Maafkan baru ini yang bisa saya lakukan,mas Nadiem.

Sebelumnya perkenalkan, saya salah seorang guru di SMPN 1 Pangandaran , walaupun sudah tidak muda lagi,saya masih bersemangat bicara tentang literasi.Bahkan seperti ada rasa sesal kenapa baru sekarang mengenal sebuah media yang memfasilitasi ungkapan dialog batinku.

Pangandaran adalah kabupaten baru mas, yang terbentuk tujuh tahun yang lalu,jadi masih muda sekali bukan?Ibarat seorang anak yang baru berumur tujuh tahun kalau bersekolah baru kelas satu atau kelas dua SD, tetapi dalam segala aspek kehidupan kami dituntut untuk sama dengan kabupaten lain yang sudah lebih lama keberadaannya.

Kabupaten Pangandaran juga tidak mau kalah dengan daerah lainnya, kalau bisa harus lebih hebat , lebih maju.demikian juga dengan masalah literasi.Bapak bupati nya memperhatikan sekali masalah ini,hal tersebut ditandai dengan adanya pojok baca di taman-taman dan diangkatnya isteri bupati dan para isteri camat se kabupaten Pangandaran sebagai bunda literasi,karena semua berkesadaran bahwa buku adalah jendela dunia,dengan membaca kita akan bisa pergi kemana saja,bisa mendapatkan informasi apa saja yang kita inginkan dan butuhkan,

Pemerintah Kabupaten Pangandaran dan masyarakatnya mempunyai cit-cita Pangandaran menjadi tujuan wisata dunia yang religious.Dapat dibayangkan bila cita-cita tersebut menjadi kenyataan, daerah tujuan wisata dunia dengan segala kelebihan dan kekurangannya serta yang akan menikmati cita-cita tersebut apabila terwujud adalah anak-anak kita ,anak-anak jaman now( anak-anak milenial).Menyadari kelebihan dan kekurangan ,akibat serta pengaruhnya terhadap masyarakatnya di hari nanti maka gerakan literasi menjadi salah satu kegiatan wajib di sekolah-sekolah yang pada akhirnya diharapkan dapat menangkal hal-hal negatip dari hal itu.

Letak sekolah kami yang notabene berada di jantung tujuan wisata ,mau tidak mau,suka tidak suka nantinya akan menerima pengaruh atau imbas dari pengunjung seluruh dunia.

GLS yang digaungkan beberapa tahun yang lalu belum bisa sepenuhnya dilaksanakan di sekolah kami .bahkan sekolah kami pernah ditunjuk mengikuti program WJLRC karena berbagai kendala yang ada, dari penunjukan petugas yang tidak tepat.keterbatasan waktu guru pembimbing.keterbatasan kemampuan dan ketidak- adaan biaya.akhirnya program tidak bisa berjalan .

Boleh dikatakan gagal alias tidak ada geliatnya.

Membaca buku bacaan bukanlah satu-satunya gerakan literasi yang dicanangkan. Prihatin juga tidak berjalan, tetapi masih ada yang bisa dilakukan yaitu bermula dari kegiatan menghafal surat-surat pendek pembiasaan yang dilakukan sebelum gerakan literasi sekolah ditetapkan.hal ini kita jadikan GLS sekaligus menjadi Pendidikan Penguatan Karakter.Lima belas menit sebelum pembelajaran dimulai guru dan siswa melantunkan Asmaul Husna dilanjutkan membaca bahkan menghafal surat-surat pendek dan kemudian membaca dan memahami arti dari surat-surat tersebut.Kadang- kadang ada rasa ingin tahu sampai dimana pemahaman siswa mengenai kegiatan ini,saya suka bertanya ke siswa kata apa atau kalimat mana yang menarik hati siswa,Karena saya bukan guru agama saya tidak berani bertanya dan memberi penjelasan yang lebih lanjut.

Namun saya tidak menyerah dengan keadaan, bermodalkan perintah Allah ‘ iqro, iqro,iqro’ kusampaikan kepada siswa dan ada berapa siswa yang berhobi membaca yang kebetulan anak-anak putri semua,membuat komunitas suka baca kemudian mengadakan pertemuan seminggu sekali di hari Jum’at jamnya jam ibadah Jum’at ,karena kami perempuan semua,bertempat di perpustakaan sekolah kadang di ruang pojok baca taman lapang Merdeka,kami berkumpul dengan kegiatanmenceritakan buku apa yang dibaca,pengarangnya siapa,jumlah halaman buku berapa dan isi buku tentang apa,dilanjut dengan memberikanpendapatnya tentang buku itu bagaimana secara bergilir,kemudian saling bertukar buku yang dibaca,memang sebuah kegiatan yang masih sederhana sekali dan maafkan baru itu yang bisa saya lakukan…

Menurut saya biarlah mereka membaca dan menyenangi kitab pedoman hidupnya terlebih dahulu daripada buku-buku yang lainnya.Mereka,anak-anak SMP masih memerlukan bimbingan memilih buku bacaannya,orang tuanya dan guru tidak bisa mengontrol sepenuhnya bahan bacaannya.Tetapi kalau mereka sudah dibekali mana yang baik dan perlu dibaca maka minat baca akan tumbuh seiring dengan kebutuhannya,untuk bekal menghadapi masa depannya.

Minat baca dan kecintaannya pada dunia literasi kan tidak bisa dipaksakan ya mas Menteri,Tolong tularkan virus cinta membacamu pada seluruh siswa sekolah Indonesia,agar minat baca dan cintanya pada dunia literasi tumbuh berkembang seperti yang kita harapkan,serta mereka akan paham dan mengerti bahwa keberhasilanmu sekarang ini tidak lepas dari virus cinta membaca,membaca situasi dan kondisi kehidupan ini ditambah membaca peluang yang ada didunia.

Siswa-siswa sekolah Indonesia membutuhkan itu sebagai motivasi untuk apa mereka sekolah dan mencari ilmu.Pengalamanmu dan perjuanganmu yang dituangkan dalam aplikasi atau apalah namanya akan jadi bahan bacaan yang dicari mereka semoga…

Penulis : Dra Sri Sudaryanti

Guru Bahasa Inggris SMP Negeri 1 Pangandaran

Alumni Kelas Menulus Sagusabu APKS Bandung tahun 2018.