Sri Restu Wahyuningsih

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
GITA CINTA DARI GANESA

GITA CINTA DARI GANESA

Duduk dipojok bangku deretan belakang Di dalam kelas penuh dengan obrolan Slalu mengacau laju hayalan Dari jendela kelas yang tak ada kacanya Dari sana pula aku mulai mengenal Seraut wajah berisi lamunan Kau datang membawa Sebuah cerita Darimu itu pasti lagu ini tercipta Darimu itu pasti lagu ini tercipta

Jendela kelas satu miliknya Iwan Fals itu, pas banget untuk kisahku. saat duduk di bangku kelas satu SMA. Seperti itulah gambaran suasana fisik kelasku. Kelas I-2, urutan ke dua di deretan gedung bagian Barat, cukup dekat dengan ruang guru. Pintu kayu warna coklat menghadap ke arah Timur, yang tembus pandang ke halaman utama sekolah. Tanpa kaca, ya..tanpa kaca seperti yang ada pada lagu itu. Sirkulasi udara selain pintu, di diding bagian atas dibuat lubang dengan di tutup anyaman kawat. Ada taman kecil dengan bunga puring aneka warna berpadu rumpun bawangan berbunga merah muda.

Ganesa, manusia berkepala gajah menjadi logo sekolah kami. Ganesa, menggambarkan keilmuan, kecerdasan, kebijaksanaan dan pelindung. Itulah jiwa diri kami.

SMA Ganesa adalah SMA terfavorit yang ada di pusat kota dI Jawa Timur yang berbatasan dengan Jawa Tengah. Banyak siswa yang berasal dari luar kota berusaha mati-matian untuk menjadi siswa sekolah kami. Bahkan tiga dari teman sekelasku saat itu, berasal dari kabupaten lain.

Saat pelaksanaan seleksi masuk pada hari ke dua tes tulis, aku dipanggil guru BK, Bu Mar namanya.

“Kamu sebenarnya tidak harus tes, karena termasuk peringkat atas di SMP. Sayangnya surat pemberitahuan baru diterima sekolah pada hari ini”,Bu Mar menjelaskan. Alhamdulillah, ucapku dalam hati.

Di pojok bagian Barat, nomor dua dari belakang, disitulah tempat dudukku sebangku dengan Kokok. Kokok adalah cowok hitam manis berkumis tipis rambut ikal yang suka iseng. Saat itu Bu Nik sebagai wali kelas yang menentukan tempat duduk kami.

Kadangkala keisengan Kokok bikin aku jengkel bahkan marah. Suatu saat aku sedang asik mengerjakan tugas, eh…dia ganggu pakai penggaris. Kemarahan kecilku saat itu menjadi bumbu persahabatan kami. Bocah ndeso sing isih lugu (anak desa yang masih lugu) itu kesan awal diriku di mata teman-teman baruku. Gadis berambut panjang yang pendiam, pemalu, bahkan kadang dibuat menangis oleh ulah teman-teman. “Cengeng” mungkin itu penilaian untukku saat itu.

Lugu dan diamku makin membuat teman-teman cowok tergelitik untuk menggoda. Rambut panjangku tidak pernah aku urai lepas, tapi aku tali dan kututup pita, hiasan boneka atau bentuk bola lucu. Keisengan Rudi dan Yoyok yang duduk di belakangku pernah membuatku marah. Bagaimana tidak? Mereka memainkan hiasan rambutku yang waktu itu bentuk bola hijau muda bermotif garis.

“Ih…lucunya…”goda mereka. Aku pun risih dan marah di buatnya.

Suatu ketika, pada saat ada jam kosong, aku mengambil buku di bagian depan kelas. Seperti biasanya, untuk kembali aku berjalan mundur pelan-pelan, karena tidak berani menghadap teman-teman yang suka menggodaku.. Pada saat aku sampai tempatku…

“Aouw…” betapa kagetnya , aku terjatuh. Rupanya mereka sudah hafal kebiasaanku itu. Kokok, Rudi dan Yoyok cekikikan sambil membantuku bangun. Ternyata kursiku sengaja diambil, tetapi mereka tidak tega kalau aku jatuh beneran sampai lantai. Mereka sudah sigap cepat membantu memegangiku. Terang saja mukaku memerah rasanya, malu dan marah bercampur aduk jadi satu. Ini yang akhirnya mendorongku untuk berani. Mereka aku pukul pakai penggaris. Ada senyum kecil Herman nampaknya iba padaku.

“Hehehe, gadis desa lugu kini berubah galak” gurau mereka.

Sebulan berikutnya, tempat duduk kami diubah posisi. Aku duduk di bagian paling depan deretan tengah. Titin yang bertubuh tinggi dan berambut ikal jadi teman sebangkuku.

Sih…Ningsih…kon di celuk Herman iku lho…!” (Sih…Ningsih…kamu dipanggil Herman itu lho…) kata Budi dengan logat khas Surabaya. Aku pun menengok ke arah Herman yang duduk di pojok belakang bagian Timur. Herman melihat ke arahku , hanya diam saja.

Kali pertama, ke dua…ke tiga…Mengapa aku kok ya menurut saja saat Budi mengatakan hal yang sama dan Herman diam saja. Pastinya aku ini lagi dikerjain. Tapi nggak tahu, Budi atau Hermankah penyebabnya? Saat itu, ada yang berbeda yang belum pernah aku rasa sebelumnya. Jantungku berdegup kencang. Jatuh cinta, ? ya…mungkin aku sedang jatuh cinta pada cowok yang namanya Herman. Cowok tampan, dengan hidung mancung bermata tenang dan teduh itu benar-benar berbeda. Kadang nampak cuek, dan nggak pernah sekalipun ikutan iseng menggodaku.

Indahnya saat kukenang masa lalu

Masa-masa yang dulu

Kala kumengenal cinta

Nikmatnya di saat kujaya mendapatkannya

Tiada lagi insan yang sebahagia diriku

Sejuk rasa di dada

Saat kutarik dalam-dalam nafas yang panjang

Bahagia yang kurasa

Saat diriku dalam naungan suasana asmara

Bak bertajuk permata

Sebagian lirik Spash band membuatku menerawang jauh. Masa SMA memang masa yang paling indah. IPA-2, kelas baruku, dan Ana adalah satu teman di kelasku. Dia si tomboi yang pandai bergaul dan setia kawan. Ana anak kos di jalan Mh. Thamrin. Suatu pagi setengah siang sepulang sekolah…

Mbak… mumpung muleh isuk, ayo dolan no omahku yo…”(mbak…mumpung pulang pagi, nanti ayo main ke rumahku ya...) ajak Ana.

Oh, yo mbak Ana”(oh, ya mbak Ana) aku pun menyetujui.

Tak lama ganti baju dan berkemas, Ana sudah siap menjemput . Terminal dengan deretan bus dan asap mengepul yang biasanya membuat mual, kali itu terkalahkan oleh semangatku.

Mendung menggantung, rupanya mau hujan.

“Ayo..cepetan mbak..” Ana menarik tanganku. Kami bergegas menuju pintu belakang bus Widji. Dua langkah lagi untuk memasuki pintu bus…

“Lhoh…mbak, itu…kok ada Herman..” aku kaget bukan kepalang saat melihat Herman dan Tanto memasuki pintu bus bagian depan.

Hm…rupanya aku dikerjain lagi ini, batinku. Ana dan Tanto segera duduk berdua di kursi bagian belakang. Malu-malu aku didekati Herman. Kami pun duduk sebangku. Mendung merata, langit berwarna abu pekat. Kupandangi butiran air hujan di kaca, cukup deras. Hamparan sawah hijau berubah menjadi abu- abu pula.

“Aduh… “ aku dikagetkan tetesan air dari bagian atas bis.

Herman berusaha membantuku dan menawari untuk pindah tempat. Terasa ada kenyamanan dan sejuk di dada. Ingin rasanya berlama-lama bersamanya.Sayangnya bus melaju cukup cepat ke arah Barat dan cepat sampai tujuan.

Aku dan Herman bersyukur karena ada pada kelas yang sama. Bertemu setiap hari di kelas. Bertemu saat belajar kelompok. Sepertinya disengaja juga oleh teman-teman, supaya kami ada dikelompok yang sama. Aku dan Herman, sama-sama pendiam. Sama-sama malu untuk mengungkapkan rasa yang ada di hati. Perlu proses panjang untuk itu.

Keindahan di SMA Ganesa, tidak hanya tercipta saat berdua. Saat sore penuh semangat belajar bersama untuk menyiapkan ulangan esok hari. Ada indah saat bareng teman-teman berboncengan sepeda onthel untuk beli bakso di ujung terminal. Berjuang bersama untuk menempuh jarak empat puluh lima kilometer saat gerak jalan. Saat bermain gitar dan bernyanyi bersama teman-teman di depan rumah.

Masih ingat saat Herman menceritakan segar dan harumnya pohon pinus di surat pertamanya. Aku masih ingat puisi yang ditulis dan diselipkan di dalam buku PSPB yang kupinjam.

“Jarak dan waktu yang akan mempertemukan kita kembali, di saat yang manis penuh kasih”

Di SMA Ganesa, terasa indah semuanya. Tanpa harus duduk mesra sebangku. Tidak mesti pakai mojok di taman depan kelas. Tidak perlu berboncengan mesra bak suami istri. Cinta yang sederhana, cinta putih yang terjaga.

“ Buk…menurut ibuk, boleh nggak pacaran saat SMA? pertanyaan anak sulungku mengagetkanku.

Dia mengenakan baju putih abu-abu. Oh…anakku sudah beranjak remaja.

“Maksudmu, pacaran yang bagaimana nak? tanyaku kembali, sambil tersenyum

“Gimana tho, aku tanya kok ibuk malah balik tanya?” ucapnya, sambil tersenyum pula.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Herman oh hermann..kau buat aku takluk dihadapanmu...

20 Apr
Balas

Pesona tiada tara bu Deti

20 Apr

wes keren

20 Apr
Balas

Terimakasih bu Deti...lagi pengen nulis yg romantisnya anak SMA

20 Apr



search

New Post