SRI REJEKI RETNOSARI

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

ANAK TINGGAL TERPISAH DENGAN ORANG TUA

Sering kita jumpai sekarang orang tua mengendong anak kecil, orang tua menjemput anak atau menunggui anak disekolah dan orang tua yang ikut acara parenting di sekolah, yang kalau kita lihat anak tersebut tidak pantas untuk menjadi anaknya. Dan memang bentul dia bukan anaknya tapi cucunya. Hal itu terjadi karena orang tuanya sibuk, masing-masing punya pekerjaan. Sedang si nenek atau si kakek itupun menikmatinya sebagai kesibukan mereka dimasa tuanya. Dengan kasih sayanya ia akan membelai cucunya, membelikan apa saja yang dimintanya, membelanya dikala si cucu butuh pembelaan, sangat melindungi cucunya dikala cucu butuh perlindungan. Nenek akan selalu ada untuk cucunya karena orang tuanya sibuk kerja. Dan yang lebih parah lagi adalah bukan nenek atau kakek, tapi pembantu.

Kejadian tersebut terjadi pada sebagain besar masyarakat kita. Anak tumbuh dan berkembang dengan nenek/ kakeknya, dengan pembantunya. Orang tuanya terlihat tidak peduli, mungkin yang dipikirkan mereka yang penting anak saya sehat.

Peristiwa nyata terjadi pada seorang remaja putus sekolah. Pada awal kehidupannya dari lahir sampai usia SMP ia tinggal bersama orang tuanya lengkap di Jakarta. Bapak ibunya kerja, dan ia diasuh oleh pembantu sampai usia SMP. Pada saat SMP bapak ibunya sudah dapat membaca perubahan dalam perkembangannya, perubahan kearah negatif seperti sering pulang sekolah lebih dari waktu yang seharusnya, suka ke warnet alasannya bermain PS, sering minta uang lebih, kalau orang tua ngomong atau memberi nasihat seringnya membangkang, ikut tawuran dan kalau ada hari libur jarang dirumah. Orang tua berkesimpulan anak telah terkena pengaruh buruk dari pergaulan negatif anak-anak Jakarta. Kemudian orang tua membuat keputusan setelah lulus SMP akan dibawa pindah ke kampung karena anggapan mereka di kampung pengaruh pergaulannya jauh lebih baik dari pada di Jakarta.

Akhirnya setelah lulus SMP si anak dibawa untuk melanjutkan sekolah di kampung hidup bersama kakek neneknya. Sedang orang tuanya tetap mempertahankan pekerjaannya untuk tinggal berdua di Jakarta.

Pada hari-hari pertama masuk sekolah dia masih terlihat baik, tapi dari caranya dia mengikuti pelajaran tatapan perhatiannya tidak fokus dengan pelajaran, ada kecenderungan untuk mengajak ngobrol teman sebangkunya. Selang beberapa bulan kemudian dia mulai menampakkan tradisinya yang dibawa dari Jakarta. Sering pagi datang terlambat sampai disekolah, sering tidak masuk dengan alasan-alasan yang dibuat-buat, seringnya tidak fokus / perhatian mengikuti pelajaran dan otomatis prestasi belajarnya jelek.

Dari pihak walikelas bekerja sama dengan guru BK berusaha untuk selalu memberikan treatment-treatment, menjalin komunikasi dengan orang tua wali dalam hal ini neneknya. Akan tetapi dengan neneknya pihak sekolah tidak bisa berharap banyak untuk dapat mengatasi masalah. Akhirnya komunakasi jarak jauh melalui telephone salah satu jalan yang bisa ditempuh, karena bapak ibunya tidak bisa datang sewaktu-waktu ke sekolah. Mereka datang kesekolah pada waktu yang sekiranya mereka dapat minta ijin/ cuti kerja.

Atas kerja keras walikelas dan BK akhirnya anak dapat bisa bertahan hingga naik kelas dua. Dan apa yang terjadi di kelas dua? Ternyata kondisinya semakin tidak baik. Ia mulai mempengaruhi teman-temannya sampai ada satu teman betul-betul terpengaruh hingga orang tuanya juga ikut kualahan. Puncak dari kejadian didapatinya ada beberapa tablet obat terlarang pada tasnya saat rasia rutin tas-tas siswa. Akhirnya pihak sekolah membuat keputusan untuk siswa dikeluarkan.

Hancur hati orang tua menerima semua itu. Kecewa, penyesalan campur aduk berkecamuk dihatinya, yang hanya bisa dilakukan saat itu meneteskan air mata. Tidak ada yang dapat ia salahkan. Keputusannya terlambat kalau dia akan berhenti kerja untuk tinggal dengan anak dikampung.

Marilah para orang tua kita luangkan waktu untuk mendampingi anak kita belajar, kita luangkan waktu untuk antar-jemput mereka sekolah, kita luangkan waktu untuk sekali-kali makan bersama, tanamkan pendidikan agama sejak dini, jangan tingalkan anak untuk hidup terpisah dengan orang tuanya dan masih banyak cara untuk mendidik atau membuat anak untuk tidak berani melakukan hal-hal yang menyimpang, Jangan sampai timbul penyesalan.

Penulis adalah peserta SaGuSaBu SMK Negeri 1 Kaligondang-Purbalingga

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post