Di usia senja 2
Menulis hari ke 52
Rabu,25 Maret 2021
Oleh : Sri Sudaryati.
Malam semakin larut ,suara binatang malam semakin keras namun Bi Marni belum bisa memejamkan netranya. Angannya terlempar jauh ke masa silam ,masa yang penuh kebahagiaan bersama Sang kekasih hati . Namun belum sampai meraih impian bersama sudah kandas di tengah jalan . Karena pihak keluarga Sang kekasih tidak merestui lantaran telah dijodohkan sejak kecil .Hal itu tidak diketahui oleh Sarmo kekasih Bi Marni. Sarmo sudah berusaha menolak perjodohan itu ,namun orang tuanya telah banyak berhutang budi pada pihak keluarga putri .Yah...akhirnya Bi Marni menyadarkan Sarmo untuk berbakti pada orang tua. Bi Marni memillih mundur saja ,karena nikah tanpa persetujuan orang tua tidak akan bahagia ,begitu keputusan Bi Marni.
Dengan berat hati Bi Marni melepaskan Sang kekasih hati .Dan mulai saat itu hati Bi Marni sukar menerima laki-laki lain. Hatinya sudah beku ..karena nama Sarmo masih menempati hatinya.
Sampai keluarga besarnya menjodohkannya dengan kerabatnya sendiri .Hal itu dilakukan karena sudah tidak tahan dengan gunjingan orang kalau Bi Marni gadis tua ...gak laku dan sebagainya julukan yang diberikan padanya oleh masyarakat.
Memang masyarakat pedesaan masih tabu bila ada gadis diatas usia 25 belum menikah. Sekalipun jaman sudah maju ,namun pikiran orang-orang tua belum bisa menyesuaikan jaman. Bi Marni terkena imbasnya dari pandangan orang-orang tua .Harus patuh pada keputusan orang tua menikah dengan famili sendiri .
" Mar...hasil musyawarah keluarga besar Ibu maupun Bapak kamu harus mau untuk dinikahkan dengan Cipto famili Ayah, orangnya juga sudah mapan dan usiamu sudah pantas berumah tangga !" kata Ibu.
Bi Marni masih diam bahkan air matanya mengalir deras ,tidak bisa bicara dadanya terasa sesak. Dadanya bagai dihantam dengan godam sakit..perih...bagai diiris sembilu. Semakin lama isak tangisnya semakin keras. Akhirnya pembicaraan Ibu dihentikan ,dan Bi Marni berlari masuk ke kamar.
Melihat Marni tergugu tangisnya, Ibu tak tega ,bahkan ikut menangis . Memang tidak seharusnya memaksa Marni begitu cepat menjawab. Biarlah Marni menyelami dulu agar hatinya bisa cair. Namun mengingat usianya sudah tidak muda lagi .
Soal hati...cinta...sayang tidak bisa dipaksakan karena semua itu anugerah dari Allah SWT. Cinta tidak bisa ditukar dengan harta ,jabatan ,kedudukan karena cinta itu murni tulus dari hati yang paling dalam.Begitu juga yang dirasakan Bi Marni ....cintanya pada Sarmo belum bisa tergantikan oleh siapapun. Semoga dengan kesabaran Cipto bisa mencairkan kebekuan hati Marni.
Rejosari,25 Maret 2021.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Keren
Keren, bunda .. tak sabar membaca cerita selanjutnya
Wah...semoga Marni bisa menerima takdirnya.... cerpen yang indah... salam semangat.
Makasih sudah berkunjung nda..