Sri Rahayuningsih

Guru di SMA Negeri 1 Cerme, Bidang study Ekonomi . Bergabung dengan Gurusiana atas ajakan teman yang lebih dulu bergabung . Mohon bimbingan para senior agar kei...

Selengkapnya
Navigasi Web
Pagi Yang Tak Biasa
Sumber Gambar: Google.com

Pagi Yang Tak Biasa

#Tagur 420

Oleh: Sri Rahayuningsih

Sejak jam 3 pagi kesibukan sudah mulai mendera. Selepas tahajud, sembari menunggu adzan Subuh, seperti biasa aku memasak nasi sebagai bekal kepasar untuk membantu suami yang sudah berangkat sejak jam 2 dini hari karena harus menunggu kiriman sayur dari pertani. Pasalnya daganganku menjadi jujukan para pedagang sayur keliling.

Hari ini, entah kenapa kondisi tubuhku tidak seperti biasanya. Lemas seperti tak bertenaga, perut mual dan kepala agak pusing. Namun semua kuabaikan saja, karena aku kasihan jika tidak mengirim sarapan dan membantu suami di pasar. Rutinitas yang selalu kujalankan sejak menikah dengan mas Hadi empat tahun lalu. Kami belum dikaruniai anak. Beberapa kali kami periksa ke dokter kandungan.

Hasil pemeriksaan tidak ada masalah semua sehat dan baik-baik saja. Saran dokter kami harus banyak berdoa dan jangan terlalu capek. Entah kenapa hari ini, sejak bangun tidur perut mual, apa aku masuk angin, karena kemaren kehujanan ketika pulang dari pasar? Ah, entahlah.

Aku melanjutkan memasak semabari menunggu adzan subuh. Tetiba perut terasa sangat mual, sepecat kilat aku berlari ke kamar mandi kareana sudah kuat untuk menahan muntah.

Huek..huek..rasanya isi perutku keluar semua. Memang kebiasaanku jika bangun tidur, langsung minum air putih hangat dan ngemil. Setelah itu baru ke kamar mandi untuk berwudhu dan sholat tahajud.

Setelah isi perut keluar semua,terasa lega. Minyak kayu putih kubalurkan ke perut, memberi rasa hangat dan menghilangkan rasa mual, Alhamdulillah.

Adzan subuh terdengar, tidak mau menunda lagi saya pun langsung sholat. Selesai sholat kembali ke dapur untuk memasak lauk dan sayur dan mengantar ke pasar untuk sarapan mas Hadi.

Ketika menggoreng telur dadar seketika rasa mual datang lagi dan akupun kembali berlari ke kamar mandi untuk muntah. Hal ini berulang kembali ketika saya kembali ke dapur.

Aku menjadi lemas, karena sudah tidak ada lagi yang bisa dikeluarka dari dalam perutku ketika ingin muntah. Aku menelpon mas Hadi.

" Mas, maaf aku gak bisa ngantar sarapan dan membantu mas di pasar" kataku sambil terengah-engah menahan rasa mual yang kembali datang.

" Kenapa, sakit? tanya mas Hadi, karena memang tidak biasanya aku begitu.

" Iya mas, aku muntah- muntah terus dari tadi" jawabku.

" Apaaaa??? Mas Hadi seperti kaget.

" Ya, udah istirahat saja! nanti mas sarapannya beli aja, kamu istirahat saja!" Jangan- jangan istriku hamil? pikiran Hadi berkelana membayangkan jika istrinya memang hamil. Semoga ya Allah......

Rumahku, 21Januari 2022

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren menewen ceritanya Bu sri Rahayu.... Renyah dan enak dibaca.. Lanjut.... salam sukses dan sehat selalu..

22 Jan
Balas

Izin follow ..tambah sahabat.. salam kenal dari Yogyakarta

22 Jan
Balas

Kalimat per kalimatnya enak dibaca...mantap bunda, idenya mengalir deras nih....

21 Jan
Balas

Keren tulisannya Bun..Di Tunggu kelanjutan kisahnya Bun

21 Jan
Balas



search

New Post