Sri Sugiastuti

Mendidik dengan hati, berdakwah lewat tulisan, membaca dengan kaca mata 5 dimensi,selalu ingin berbagi dan menjaga silahturahmi. Tulisan adalah warisan yang ber...

Selengkapnya
Navigasi Web
JADI MAHASISWA LAGI SIAPA TAKUT

JADI MAHASISWA LAGI SIAPA TAKUT

JADI MAHASISWA LAGI SIAPA TAKUT

Oleh Sri Sugiastuti

“ Dan sungguh, telah Kami berikan hikmah kepada Lukman, yaitu” Bersyukurlah kepada Allah! Dan barangsiapa bersyukur kepada Allah, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur (kufur), maka sesungguhnya Allah Mahakaya, Maha Terpuji (QS.Luqman 31:12)”

Aku mengikuti tes masuk untuk kuliah lagi di Pasca Sarjana. Ada dua tes yang aku ikuti test TPA dan tes wawancara. Aku perhatikan peserta tes hampir kebanyakan guru guru muda dari luar kota. Aku yang terlihat paling tua diantara mereka. Ternyata dugaanku benar. Aku yang tertua diantara mereka. Niatku sudah bulat, usia bukan halangan untuk bisa kuliah lagi.

Alhamdulillah aku diterima dan minggu depan perkuliahan sudah dimulai.Mengingat kelas kami kebanyakan dari luar kota jadi kegiatan itu dijadwalkan hanya pada hari Sabtu dan Minggu. Sehingga tidak berbenturan dengan jadwal mengajar kami. Ya rata rata dari kami memang guru yang ingin mengembangkan profesinya ke jenjang yang lebih tinggi.

Bagiku tidak ada kata terlambat. Walau aku sudah punya cucu dan berusia hampir kepala 5, bukan masalah bagiku untuk kuliah lagi. Banyak tuntutan yang harus aku penuhi sebagai mahasiswa, dari mulai biaya yang harus aku keluarkan, waktu, tenaga dan pikiranku, aku juga dituntut tidak Gaptek (gagap teknologi). Aku harus bisa akrab dengan computer, laptop dan berkenalan dengan Mbah Gooogle.

Sejak 3 tahun sebelum aku kuliah sebenarnya di rumah sudah ada komputer yang biasa digunakan anak anakku untuk menyelesaikan tugas tugas, kuliah, atau sekolahnya. Begitu juga di sekolahku, ada lab computer dan semua sudah serba computer. Aku malas memanfaatkan fasilitas itu. Aku lebih suka meminta tolong pada Tata Usaha, atau minta tolong anakku. Setelah aku kuliah lagi, hal ini tidak boleh terjadi, aku harus mengenal computer dan bisa menjadikan media itu sebagai temannku yang bisa menolongku setiap saat.

Aku akhirnya belajar secara autodidak, tanpa guru. Aku diajari si Bungsu cara menghidupkan dan mematikan komputer. Yang aku kesal ketika pertama kali memegamg “Mouse” ternyata tidak semudah ketika aku melihat orang orang yang menggunakan computer sehari hari. Aku belajar berdasarkan coba coba dan belajar dari kesalahan yang aku buat. Semakin sering aku membuka komputer semakin aku mengenalnya dan menggunakannya dengan baik. Walau kadang aku mengalami kesulitan aku akan teriak teriak minta tolong anakku. Atau aku matikan tanpa procedur yang ada. Langsung tombol power kutekan, dan selesai.

Anakku marah ketika melihat caraku yang salah. Komputer itu nanti cepat rusak, kalau aku perlakukan seperti itu. Ya maaf aku memang belum tahu dan masih harus belajar lagi mengenai komputer. Jadi ketika teman temanku presentasi menggunakan Laptop dan LCD, aku harus memperhatikan dengan cermat. Akan tiba giliranku presentasi menggunakan laptop dengan materi yang sudah disimpan di powerpoint.

Punya komunitas baru yang terdiri dari teman teman kuliah yang tidak sebaya, suatu anugerah. Mereka sangat menghormatiku, dan aku bisa dengan mudah beradaptasi dengan mereka, usia bukan penghalang. Ketika mereka tahu bahwa ada 3 dosen yang mengajar kami adalah temankku ketika kuliah, mereka jadi lebih respek lagi kepadaku dan menjadikan aku penghubung untuk kegiatan kegiatan yang berhubungan dengan perkuliahan.

Duduk di ruang kuliah, mendengarkan penjelasan materi dari seorang dosen yang dulu pernah sama sama kuliah 25 tahun silam, rasanya seperti tidak percaya. Tapi itu lah kenyataannya. Segala sesuatu bisa terjadi di dunia ini. Dan aku bukan satu satunya orang yang mengalami hal serupa. Kalau dulu aku memanggilnya dengan namanya, sekarang aku memanggilnya Prof atau Bapak, dia pun memanggilku dengan embel embel Ibu.

Sedang teman kuliahku karena mereka rata rata jauh di bawahku usianya. Mereka memanggilku dengan sebutan Bunda, atau Mom. Ya terserah mereka lah yang penting diantara kami saling menghormati dan kompak ketika mengikuti pelajaran di kampus, atau diskusi mengenai materi perkuliahan. Dalam pengadaan buku penunjang atau literature yang harus kami miliki dan akan digunakan untuk penyusunan tugas, atau materi bahan ujian, semua saling membanu dan bersama sama mencari dari berbagai tempat. Kadang sampai ke perpus UNY, UNNES, atau UNS.

Kami bertekad untuk bisa lulus tepat waktu dan bisa menyerahkan tugas tugas yang diminta para dosen on time. Kebersamaan ini membuat kami bagaikan kelurga besar yang sedang berjuang mewujudkan suatu impian yang indah, walau banyak kendala yang harus kami hadapi.

Tidak setiap perkuliahan aku ikuti dengan full konsentrasi seperti 25 tahun yang lalu. Keadaannya sudah lain. Otakku sudah penuh dengan masalah masalah lain. Kadang aku juga telat datang ke kampus, sehingga tidak maksimal mengikuti perkuliahan. Atau aku harus menjawab telpon dan sms penting yang masuk di HPku. Begitulah suasana kalau orang yang sudah berumur, kebanyakan urusan harus diselesaikan.

Ternyata hal ini dialami bukan hanya aku saja. Malah ada temanku kuliah seorang ibu muda yang lebih ribet lagi urusannya. Karena masih punya 3 anak balita, sementara suaminya berlayar, atau ada juga teman kuliahku yang masih punya bayi tapi justru hamil lagi. Perjuangan kami untuk kuliah lagi dan mengembangkan diri memang banyak tantangannya. Keadaan mereka itu juga yang membuatku jadi semangat untuk bisa menyelesaikan kuliah ini tepat waktu.

Dosen yang mengampu materi perkuliahan tidak semuanya berdomisili di Solo. Ada yang di Jakarta dan Yogya, biasanya beliau lebih suka tugas yang kami kerjakan kami kirim lewat email. Aku yang gaptek terpaksa harus bersusah payah membuat email dan belajar bagaimana mengirim email itu. Alhamdulillah aku bisa punya email dan mengirim tugas tugas yang diminta dosen kami melalui email.

Dalam perkuliahan kami juga dituntut untuk mencari materi penunjang yang harus browsing dari internet atau juga mencari journal yang berhubungan dengan materi perkuliahan. Aku jadi sering ke warnet dan berlama lama disana. Ketika itu modem masih mahal, akses internet lewat telpon rumah pun masih mahal. Jadi cara yang paling praktis ya ke warnet.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Saya juga jadi ingin ikut kuliah lagi buu. Kan mencari ilmu bukan monopoli orang muda. Semangat ya buu, sehat dan sukses selalu.

22 Nov
Balas

Ayo Bu semangat Akhirnya saya tidak gaptek lagi walau kadang lemot

22 Nov

Bunda sudah buktikan bahwa menuntut ilmu tidak mengwnal batas usia. Long life education. Bunda luar biasa. Semangat bunda mampu menyulut rasa malu bagi yang berusia muda untuk tetap semangat. Jazakillah khoir, bunda. Salam sehat dan sukses selalu. Barakallah.

22 Nov
Balas

Aamiin YRA Selalu ada semangat untuk berkarya

22 Nov

Hebat bunda, belajar memang tak kenal waktu. Revisi bund, hrs ada tanda penghubung (-) pd kata yg berulang, tadi sy dikoreksi pak Edi. Jadi sama salahnya dg saya bund, tak ada tanda penghubung. Sukses selalu dan barakallah

22 Nov
Balas

Semangat hebatnya bermanfaat untuk sahabat.Makasih,bun.Pengalaman yg mengesankan.

23 Nov
Balas



search

New Post