Ada Kehidupan Apa di Pasar Gawok Sukoharjo?
Dear Gurusianers
Saya lagi iseng nih dan nemu foto-foto hasil jepretan saya waktu ikut mas Hubby klinong-klinong ke pasar Gawok Sukoharjo. Sayang kalau tidak berbagi di Gurusiana atau paling tidak suatu saat cucu saya bisa mengenang kegiatan Uti sama Akungnya ketika menikmati waktu senggang sambil klinong klinong ke pasar Gawok.
Kenapa saya bisa berada di pasar Gawok? Penasaran aja. Ternyata pasar tradisional ini buat mas Hubby penuh kenangan. Maklum masa kecil beliau dulu tinggal di Sukoharjo. Sedangkan saya dibesarkan di Jakarta. Konon pasar Gawok termasuk pasar tradisional yang sampai saat ini masih kental dengan suasana jadulnya.
Ada kehidupan yang bisa dipelajari dan dari tahun ke tahun di pasar Gawok yang sudah ada sejak zaman dulu. Pasar itu dibiarkan keasliannya dan sangat kental dengan kehidupan zaman dulu.
Pasar Gawok terletak di sebelah tenggara kota Solo.Tepatnya di desa Geneng,kecamatan Gatak kabupaten Sukoharjo. Jangan kaget ya.. pasar Gawok hanya ramai pada hari pasaran Pon. Dulu sih pada zaman Belanda pasar ini buka tiapa hari. Entah mengapa justru setelah merdeka ini pasar hanya ramai di hari pasaran Pon. Tahu kan Pon bagian dari nama pasaran yang ada di Jawa. Kliwon, Wage, Pon, Pahing dan Legi.Pasar Gawok sama lah dengan pasar tradisional lain, yang menyediakan berbagai barang dagangan yang komplet plet untuk kebutuhan rumah tangga.
Area pasar Gawok menurut saya cukup luas, suasana di hari pasaran Pon ngga bisa saya ceritakan dengan detail karena aromanya nano-nano, ada bau asap rokok Tingwe (ngelinting dewe ) dengan tembakau yang mereka miliki. Suara pande besi yang menempa pisau pacul dan aritbergema, Lalu suara penjual pakaian dan sepatu dengan pengeras suara juga mewarnai kehidupan pasar Gawok di hari pasaran Pon.
Tapi yang saya minati di pasar Gawok kali ini adalah unggas dan kambing. Makanya yang saya abadikan foto kambing dan unggas. Saya sangat terpesona dengan kambing hitam yang tertumpah cairan cat putih dari Allah. Subhanallah siapa coba yang bisa mewarnai Kambing seperti ini ?
Hmmm, saat mas Hubby sedang hunting bibit tanaman, sementara saya asyik memperhatikan kesibukan pedagang ternak yang menawarkan hewan ternaknya. Kambing ini biasanya banyak dicari oleh orang yang ingin mengadakan peringatan 1000 kerabat atau keluarganya yang meninggal, atau bisa juga untuk Aqiqah. Sedangkan penjual membawa hewan ternaknya untuk dijual sebagai mata pencaharian atau ada kebutuhan mendadak yang harus dipenuhi terpaksa menjual hewan peliharaannya dan kemungkinan akan ditukar dengan yang lebih kecil untuk dipelihara lagi.
Beginilah suasana pasar Gawok, banyak terjadi transaksi jual beli disana. Seakan pasar ini jadi sarana bagi hamba Allah untuk mengais rezeki. Kita tinggal memilih mana yang kita butuhkan sesuai dengan keuangan yang ada. Biasanya hari pasaran pasar Gawok selalu dinanti oleh orang yang ingin bertransaksi
Nah, begitu juga dengan unggas seperti mentok dan bebek. Ada juga sih ayam. Tapi sekali lagi saat itu saya lagi suka yang ada di bagian hewan ini. Mentok yang terlihat gemuk dan sehat siap dikonsumsi dagingny taua boleh juga dipelihara lagi diambil telurnya’ Daging mentok enak loh dimasak opor atau dimasak rica-rica. Oya sedikit info biasanya pemilk methok menjual hewannya secara borongan . Mungkin 10 ekor atau lebih tergantung usianya dan angkatannya.
Ini bebek-bebek yang mau berpindah majikan ya. Sepertinya bebek-bebek ini sudah siap bertelur dan harganya juga mahal. Pembeli tidak perlu menunggu lama, bebek-bebek ini akan bertelur dalam beberapa hari lagi. Kalau bebek ini pejantan biasanya untuk konsumsi rumah makan bebek penyet dan bebek masak lainnya.
Entah bagaimana membawanya unggas yang akan dijual ini sudah berjajar rapih di tengah pasar ini Hmm biasanya mereka memakai bronjong (keranjang besar yang terbuat dari bambu yang mereka letakkan di bagian belakang sepeda onthel, ataupun sepeda motor mereka)
Meri, alias anak bebek ini juga segera akan berpindah rumah. Banyak peternak yang membutuhkan bibit bebek yang masih meri untuk dibesarkan. Mengamati peminat bebek goreng semakin banyak. Maka orang yang tergerak untuk ternak bebekk pun semakin banyak. Tapi saya tidak melihat rumah makan bebek goreng di sekitar situ.
Sebelum meninggalkan pasar Gawok rasanya ngga afdol buat mas Hubby kalau tidak mapir dulu ke warung yang ada di pasar Gawok. Saya memilih soto sapi dengan teh anget krampul sedangkan mas Hubby nasi pecel belut goreng dan segelas air jeruk hangat
Tak terasa hari sudah siang mas Hubby meras puas mendapat bibit terong dan cabe yang rencananya mau ditanam di kebun sebelah rumah. Kami nenuju parkiran dan pulang menyusuri sawah dengan pemandangan yang adem di mata. Hati juga bersyukur bisa menikmati suasana pedesaan yang kental dengan keikhlasan hidup.
Janji lain waktu mau ngulik lagi ke pasar Gawok dengan melihat sisi lain yang berbeda. Terima kasih ya Allah, Kau beri kesempatan hambaMu untuk selalu bersyukur dengan segala karuniaMU.
sumber;https: https://astutianamudjono.wordpress.com/2016/10/12/klinong-
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar