SRI REJEKI RETNOSARI

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

GURU JUGA SEBAGAI PSIKOLOG

Suatu pagi disebuah SMK sebelum masuk jam pembelajaran seorang siswi Bisnis Manajemen harus dibawa temennya ke UKS karena sakit, pusing dan bagian tangan, kaki dan jarinya kaku-kaku. Sebut saja namanya Ita (nama samaran), siswa kelas tiga dengan postur tubuh kecil dan kurus, dari segi akademis dia adalah siswa yang prestasinya rendah dikelasnya. Temen-teman yang membawanya ke UKS merasa bingung karena kondisi sakit yang tidak biasa, yang disertai dengan tangan, kaki dan jari-jari yang kaku. Kemudian mereka melaporkannya ke wali kelas yang kebetulan beliau juga koordinator kesiswaan bagian UKS, seorang ibu guru yang penyayang. Wali kelas tersebut segera menuju ke UKS dengan siswi pelapor. Didapatinya didalam UKS ada dua siswa laki-laki dan seorang siswi sedang menungguinya, dan Ita sedang meraskan sakit dengan menangis terisak. Kemudian beliau menyuruh kedua siswa laki-laki tersebut untuk keluar karena dirasa tidak etis kalau seorang siswi yang sakit ditunggui oleh siswa laki-laki. Kedua siswa laki-laki itu pun keluar dan sang wali kelas segera memberi pertolongan pertama dengan mengendorkan seluruh baju, melepas sepatu dan kaus kakinya dengan dibantu oleh siswi yang menolongnya, dengan memberikan minyak kayu putih pada perut, tangan, kaki dan jari-jarinya, sambil bertanya sudah sarapan atau belum. Dan Ita menjawab belum dengan lemah. Tanpa berpikir panjang sang wali kelas minta kepada salah satu siswa yang sedang membantu di UKS untuk minta teh manis ke dapur, kemudian mengeluarkan uang 10 ribu dari sakunya dan menyuruh siswa lainnya membeli sarapan dikantin.

Sambil membalur minyak kayu putih sang wali kelas bertanya : “ Kenapa ada dua siswa laki-laki yang nunggui kamu ? Mereka siapa ? “. Ita tidak menjawab dan masih tetap menangis sambil merasakan pusing dan kaku-kaku pada kaki, tangan dan jarinya. Sang Walikelas penasaran. Sambil membujuk agar tidak nangis dengan kasih sayangnya, Ibu walikelas itu berusaha terus untuk menenangkannya. “Sudah-sudah tidak usah nangis, sakit kaya begini aja nangis!...

Setelah teh manis dan sarapan datang, siswa yang sakit tersebut dibujuk agar sarapan sedikit demi sedikit dengan disuapi oleh temannya. Kemudian Ibu Walikelas tersebut keluar ruang UKS sambil memberi kode kepada siswi yang satunya untuk mengikutinya. Setelah sampai diluar ruang didapatinya siswa laki-laki yang tadi menunggui berada diluar dan segera disuruhnya untuk meninggalkan UKS untuk kembali ke kelas mengikuti pelajaran jam pertama. Ibu Walikelas semakin penasaran.

Diluar ruang UKS Ibu Walikelas bertanya pada siswi yang diajaknya keluar. “Siapa siswa laki-laki itu? Kenapa ikut nunggui? Kenapa juga Ita nangis? Dan waktu saya tanya kenapa menangis tidak mau jawab, sebetulnya ada apa Mba?...... Kemudian siswi itu menjawab bahwa kalau yang satu pacarnya anak kelas 3 jurusan lain, Ita minta untuk pacarnya dipanggilkan, kemudian dia bagi tugas dengan temannya kalau dia lapor ke pacarnya, temennya lapor ke Ibu walikelas. Kemudian siswi tersebut menlanjutkan penjelasannya bahwa kalau mereka lagi ada masalah dimana pacar Ita selingkuh dengan murid SMP. “Astahgfirullahhaladzim.... Anak sekarang!”, keluh Ibu Walikelas sambil masuk kembali kedalam UKS. Dan didapati tangis Ita sudah sedikit reda.

Walaupun hanya beberapa suap sarapan yang masuk dan setengah gelas teh manis, Alhamdullilah dapat menambah sedikit ketenangan dengan rasa pusing dan kaku-kaku yang masih belum sembuh. Kemudian sang walikelas berkata : “ Nanti minum obat ya setelah seperempat jam dari makan !”

Sambil menunggu waktu minum obat sang wali kelas bertanya dengan kasih sayang, : “Mba ini mau bagaimana, mau diantar pulang atau orang tua kamu ditelpon untuk menjemput ke sekolah sekalian nanti langsung ke Puskesmas ?” Tiba-tiba Ita nangis lagi sambil berkata : “Bu, Bapak Ibu saya tidak dirumah, saya tinggal sama Budhe saya, tapi Budhe juga lagi kerja!” Kemudian Ibu Walikelas semakin penasaran dengan bertanya lagi : “ Terus kemana Bapak Ibu kamu Mba?. Ita Menjawab : “ Bapak sama Ibu sudah cerai, Ibu kerja di Jakarta, saya dititipkan sama kakaknya Ibu. Bapak tidak jelas dimana!” Kemudian Ibu Walikelas terdiam sambil dalam hatinya menyebut :“Inalilahiwainailaihi rajiun, kasihan betul anak ini, Padahal empat hari lagi anak ini harus mengikuti Uji LSP.”

Sebuah cerita pendek, yang sangat tragis. Seorang anak yang bernama Ita diusianya yang sedang menginjak remaja harus menanggun beban akibat perceraian orang tuanya. Tinggal bersama Budhenya yang pastinya tidak bisa memberikan perhatian dan kasih sayang penuh. Dimana dalam perkembangannya dia baru mengenal pacar yang mungkin akan mengisi hatinya menjadi bahagia tapi malah ternyata tidak sesuai harapan.

Kisah diatas adalah kisah yang benar-benar terjadi. Masih banyak Ita-ita yang lain, yang mungkin lebih mengenaskan. Disinilah kita sebagi Guru disamping sebagi Pendidik kita harus bisa memposisikan diri sebagai Psikolog untuk siswa-siswa kita yang bermasalah, walaupun mungkin disekolah ada guru BK, karena biasanya seorang siswa akan lebih dekat dengan walikelasnya dan/ atau lebih dekat dengan guru-guru yang dianggap mereka perhatian.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Sepakat bu

29 Oct
Balas

MAKASIH ..... INI BARU AJA LATIHAN NULIS....

30 Oct
Balas

MAKASIH ..... INI BARU AJA LATIHAN NULIS....

30 Oct
Balas



search

New Post