Sri Rahmiyati

aku hanyalah seorang pembelajar..... ingin banyak tahu, dan banyak mau agar terbuka pemahamanku ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Belajar Dalam Dua Puluh Menit

Belajar Dalam Dua Puluh Menit

Istilah antre di dalam KBBI adalah berdiri berderet-deret memanjang menunggu untuk mendapat giliran. Nah bagi orang yang tidak terbiasa mengantre, kegiatan ini bisa menjadi kegiatan yang membosankan dan menjengkelkan. Karena hasrat ingin “cepat” terhalang oleh kepentingan orang lain yang kebetulan sama. Tentang mengantre, beberapa minggu terakhir ini juga saya alami. Setelah hampir 17 tahun menjadi penglaju sepeda motor Jogja Wonosari, baru sekarang merasakan betapa beratnya mengantre di jalan raya. Di ruas jalan raya yang berkelok tajam dan menanjak, saya harus menghentikan motor untuk menunggu giliran melintasi jalan yang sedang direnovasi.

Dua puluh menit menunggu giliran, sangat mungkin menjadi saat-saat yang membosankan. Untuk mengurangi kebosanan, kita perlu mencari ‘sesuatu’ yang dapat diamati dan menjadi bahan/sumber inspirasi menarik.

Seperti siang tadi, selama 20 menit menunggu giliran, ada beberapa hal yang dapat saya catat setelah melakukan pengamatan khusus pada pengendara sepeda motor.

1. Jenis motor.

Motor yang dikendarai oleh para pengantre berasal dari berbagai merk dari banyak negara. Ada motor yang merupakan produk Jepang, Cina, India, Korea, hasil modifikasi bengkel motor. Ada motor bercat hitam, kuning, merah, putih, berlist maupun polos.

2. Penampilan pengendara.

Ada yang berseragam tentara, seragam sekolah, seragam olah raga, seragam bank tertentu, berkaos lengan panjang, lengan pendek, berbaju yang warnanya sudah pudar, berkain batik, bergaun, berjaket, bersandal jepit, bersepatu, dan macam-macam.

3. Sikap selama menunggu.

Gelisah sambil sesekali menengok jam tangan, cuek melihat kanan kiri, melamun, melihat pemandangan di bawah sambil senyum-senyum, mengobrol dengan teman di boncengan, mengamati laju kendaraan dari arah yang berlawanan, bermain handphone, meletakkan kepala di stang motor, bermain kunci motor, memukul-mukul stang sambil bersenandung.

Dari jenis motor yang berbeda-beda, penampilan pengendara yang beragam dan sikap selama masa menunggu, ternyata di benak saya muncul ide-ide yang dapat dijadikan sebagai bahan tulisan, misalnya kita dapat bicara tentang

1) Ekonomi

Kendaraan roda dua belakangan menjadi alat transportasi favorit di tanah air. Populasinya terus membengkak dari tahun ke tahun. Hal ini terjadi karena mudahnya masyarakat untuk memiliki sepeda motor dengan berbagai program kemudahan yang ditawarkan pabrikan maupun perusahaan pembiayaan. Sepeda motor diminati masyarakat Indonesia karena harganya yang terjangkau ketimbang membeli sebuah mobil. Beragamnya merk kendaraan dan asal produsennya, menunjukkan bahwa ternyata negara kita merupakan pangsa pasar yang luar biasa bagi industri otomotif. Sebagai pangsa pasar yang besar seharusnya dapat menarik investor untuk mendirikan pabriknya di Indonesia. Dengan demikian kepemilikan kendaraan yang semakin meningkat signifikan dengan kenaikan pendapatan, peningkatan pertumbuhan ekonomi, menambah kesempatan kerja dan seterusnya.

2) Peristiwa Macet dan Dampak Sosial Bagi Manusia

Pada dasarnya manusia itu saling terhubung dan saling membutuhkan antara manusia satu dengan yang lainnya. Inilah yang disebut makhluk sosial, yaitu manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain yang ada di sekitarnya. Saling keterikatan, akan selalu hidup bersama dan berdampingan dengan manusia lainnya dari sejak lahir sampai tua mereka membentuk suatu kelompok yang disebut masyarakat. Dalam kehidupan bermasyarakat manusia mempunyai etika dalam berinteraksi antara yang satu dengan lainnya tidak pandang kecil, dewasa, dan tua manusia itu. Mulai dari perilaku, kesopanan, tingkah laku maupun komunikasi. Dalam hal ini manusia sudah mempunyai bekal perilaku yang tertanam saat ia dilahirkan di bumi, dari perilaku tersebut nantinya akan berkembang selaras dengan pertumbuhannya. Manusia juga mempunyai aturan/pedoman dalam kehidupan bermasyarakat. Tanpa adanya aturan dalam diri manusia maka kehidupan mereka dalam kesehariannya pasti tidak akan terkendali dan tidak mempunyai arah tujuan hidupnya ke depan.

Namun seringkali manusia itu serigala bagi manusia lain dalam arti luas manusia lain dianggap bukan sesamanya atau sahabatnya melainkan musuhnya. Hal tersebut mencerminkan manusia sewaktu-waktu dapat berubah menjadi buas seperti serigala jika dalam dirinya terdapat rasa tidak puas, iri, benci dengan manusia lainnya dikarenakan manusia tersebut malas dan tidak mau berusaha untuk sesuatu yang ia inginkan. Dalam hal ini manusia melakukan tersebut juga karena ambisi dan hawa nafsu yang tidak dilandasi dengan aturan hidup yang benar, sehingga mereka melakukan tindakan yang tidak seharusnya dilakukan dalam bermasyarakat.

Kemacetan di jalan raya, memungkinkan manusia bisa menjadi makhluk sosial. Tapi dapat juga menjadi serigala bagi manusia lain. Mobilitas yang tinggi dan dikejar waktu, ketidaksabaran dalam menyikapi kemacetan atau sikap yang mau menang sendiri, menjadikannya egois, tidak peduli dan main serobot. Di sisi lain, adanya kebiasaan mengantre dengan sabar, diharapkan manusia belajar untuk mampu bertenggang rasa dengan sesama.

3) Pendidikan Karakter

Sistem pendidikan nasional kita sudah lama mencanangkan tentang pendidikan karakter. Terdapat 18 karakter inti yang diharapkan dapat membekali siswa untuk tumbuh dan berkembang menjadi manusia berkualitas tinggi yakni religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab.

Namun kita masih melihat bahwa tradisi pendidikan tampak belum matang untuk memilih pendidikan karakter sebagai kinerja budaya dan religius dalam kehidupan masyarakat. Hal ini tercermin dalam perilaku di jalanan. Kita masih sering menjumpai orang yang berkendara tanpa mengindahkan etika, tidak taat pada rambu-rambu yang terpasang, tidak memperhatikan keselamatan jiwa orang lain dan sebagainya. Budaya berlalu lintas menunjukkan budaya dan etiket kita.

4) Sisi positif budaya antre.

Hal yang dapat kita ceritakan tentang sisi positif budaya antre adalah;

- Belajar tentang manajemen waktu di mana jika ingin berada di antrean paling depan hendaknya datang lebih awal.

- Belajar menghormati hak orang lain, ketika mengantre kita tidak akan saling mendahului karena merasa diri penting;

- Belajar berdisiplin dan tidak menyerobot hak orang lain.

- Belajar kreatif, dalam mengantre kita dituntut untuk memikirkan kegiatan apa yang bisa dilakukan untuk mengatasi kebosanan, misal: membaca buku;

- Bersosialisasi;

- Belajar tabah dan sabar menjalani proses dalam mencapai tujuannya;

- Belajar hukum sebab akibat,

Dari menunggu antrean, kita sudah mampu memanfaatkan waktu yang dua puluh menit untuk belajar. Hal-hal yang kita peroleh dapat kita kembangkan menjadi bahan tulisan, dapat berupa opini, penelitian ilmiah dan lain-lain. Mari kita terus belajar dan belajar.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Tulisan hebat! inspiratif! lanjuuut!

29 Apr
Balas

Terima kasih bu Mimin, mohon bimbingannya...

29 Apr
Balas



search

New Post