Cerita Andini (Pentigraf1)
“Pegang saya bu,” matanya menatap penuh permohonan. Tiba-tiba dia mengulurkan tangan. Kupenuhi permintaannya. Tangan yang sangat dingin, dan tiba-tiba dia pingsan. Untuk kesekian kali aku membawa Andini ke UGD Rumah Sakit di seberang jalan sekolah.
Murid multitalenta ini menyerah tanpa daya. Andini, pertama kukenal sebagai murid yang cerdas, cekatan dan santun. Seiring berjalannya waktu, keceriaan dan kelincahannya semakin berkurang. Andini menjadi sangat pemurung, pemarah dan sakit-sakitan. Orang tua bercerai di saat kondisi ekonomi mereka memburuk menjadi alasan anak itu untuk mengambil jalan pintas. Andini terjerumus pada kehidupan malam. Rokok, minuman keras, pergaulan bebas telah menyeretnya hingga sekolah pun ‘malu’ dibuatnya. Menemukan anak yang seperti ini, tugasku adalah mendekati secara personal. Andini pelan-pelan bisa kupegang hatinya. Hari ini dia ceritakan semua kehidupannya, dari A-Z tanpa ada yang ditutupi. Keputusasaan, ketakutan dan kekecewaan yang selama ini melingkupi hati Andini.
Jiwanya yang labil membutuhkan perlindungan dan persahabatan. Harus ada orang dewasa yang menyediakan waktu, pikiran dan hati secara khusus. Bukan ancaman-ancaman atas dasar peraturan seperti yang selama ini sering terjadi. Kasus seperti Andini ada di tempat kita. "Bu, saya lelah..." airmatanya mengalir deras. Wajah putihnya semakin memutih pucat.
Piyungan, 12 September 2019
Tulisan lama - Sri Rahmiyati
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Maaf, Bu. Karena ibu menulis pentigraf, maka paragrafnya hanya tiga ya bu. Tetap semangat... sukses selalu
Aslinya juga tiga Bu...
Aslinya juga tiga Bu......Terimakasih saya coba edit nanti...supaya tdk terpisah
Sayang ya, Talentanya jadi tidak terlihat. Sama seperti siswa saya Bunda. Coba kalau ortu nya sadar. Keren Bunda. Salam.
Iya Bu, dan menjadi tugas guru utk menggali potensinya. Karena guru adalah orang tua kedus. Semoga menginspirasi. Salam juga Bu..
Demangan Andini, salam kenal buk
Salam kenal juga, terimakasih atas kunjungannya.