Suara Ibuku
Oleh : Sri Rahmiyati
Aku termangu menatap hujan. Tak ada yang menarik. Tetes demi tetes turun dari langit, selalu begitu. Sesekali kuusap pipiku yang basah. Tetes bening yang turun dari mata dan tidak dapat kubendung.
“Ibu sudah letih Nduk, “ Ibu menatapku dengan mata sangat kuyu. Tubuh yang semakin kurus dan wajahnya pucat bagai tak berdarah. Aku ganti menatapnya penuh kebencian. Entah iblis mana yang membutakanku dengan bayangan masa lalu. Berkali-kali Bulik Ipah menjelaskan beberapa alasan mengapa ibu meninggalkanku. Namun aku tak ingin mendengarnya lagi. Kemarin, aku marah tanpa terkendali. Gelas dan piring hancur berkeping dalam satu kibasan tanganku. Ibu menatap dengan berlinang air mata. Lalu tubuh kurus itu melangkah masuk ke kamarnya. Bersembunyi berjam-jam di sana. Menghibur diri dengan tadarus atau bersenandung sholawat lirih.
Aku menatap kembali tetes hujan yang terjatuh dari sudut genting, mengalir menuju ke bawah dan hilang ke dalam lubang biopori. Suara tetangga, adik-adikku, dan keluarga besar masih ramai di dalam rumah sana. Upacara pemakaman ibu sudah terlaksana beberapa saat yang lalu. Suara ibuku kemarin adalah suara terakhir yang kudengar, dan suara hujan takkan mampu gantikan itu.
Yogyakarta, 24 Juni 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Innalillah, serasa kisah nyata. Pembaca jadi ikut berduka. Jazakillah sudah berbagi kisah penuh hikmah barakallah Aamiin
Terima kasih Bu Sri Saktiani atas kunjungannya.. alhamdulilah kita juga berteman di gurusiana...
Terima kasih Bu Sri Saktiani atas kunjungannya.. alhamdulilah kita juga berteman di gurusiana...
Keren pentigrafnya, betapa perih ketika menyadari, rasa sayang setelah dia pergi
Baru belajar jeng, terimakasih sudah mampir..
Keren ibu pentigrafnya. Nasehat untuk para anak, bahwasanya ibu adalah ibu. Setiap bertindak apa pun ibu tetap ibu. Sejatinya jangan menjadi anak yang akan menyesal saat ibunya telah tiada. Sehat, bahagia, dan sukses selalu. Salam kenal dan salam literasi
Alhamdulillah dan semoga pesan yang tersirat dalam tulisan dapat tertangkap. Terima kasih Bapak. Salam kenal dan mari bersemangat untuk selalu belajar...
Alfatihah buat bunda
Dan semoga kita menjadi anak yang berbakti.Terimakasih Bu atas kunjungannya
Semoga orang tua husnul khotimah bu.keren pentigrafnya.
AamiinTerimakasih Bu, semangat belajar dan berkarya...salam literasi
Inalillahiwainailaihirojiuunn..Bagus ibunda penuturannya...sukses sll n salam literasi nggih
matursuwun bu Titik, sukses juga untuk panjenengan..