HAMIL LAGI SIAPA TAKUT
HAMIL LAGI SIAPA TAKUT
Oleh: Sri Sugiastuti
Belum genap lima bulan pasca melahirkan aku hamil lagi, sebenarnya dokter melarang aku hamil sampai enam bulan pasca melahirkan dengan alasan rahimku belum pulih. Tapi aku sudah terlanjur telat 3 minggu. Sehingga dokter berusaha mempertahankan janin itu dengan memberi obat penguat rahim, dan beraneka macam vitamin agar aku dan calon bayiku sehat. Aku diminta tidak terlalu memaksa diri untuk bekerja keras terutama menggangkat benda berat.
Aku rajin kontrol ke dokter. Karena aku punya asuransi kesehatan yang bisa aku gunakan, jadi aku bisa memilih dokter yang bagus yang bisa ditanggung asuransi. Aku lebih suka control ke rumah sakit negeri yang jaraknya cukup jauh dari tempat tinggalku. Sampai menginjak usia kehamilan enam bulan lebih. Aku Kontrol terakhir, dokter memeriksa, perutku juga di USG. Dokter menerangkan bahwa posisi janinku sungsang. Beratnya kurang lebih sudah 1,3 kg.
Karena dokter menyarankan aku senam hamil, hari itu juga aku iku senam hamil. Berharap bayiku, kembali ke posisi normal. Selesai senam aku pulang. Jakarta macet, kalu aku naik taxi kemahalan, kalau aku naik bus kelamaan, aku memilih naik bajaj agak ringan sedikit dan bisa cepat.Kebetulan aku sendirian . Bunda atau Pak.Ardani tidak bisa mengantar. Bajaj pun melaju sesuai dengan mauku. Aku ceoat samoai di rumah.
Seperti biasa aku ke kamar mandi pipis, cuci kaki, wudhu berniat sholat dzuhur yang hamper habis waktunya. Belum sempat wudhu, baru mau memberikan alat vitalku, sepertinya ada sesuatu yang basah dan amat mengganggu. Aku langsung berlari dan menunjukkan tanganku yang terkena denda cair itu. Lagi lagi Bunda yang panic. Justru dia yang masuk kamar mandi dan diare.
Setelah itu Bunda langsung mengajakku berkemas dan segera kembali ke rumah sakit.: “Itu namanya slem, kalau Bunda berharap rahimmu kuat. Dan tidak terjadi kontraksi lagi.” Dengan tenang Bunda menjelaskan padaku. Padahal aku tahu dari wajahnya kalau dia menyembunyikan kepanikan itu. Aku berusaha menghubungi suamiku, kuminta untuk langsung menyusul kami di rumah sakit.
Kurasakan kontraksi itu semakin kuat. Aku langsung ditempatkan di ruang kebidanan. Aku segera ditangani, diinfus dan diberi obat penguat rahim. Supaya kontraksi berhenti dan aku harus istirahat total. Menjelang magrib disaat pergantian bidan dan suster jaga. Kontraksi di perutku semakin sering. Malah terjadi pembukaan yang lebih lebar. Akhirnya aku dibawa ke ruang bersalin. Setelah itu mereka sibuk serah terima tugas dan lain lainnya. Aku dibiarkan sendirian di ruang bersalin. Aku sungguh tak tahan, kumiringkan badanku sambil memanggil suster, dan mengejan, bayiku lahir kaki duluan persis seperti kaki kelinci.
Perawat dan bidan masuk lalu membantu proses kelahiran itu, air ketuban muncrat dengan kerasnya menyiram wajah bidan yang sedang menangani proses kelahiran itu.:” Maaf suster, maaf, aku saya tidak tahan” kataku perlahan sambil menahan rasa sakit, Ku dengar suara bayiku lirih dan kaki sebelah kirinya biru, bayi mungil yang penuh dengan bulu kalong. Alhamdulillah bayiku laki laki, aku berharap dia sehat.
Ternyata kondisinya sangat lemah. Bayiku harus masuk incubator agar tidak kedinginan. Pernafasannya pun kata dokter anak yang memeriksanya belum kuat. Dia dibantu dengan slang oksigen untuk bernafas. Suamiku tenang saja menghadapi situasi seperi ini. Sedang Bunda dan Adikku cukup sibuk.Mereka lebih tahu kemungkinan apa saja yang akan terjadi walau itu tidak diharapkan.
Aku menangis ketika melihat temanku sekamar menyusui bayinya yang lahir sehat, dan sedang nenen dengan rakus. Aku juga membayangkan sebentar lagi bayiku datang dan aku siap menyusuinya. Satu jam, setengah hari, sampai esoknya, bayiku tidak diantar ke ruangku. Sementara aku sudah panas dingin dengan payudara bengkak yang berisi asi.
“Maaf Bu bayinya belum bisa minum asi, ini kami bantu dengan susu formula dulu sedikit demi sedikit” Perawat memberi pengertian padaku. Pagi dan sore aku hanya bisa memandangnya dari kejauhan. Setelah itu aku kembali lagi ke kamar dimana aku dirawat. Seminggu aku di rumah sakit menunggu kesembuhan bayiku. Adikku membelikan aku buku” Cara merawat bayi premature” Karena banyak juga bayi yang dilahirkan premature, bisa bertahan dan hidup sehat hingga tua.
Akhirnya dokter memutuskan aku boleh pulang dengan catatan bayiku tetap dirawat di rumah sakit. Aku pulang tanpa menggendong bayi untuk yang kedua kalinya. Tiap hari aku hanya memantau keadaan bayiku lewan telpon kebetulan mbayu tiriku, anak Pak Atmaja yang nomer tiga dinas di rumah sakit itu. Dua minggu pasca aku melahirkan berita buruk datang, Bayiku baru saja diberi obat yang paling ampuh untuk paru parunya. Kalau dia kuat, dia akan sembuh dan bertahan hidup. Kemungkinannya fifty fifty.Ternyata bayiku tidak kuat. Dia harus pergi untuk selamanya. Selamat tinggal sayang. “Kelak jemput ibu di pintu surga ya’ dadaku sesak tak kuat menahan rasa pilu di hatiku. Aku belum diberi kepercayaan untuk menerima amanahMu. Pak Ardani sempat memberinya nama.Alit Kartika Bintara.
Rasa kehilangan membuatku murung. Tapi aku juga sadar bahwa aku tidak boleh larut dalam kesedihan, Aku punya tanggungjawab dan tugas sebagai seorang istri dan ibu dari anak bonus yang kudapatkan dari Pak Ardani. Mereka juga amanah dari Allah yang harus ku bimbing dan ku sayang sepenuh hati. Mereka butuh kasih sayang dan perhatianku.
Untuk kedua kali dalam hidupku di usia produktif aku kehilangan anakku lagi.
“Yaa Allah, aku ikhlas dengan segala ketetapan-Mu. Aku akan mengambil banyak ibrah dengan apa yang sudah Kau tetapakan.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Istriku dah tak mau hamil lagi,Bun!" Salam.
Teringat dengan anak saya yang pertama bun. Karena berat badan hanya 1,2 kg serta paru2 yang belum sempurna akhirnya tetap tidak tertolong
Ikut terhanyut bund, sabar kuncinya. Sukses selalu dan barakallah
Sedih, Bun. Berlinang juga air mata. Mksh, Bun. Tetap menanti kelanjutannya...