Sri Setia Ningsih Ar-Rasyid

Hidup bermanfaat...

Selengkapnya
Navigasi Web
SEBAB MUSIBAH BUKAN PILIHAN

SEBAB MUSIBAH BUKAN PILIHAN

Sebab Musibah Bukan Pilihan

#hariKe3

#TantanganGurusiana

مَا مِنْ مُسْلِمٍ يُصِيبُهُ أَذًى مِنْ مَرَضٍ فَمَا سِوَاهُ إِلَّا حَطَّ اللَّهُ بِهِ سَيِّئَاتِهِ كَمَا تَحُطُّ الشَّجَرَةُ وَرَقَهَا “Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu penyakit dan sejenisnya, melainkan Allah akan mengugurkan bersamanya dosa-dosanya seperti pohon yang mengugurkan daun-daunnya.” [HR. Bukhari dan Muslim] Pagi ini, keriuhan kondisi rumah yang tak terelakkan. Seluruh penghuni rumah berhamburan dengan aktifitas biasanya. Mamak dan bapak serta di bantu salah seorang adik perempuanku menyiapakan dagangan dan mulai menguleni beberapa adonan kue untuk di jual seperti biasanya. Salah seorang lagi sibuk membereskan rumah dan yang satu lagi tak terlihat batang hidungnya. Bahkan suaranya pun tak terdengar pagi ini. Sementara di pagi biasanya, ia yang selalu menyibukkan diri menggulung risol untuk di jual di warung. Netraku, mulai menyusuri area kamar yang biasa menjadi tempatnya merebahkan diri. Terang saja, kini mulai terbelalak melihat kondisinya yang meringkuh seperti menahan rasa sakit. Kebiasaannya ketika sakit tak pernah merengek bahkan ribut dengan rasa sakitnya. Ia hanya diam, tanapa sepatah katapun. Bahkan saat di tanya mamak jawabannya seolah tak ingin membuat mamak menjadi semakin panik akan keadaanya. Namun, namnya ibu. Tetap tau ada rasa sakit tiada terkira menghujam anak bungsunya. "Mak...!" Sontak jeritanku memecah keheningan pagi ini. "Kenapa teh ?" Tanya mamak dengan panik. "Tengoklah adek mak, kayaknya dia kesakitan kali mak" jawabku sembari berlalu meninggalkan warung dan menarik tangan mamak. "Kambuh lagi dek ? Kita ke rumah sakit aja yok teh bawak adekmu !" tanya mamak dengan panik. "Yoklah mak, daripada di biarkan akhirnya malah jadi fatal akibatnya". Suasana pagi yang riuh berubah menjadi kepanikan. Ku raih gawaiku, mencari nomor kontak teh ipah. Dengan cepat panggilanku di jawabnya. "Teh, kami mau ke rumah sakit bawak dinda" kataku dengan singkat. "Yodah, bawak aja dek. Kemaren, dinda juga bilang sakit kali perutnya. Teteh ngurusi memei dulu sama hafidz ya karna mau sekolah" jawabnya. "Iya teh, yodah ni kami juga mau berangkat". Akomodasi sederhana, betor roda tiga sudah menunggu di depan rumah. Sesegera mungkin, kami bawa si bungsu ke Rumah Sakit sebagai bentuk pertolongan pertama. Kondisiku yang sedang hamil memaksakanku untuk ikut serta ke rumah sakit. Mamak yang tak begitu faham administrasi rumah sakit mengharuskanku menemaniya membawa si bungsu ke sana. Beberapa surat dan kartu kesehatan telah di bawa untuk kelengkapan administrasi di sana. Agar memudahkanku tidak bolak balik ke rumah sakit. Gawaiku kembali berdering, teh nurul memanggil. Tiga kali panggilannya tak terjawab olehku. [Dek udah di mana ? ] [Baru aja sampek RS kami teh, adek udah di tangani. Ini sekarang aku lagi ngurus administrasinya] [Hati-hati kau ya dek, soalnya lagi hamil kan. Kabari terus teteh ya dek] [Oke] "Keluarga Dinda" terdengar suara dari meja pendaftaran pasien. "Iya mbak" jawabku dengan cepat. "Ini bu, berkasnya sudah bisa di bawa dan pasiennya di mana ya bu? " "Oh sudah di IGD mbak di tangani langsung di sana" "Oh, yasudah kalau begitu bu" "Terimakasih ya mbak" jawabku singkat. Dengan perut membuncit dan jalan perlahan-lahan aku berlalu meninggalkan ruangan pendaftaran pasien menuju IGD. Akhirnya si bungsu bisa di bawa ke ruangan rawat inap. Sembari berjalan menuju ruangan, ku tanyakan pada perawat yang menemani dokter umum yang menangani dinda di IGD tadi. "Mbak, jadi adik saya sakit apa untuk diaknosa sementara ini ? " "Usus buntu bu" "Oh begitu, iya mbak jadi gimana penanganan selanjutnya. Apakah harus di operasi ?" "Iya bu, untuk lebih lanjutnya dokter ahli penyakit dalam yang akan menjelaskannya bu" "Oh iya mbak terimakasih" Gawaiku kembali berbunyi, Teh Ipah memanggil... [Cemana dek keaadaan dinda?] [Oh, adek dah mau di bawak ke ruangan teh] [Yodah, teh udah di simpang ini. Mau gerak kesana] [Oh yodah, hati-hati kelen ya teh]. Rasanya baru saja usai, 21februari 2019 silam dokter mengharuskan aku bersalin lebih awal. Karena janin dalam kandunganku tak berkembang. Kali ini, kembali ke rumah sakit untuk urusan penyakit yang lain. Sepertinya perihal cinta sang pemilik hati tiada terkira hadirnya. Cobaan hadir silih berganti, menempa rasa sabar, menempa kekuatan hati dan mengharuskan kami untuk lebih bersyukur sebab Musibah bukanlah PILIHAN namun yang di kunjungi adalah orang PILIHAN.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Wa'alaikumussalam, salam literasi. Iya saya akan folback.

19 Jan
Balas

Assalamualaikum. salam kenal, salam literasi, sudah saya follow, jangan lupa jika berkenan follow back ya, sukses dan sehat selalu..aamiin

19 Jan
Balas

Assalamualaikum. salam kenal, salam literasi, sudah saya follow, jangan lupa jika berkenan follow back ya, sukses dan sehat selalu..aamiin

19 Jan
Balas



search

New Post