Sri Sugiastuti

Mendidik dengan hati, berdakwah lewat tulisan, membaca dengan kaca mata 5 dimensi,selalu ingin berbagi dan menjaga silahturahmi. Tulisan adalah warisan yang ber...

Selengkapnya
Navigasi Web
Bersama Sang Waktu*

Bersama Sang Waktu*

Bersama Sang Waktu*

_Oleh: Sri Sugiastuti_

WA yang ditunggu bu Kanjeng setiap waktu megabarkan bahwa keponakan dan adiknya mau datang dari Jakarta. Seperti biasa selalu ada kejutan dari mereka dan semuanya selalu berhubungan dengan waktu. Itu jadi salah satu ciri khas adik Kanjeng pensiunan seorang dokter yang selalu tidak mau rugi dengan waktu yang ia miliki.

Mereka yang sok sibuk, maksudnya baik bu Kanjeng maupun adiknya banyak memiliki kegiatan yang luar biasa. Bu Kanjeng punya prinsip ingin memuliakan tamu dan bisa mendampingi tamu yang datang dalam setiap acara yang dimiliki. Ini bukan hal yang mudah untuk ku Kanjeng karena ia harus memutar otaknya bagaimana bisa "Klik" antara kegiatan yang ia miliki dengan kegiatan adiknya yang begitu padat dengan rencana perjalanan dalam waktu 3 hari bisa berkunjung Jogja Solo Bandungan dan Semarang.

H-7 dari kedatangan mereka, kontak wa Bu Kanjeng dengan keponakannya mulai intens. Ini sangat penting sehingga bukan jam paham apa acara mereka mau ke mana saja dan bersama siapa. Bu Kanjeng harus cermat membuang beberapa acara yang berbenturan dengan kegiatan adiknya yang mau datang.

"Bude besok Lia sama mama landed di Jogja sore, rencana mau nostalgia ke Malioboro di waktu malam bersama Mak Tuo. Bude kapan bisa gabung sama mama di Jogja?"

" Waduh, sebentar ya Nduk, mau dilihat jadwal kegiatan bude dulu. Nanti kalau persiapan bedah buku bisa beres sebelum Sabtu pagi Bude bisa segera gabung dengan acara Mamamu, besok bude dikabarin lagi" Bu kanjeng membalas WA tersebut.

Akhirnya Jumat malam baru bisa kontak lagi. bukan Jeng terus memantau keberadaan adiknya dan keponakannya. sudah dapat info hotelnya kegiatannya dan juga rencana mereka besok. bukan jam pun tenang dia bisa bergabung bersama adiknya pada hari Sabtu pagi. sementara Jumat malam dia harus menyempurnakan bahan presentasi Bedah buku, kegiatan Bu Kanjeng hari Ahad 12 Agustus 2018.

Sabtu Minggu berada di Jogja harus bersiap dengan kemacetan. sejak Jogja dan Bantul memiliki objek wisata baru, maka kemacetan pun identik dengan Jogja. Karena bu Kanjeng berangkat sendirian, Ia sempat galau transportasi apa yang akan digunakan. pilihan jatuh pada transportasi yang murah meriah langkahnya Menuju Stasiun Balapan mau naik kereta api Prameks. Ia ngintip di internet jadwal kereta yang tepat yang bisa diambil adalah pukul 07.20 dan satu jam sudah berada di Jogya. Rupanya bu Kanjeng belum beruntung. Dia sudah berada di urutan ketiga dari depan ketika dinyatakan tiket sudah habis. Ia harus menunggu pukul 09.30. jadwal KA Prameks berikutnya.

Tetiba ada pembisik di sebelahnya yang memberikan saran bahwa bukan yang bisa naik kereta Logawa Lodaya yang berangkat pukul 07.10.

"Ahay, it's a good idea ," sambut Bu Kanjeng. Ia pun bergeser ke loket sebelah. Mengeluarkan uang pecahan 50 ribu, dan mendapatkan tiket plus uang pecahan 5 ribuan.

Langkahnya bersegera menuju kereta di jalur 5 setelah menunjukkan KTP dan tiket yang dimiliki karena ia hanya punya waktu 5 menit sebelum kereta berangkat. tanpa melihat nomor kursi Kanjeng duduk di kereta yang nyaman dan terlihat kosong dalam satu gerbong hanya berisi 5 sampai 10 orang. Ia sibuk mengeluarkan Tablet android kesayangannya dan mulai dudul keyboardnya. Ia asyik Menulis satu artikel sebagai tugas yang harus disetorkan tiap hari di komunitas menulisnya. Tak terasa kereta tiba di Stasiun Klaten dan kondektur kereta api mulai memeriksa karcis para penumpang.

Pak kondektur yang ganteng dan sopan menegur Bu Kanjeng karena ia salah gerbong, seharusnya ia berada di gerbong bisnis, tetapi ia dengan pedenya menempati gerbong eksekutif. Kanjeng bersegera pindah melewati gerbong restorasi dan akhirnya duduk di gerbong bisnis. Artikel yang dibuat sudah selesai. Matanya pun fokus melihat pemandangan di luar jendela kereta. Terlihat kemersaan Merapi dan Merbabu yang selalu setia sejak dulu.

Tepat waktu. Kereta tiba di Stasiun Tugu. Bu Kanjeng melewati pintu keluar lorong bawah tanah akhirnya bu Kanjeng sampai di halaman pintu keluar Stasiun Tugu di sana sudah banyak jasa transportasi yang menawarkan bu Kanjeng untuk meneruskan perjalanan. harga taksi gojek bentor atau pun becak tradisional. Sebenarnya bukan yang ingin berbagi rezeki dengan transportasi tradisional seperti itu tapi karena penawaran yang diberikan setinggi langit bu Kanjeng pun mundur. Ia rela jalan menjauhi Stasiun Tugu agar bisa memesan transportasi online. 5 menit menunggu grab yang dipesan pun datang.

Bu Kanjeng menikmati udara Jogja di pagi hari. Suasana masih terlihat lengang belum ada kemacetan maka hitungan 10 menit ia sudah tiba di hotel tempat yang dituju. Kegembiraan adik dan keponakan Bu Kanjeng terlihat setelah cipika-cipiki melepas rindu. Ternyata rencana mereka cukup padat merayap. Menghadiri resepsi kerabat, salah satu pejabat di kesehatan Muhammadyah yang di gelar di gedung sportorium UMJ. Lanjut ke Bantul menggunjungi sahabat lama zaman mereka bertugas di Barabai, Kalimantan Selatan. Ingin juga shalat asar di masjid Jogokariyan, dan rencana bermalam di Granting, Prambanan.

Waktu yang bergulir sementara tempat yang dituju berlawanan, maka harus pandai mengatur strategi agar bisa tercover semua kegiatan. Rencana Bu Kanjeng sore sudah kembali di Solo buyar.Tiket Prameks untuk jadwal pukul 17.10. sudah terjual. Menunggu jadwal berikutnya masih lama. Akhirnya naik Bus antar kota jadi pilihan. Setelah didrop di Prambanan, Bu Kanjeng lanjut perjalanan ke Solo.

Bus tak kunjung tiba hingga waktu Maghrib berakhir.Bu Kanjeng mulai gelisah.Lehernya sampai kaku, mata pun lelah memandang ke arah bus datang.Bus berhenti 3 meter dari tempat bu Kanjeng. Ia bersegera baik, dan berusaha berdiri nyaman bermasa penumpang lain yang tidak dapat tempat duduk. di 5 halte pemberhentian, Bu Kanjeng akhirnya bisa duduk di kursi depan, belakang pak Driver.

Seringnya Bus berhenti menurunkan dan menaikkan penumpang membuat bukan Jeng harus bernapas panjang dan memperbanyak sabar. Sementara tukang ngamen pun naik turun menjajakan suara mereka yang merusak telinga penumpang. Tapi itulah sini naik bus antar kota dan bisa mengamati bagaimana orang mengais rezeki di jalan raya.

Akhirnya bus itu pun berhenti di tempat Bu Kanjeng akan mengadakan bedah buku besok pagi. Bersegera ia chek in dan meletakkan barang bawaannya di kamar lalu keluar lagi sebelum bertemu dengan temannya guna briefing untuk kegiatan besok.

Alhamdulillah Bu Kanjeng tersenyum lebar ketika ke ball room, persiapan untuk kegiatan besok sudah tertata rapih. Saatnya menunggu Pak Kanjeng datang sambil melepaskan lelah karena seharian bepergian. Ada resepsi, ada silahturahmi, ada tadabbur masjid juga kuliner. Waktu yang siang dan bisa menjalani kegiatan itu dengan lancar dan banyak kemudahan sungguh sesuatu yang patut disyukuri.

Bersama waktu memang perlu agar terpadu dan berakhir tanpa pilu.

_Red Chillies Hotel Solo_

_1108 2018_

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Bahagia rasanya bisa berkenalan dengan ibu Sri Sugiastuti yang hebat.

26 Aug
Balas

Memadukan waktu supaya bisa harmonis njih bu...

24 Aug
Balas

Benar Bu, dan harus punya kiat jitu

24 Aug



search

New Post