Tersenyumlah, Nak! ( Hari ke 1)
Matahari mulai menampakkan sinar keemasannya. Menyaput kabut yang sudah beberapa hari menyelimuti kota kesayanganku. Galau hati seiring lelah yang menggelayuti pikiran sedikit berkurang.
Wajah anakku yang sibuk mempersiapkan diri untuk berangkat sekolah tak terlihat cerah. Sinar mentari ternyata tak menyelinap masuk ke wajahnya.
" Kok cemberut, Dek?"
" Tugasnya belum selesai,Ibu! Pagi ini dikumpulkan. Jawabnya.
" Tinggalkan pikiran yang kalut itu, alihkan untuk siap bertanggung jawab terhadap apa yang telah dilakukan!" Aku menasehatinya dengan lemah lembut.
"Belajarlah untuk lebih disiplin menggunakan waktu, karena waktu yang bisa digunakan dengan baik akan membuatmu bisa tersenyum." Aku mengusap kepalanya dan mencium wajah tirusnya. Ia anakku yang cerdas dan manja. Sifat kekanak-kanakannya lebih menonjol.
" Ya, Bu. Adek akui, akhir- akhir ini kebanyakan main gaget jadinya lupa ngatur waktu. Hari ini saya siap untuk dihukum dan janji tak molor lagi buat tugas!"
Perjalanan ke sekolah terasa menyenangkan dengan pikiran dan hati yang mampu tersenyum.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mantap ulasannya keren
Alhamdulillah terima kasih, Ibu
Bahagianya bila nasehat kita di dengarkan oleh siswa maupun anak anak kita ya bun
Alhamdulillah, terima kasih, Bu
Parenting yang inspiratif, Sukses Bu Sri Rahmalina