, sehingga tanahnya kurang cocok untuk lahan pertanian, sebagai gantinya orang-orang Madura mengalihkan mata pencahariannya sebagai nelayan untuk daerah pesisir, dan beternak sapi yang sekaligus digunakan untuk bertani, khususnya dalam membajak sawah atau ladang.

Berdasar cerita yang berkembang di masyarakat Madura, keberadaan kerapan sapi tak bisa dilepaskan dari figur Kyai Ahmad Baidawi (yang dikenal dengan sebutan Pangeran Katandur), salah seorang penyebar Islam di Madura. Konon, kyai Baidawi menyebarkan Islam di Madura (utamanya di Sumenep) atas perintah Sunan Kudus, salah seorang dari sembilan wali yang sangat berpengaruh dalam penyebaran Islam di tanah Jawa.

Pangeran Katandur, setiba di Madura, beliau tidak langsung berdakwah, melainkan mengajarkan pola bercocok tanam jagung, Maka jadilah jagung sebagai makanan pokok orang Madura. Yang unik, jagung Madura berbeda dengan jagung Jawa, ukurannya kecil tapi manis, tahan iklim kering, tidak peka pada serangan hama dan penyakit. Selain bijinya dipanen untuk makanan pokok, bunga dan daunnya menjadi sumber makanan utama ternak sapi.

Dalam perkembangan berikutnya, karena pengolahan tanah pertanian dengan tenaga manusia dirasa kurang efektif, muncul ide kyai Baidawi untuk menggunakan tenaga hewan, yaitu sapi. Caranya, sepasang sapi dilengkapi dengan pangonong dan “nangggeleh” atau “salageh,” kemudian seorang petani—sambil memegang ujung nanggeleh/salageh--mengikuti dari belakang untuk membajak tanah-tanah yang hendak ditanami.

Cara baru ini cukup menyenangkan, lebih-lebih jika diselingi dengan permainan yang menggembirakan dengan cara mengadakan lomba adu lari sapi, karena dikerjakan sambil berlomba, para petani tak merasakan beratnya pekerjaan. Maksud awal diadakannya lomba adu lari sapi, adalah untuk memperoleh sapi-sapi yang kuat untuk membajak sawah.

Gagasan ini kemudian menimbulkan adanya tradisi karapan sapi. Karapan sapi segera menjadi kegiatan rutin setiap tahunnya khususnya setelah menjelang musim panen habis. Hingga akhirnya perlombaan untuk menggarap sawah itu menjadi semacam olahraga adu cepat yang kini disebut Karapan Sapi, yang biasanya diselenggarakan jelang musim panen habis, sebagai simbol kembali mempersiapkan sapi-sapi kuat untuk menggarap lahan dan sawah.

Disebut kerapan sapi karena dua pasang sapi jantan diadu cepat larinya (ê kerrap) sejauh jarak tertentu. Setiap satu pasang sapi dikendalikan seorang joki (bhuto/tokang tongko’)dengan memakai peralatan/perlengkapan berupa pangonong dan kalêlês. Yang paling awal sampai ke garis finis dianggap sebagai pemenang. Tradisi Karapan Sapi ini diadakan sebagai bentuk perwujudan rasa syukur warga atas suburnya tanah yang dulunya tandus.

Rumahku, 26 Februari 2021

Dikutip dari berbagi media online:

https://media.neliti.com/media/publications

https://id.wikipedia.org/wiki/Karapan_sapi

https://www.lontarmadura.com/sejarah-karapan-sapi

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Semacam Tegal deso ya Mik....kalau di Jawa..salam sukses

28 Feb
Balas

Gubeng tahun ini pulang ya Yuk?

27 Feb
Balas

Masa Pandemi apa masih ya ustadz?

27 Feb

Mantap ulasannya, Bun. Informatif sekali.Baru tahu ternyata sejarahnya seperti itu. Salam sukses dan salam literasi.

27 Feb
Balas

Terima kasih sudsh berkenan mampir, sehat dsn sukses buat bu siti

27 Feb

Ulasan yang keren bunda. Sukses slalu

27 Feb
Balas

Terima kasih, sehat dan sukses untuk bu Sitti

27 Feb



search

New Post