Sri Sugiastuti

Mendidik dengan hati, berdakwah lewat tulisan, membaca dengan kaca mata 5 dimensi,selalu ingin berbagi dan menjaga silahturahmi. Tulisan adalah warisan yang ber...

Selengkapnya
Navigasi Web
AGUSTUS IDENTIK DENGAN NOSTALGIA PERJUANGAN

AGUSTUS IDENTIK DENGAN NOSTALGIA PERJUANGAN

*Agustus Identik dengan Nostalgia Perjuangan*

_Oleh: Sri Sugiastuti_

Gegap gempita memperingati HUT RI selalu bergema di bumi Indonesia di setiap bulan Agustus. Indonesia yang merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945 saat ini sudah berusia hampir satu abad tepatnya baru 78 tahun. Menuju Indonesia emas mulai saat ini sudah dicanangkan dengan banyak hal yang merujuk pada bagaimana mencerdaskan bangsa ini agar tidak ketinggalan dengan bangsa lain, salah satunya dengan menggalakkan literasi.

Banyak cara yang dilakukan untuk memperingati hari kemerdekaan tersebut. Anehnya dari tahun ke tahun yang lebih dominan adalah aneka lomba yang kadang kurang mendidik hanya sekedar lucu-lucuan dan malah cenderung berbahaya atau melecehkan. Contohnya lomba panjat pinang dan lomba pecah balon, tapi balon yang harus dipecahkan diletakkan maaf di pantat seorang wanita sedang yang memecahkan adalah seorang pria memang kesannya lucu dan menghibur tapi ini sungguh tidak mendidik.

Bulan Agustus untuk warga Solo, selain HUT RI, yang cukup penting adalah peringatan Serangan Umum Kota Solo kejadian itu tepatnya tgl 7-10 Agustus 1949.

Di kota Solo bertepatan dengan peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ternyata pada bulan Agustus ada peristiwa yang cukup heroik /penduduk kota Solo dan sekitarnya. Peristiwa itu terjadi tepatnya tanggal 7 Agustus 1949,Ya 4 tahun setelah Indonesia merdeka tetapi pasukan Belanda masih bertebaran di pulau Jawa.

Awal Agustus 1949, Letnan Kolonel Slamet Riyadi sedang berada di pos Rayon I, wilayah Bekonang, sekitar delapan kilometer sebelah timur kota Solo. Pada saat bersamaan, ia ikut mendengarkan laporan yang disampaikan oleh KaStaf Rayon I, kepada yang diwakilinya yaitu komandan Rayon I (Rayon Timur), dalam rapat yang diadakan oleh Mayor Achmadi selaku komandan SWK 106 Arjuna.

Letkol Slamet Riyadi dari tentara organik sedangkan Mayor Achmadi dari tentara pelajar. Mereka bersatu melawan Belanda yang ingin mengadakan invansi di Indonesia. Peristiwa itu disebut dengan "Serangan Umum 4 Hari di Kota Solo." dan setiap tahun diperingati warga Solo dan sekitarnya.

Sejak kemarin malam acara itu diperingati dari mulai adanya renungan oleh pelaku sejarah bersama generasi kedua dan ketiga, dilanjutkan dengan upacara di Balai kota, tabur bunga ke Makam Pahlawan Kusuma Bakti Solo. Selanjutnya menuju ke satu tempat di mana tempat tersebut menjadi saksi bisu ketika rapat dan strategi dihimpun untuk menyerang pasukan Belanda.

Tempat itu terletak di wonosuko kecamatan Plupuh sekitar 20 km dari kota Solo. di Pendopo itu digelar acara temu kangen antara pelaku sejarah dan anak keturunannya bersama penduduk setempat. Acara yang dihadiri oleh pak camat dan juga Pak Lurah terlihat mengalir dan dinikmati oleh tamu dari Jakarta Jogja Semarang dari kota Solo. Setelah dibuka oleh panitia, pembacaan doa untuk pelaku perang yang sudah gugur ketika perang maupun yang saat ini sudah tiada.

Salah satu Putra pejuang yaitu mas Gatot menyampaikan kisah perjuangan bapaknya dan juga bagaimana sikap dan sifat Bapaknya yang sangat cinta tanah air dan ikut berjuang mempertahankan NKRI harga mati. Pekik Merdeka kembali menggema diucapkan oleh hadirin yang berada di lokasi itu. Panitia Pada kesempatan kali ini memberikan bingkisan kepada 100 orang penduduk di sekitar Desa Wonosuko.

Tiba pada giliran acara ramah tamah ada acara hiburan berupa Solo orgen dengan beberapa alat musik yang lain mengiringi para sesepuh menyanyikan lagu perjuangan dan juga lagu kenangan yang jadi bagian dari saksi perjuangan mereka.

Salah satu Tentara Pelajar yang saat ini sudah berusia 90 tahun tampil ke depan dengan suara bergetar dan penuh perasaan menyanyikan lagu Caping Gunung. lagu ini mempunyai makna yang sangat dalam bagi mereka. hampir di tiap kegiatan bulan Agustus lagu ini selalu menjadi lagu favorit pada tiap kesempatan

Caping Gunung, ciptaan Gesang memang sangat melegenda dan enak untuk dinikmati. Inilah lirik lagunya.

_Dhek jaman berjuang_ _Njur kelingan anak lanang_ _Mbiyen tak openi'_ _Ning saiki ono ngendi_

_Jarene wes menang_ _Keturutan sing digadhang_ _Mbiyen ninggal janji_ _Ning saiki opo lali_

_Neng nggunung_ _Tak cadhongi sego jagung_ _Yen mendhung_ _Tak silihi caping nggunung_

_Sukur biso nyawang_ _Nggunung deso dadi rejo_ _Bene ora ilang_ _Nggone podho loro lopo_

Lagu ini berupa kenangan dan harapan orang tua kepada anaknya. Bila kelak pulang akan memberikan sumbangsih kepada desa tempatnya berjuang.

_Jejak Mengikuti acara SU kota Solo 0708 2018_

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post