Sri Sugiastuti

Mendidik dengan hati, berdakwah lewat tulisan, membaca dengan kaca mata 5 dimensi,selalu ingin berbagi dan menjaga silahturahmi. Tulisan adalah warisan yang ber...

Selengkapnya
Navigasi Web
UPACARA ADAT TEDHAK  SITEN

UPACARA ADAT TEDHAK SITEN

Saya ngaku orang Jawa tapi ngga semua adat Jawa saya jalani atau lestarikan. Padahal Budaya Jawa sangat luar biasa banyaknya dan memiliki makna filosofi yang sangat hebat. Kalau sebelumnya saya sempat posting tentang Adat Siraman pada Calon Penganten Pria. Sekarang saya mau berbagi tentang upacara adat “Thedak Siten” yang saya ikuti pada hari ahad dari jam 09.00 sampai selesai di rumah salah seorang kerabat Kraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.

RM.Madawa Murdiyantara Wasudewa genap berusia 8 bulan atau hitungan Jawa berusia (pitung lapan) adalah putra dari Bapak dr. IDN Suci Anindya Murdiyantoro, SPOT dan Ibu Raj. K Dewi Ambarsari, ST, MA. Bayi ganteng inilah yang akan melaksanakan upacara Tethak Siten yang diisaksikan kerabat dan tamu undangan.

Sekitar jam 9.00 WIB sebagian tamu undangan dan kerabat sudah datang. Saya salah satu tamu undangan sekaligus bagian dari kegiatan Tedhak Siten. Kami yang tergabung dalam pengajian Umi Masyitoh mengawali acara ini dengan membacakan Quran dengan surat dan ayat pilihan. Diawali QS. Luqman 12-19. Yang berupa pesan Luqman kepada anaknya agar patuh pada perintah Allah. Kemudian dilanjut dengan QS.Al Mu’minun 1-9.. Surat ini peringatan dan penjelasan bagaimana seorang mukmin yang sejati. Dan sebagai penutup Kami membaca QS. Ar rahman. Selesai mengaji, kami berbaur dengan tamu undangan dan kerabat.

Setelah saya ikuti secara cermat ternyata acara Tedhak Siten memiliki makna filosofi yang sanagat bagus buat orangtua dan juga anaknya kelak. Upacara ini bertujuan agar si anak kelak tumbuh menjadi anak yang mandiri.

Di usia 8-9 bulan anak menginjakkan kakinya ke tanah (tedak Sinten) yang suata saat nanti Ia yang berasal dari tanah, muali menginjak tanah kelak akan kembali ke dalam tanah. Saya sempat terkaget kaget ketika melihat persiapan dan tempat yang digunakan begitu indah dan terkesan mewah dan elegant. Saya tidak membayangkan andai semua anak di usia melakukan upacara adat seperti ini pasti industri kreatif dari dekor dan lain-lainnya bakal maju pesat.

Saya terpesona dengan pondok yang digunakan untuk siraman si bayi. Pondok cantik dengan hiasan yang sangat serasi.Di dalam pondok ini tersimpan banyu Gege (air yang disimpan dalam tempayan atau bokor selama satu malam. Tapi pagi harinya dihangatkan dengan sinar matahari) Ada juga Kursi tinggi dengan beberapa anak tangga dan di bawahnya terhampar kain batik tulis dengan corak sogan yang diatasnya ada 7 jadah (makanan yang terbuat dari ketan) sebanyak 7 buah. Dan Yang ada di tengah dekat kursi beranak tangga tadi adalah kurungan ayam besar yang beriisi aneka maina anak-anak. Termasuk stetescop dan 2 lembar uang pecahan 50 ribuan berwarna biru.

Saya juga melihat rangkaian Nasi kuning denganpernak perniknya. Ada ayam ingkung, jadah 7 warna dan nasi tumpeng. Benda sakral lainnya ada udhek-udhek (yang berisi uang logam receh kembang dan beras kuning).

Adapun urutan prosesi upacara tersebut adalah:

1. Memandikan bayi bayi dengan Banyu Gege. Diharapkan saat ini dalam keadaan suci, dan kelak ketika meninggalkan dunia diharap juga dalam keadaan suci. Harapan dari semua orangtua yang ada di dunia tentunya.

2. Menginjak bubur chetil. dan diberi warna warni.yang terbuat dari tepung beras Memiliki makna bahwa sang anak menjadi tokoh yang kuat untuk menapaki kehidupan.

3. Menaiki anak tangga yang menuju ke kursi. Ini bermakna bahwa kelak karirnya akan menuju punjak kesuksesan dunia akherat.

4. Masuk ke dalam kurungan ayam.beserta itunya. Kali ini si bayi nangis dan terpaksa sambil minum susu dia dan ibunya memilih mainan yang ada di dalam kurungan itu. Alhamdulillah anak dokter yang dipilih juga statescop. Wah bakal ada 3 generasi dokter kelak. Karena sang kakek juga ahli phatology di Solo. Beliau Prof DR. Ambar Mugdigno. Ini melambangkan kelak ia akan menjadi dokter

5. Membagikan udhek-udhek duit. Makna dari ritual ini adalah agar kelak sang anak jadi ahli sedekah, tidak petil dan kikir.

Akhirnya saya mengucapkan selamat kepada keluarga besar mba Dewi. Begitu saya biasa memanggil Ibunya sang bayi. Semoga upacara simbolis tersebut semata karena nguri uri budaya dimana unsur Allah, manusia dan alam menyatu.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post