MESKI DIA BUKAN ANAKMU
MESKI DIA BUKAN ANAKMU
Aku mendekati kerumunan siswa siswi yang sedang asyik mengobrol di taman sekolah. Mereka menoleh ke arahku dan menyapa dengan sopan, ehh..ada ibu, sembari menjulurkan tangannya untuk menyalamiku dan mengucap assalamu”alaikum, ibu. Situasi yang selalu bisa melelehkan rasa penat dan segala beban pikiran karena tugas yang menggunung setiap kali aku mendengar celoteh anak-anak yang masih mengharapkan banyak asa, terutama dari guru mereka di sekolah. Setiap pagi mereka berlari kecil, tersenyum polos, menggenjot sepeda onthel untuk menimba ilmu di sekolah pilihan mereka, ataupun sekolah yang direkomendasikan oleh orang tua mereka. Perbincangan mengalir ringan dan santai tapi bermakna. Mungkin, semua itu karena suasana yang tidak formal sehingga mereka bisa mengungkapkan isi hati dan pendapat dengan leluasa tanpa ada perasaan sedang diinterogasi oleh ibu kepala sekolah. Mereka tidak menyadari pancingan-pancingan yang kuberikan berkisar tentang figur guru idola yang mereka harapkan.
Kucermati setiap kata yang terlontar dari mulut mungil mereka. Betapa antusiasnya makhluk-makhluk kecil berseragam OSIS itu saat menceritakan tentang guru yang mereka idolakan. Sebaliknya, dahi mereka berkerut, lidah mereka kelu saat bertutur tentang sosok guru yang galak, tidak pengertian, tidak profesional....dan banyak hal lagi.
Aku ingin sekali memenuhi harapan dari sekerumunan siswa yang barangkali juga mewakili ribuan siswa yang ada di tanah air, dengan cara memberikan inspirasi kepada rekan-rekan guru, bahwa mereka adalah sosok yang memegang posisi sentral dalam diri siswa. Mengungkapkan isi pikiran dari hasil wawancara dengan siswa, pengamatan terhadap guru di sekolah, ditambah dengan pengalaman pribadi menjadi guru di beberapa sekolah dengan karakter yang berbeda, mengantarkan aku pada hasrat untuk menulis sebuah buku yang akan aku beri judul Meski Dia bukan Anakmu....Buku ini ingin aku kemas dalam novel inspiratif tentang sosok seorang guru yang diidolakan oleh siswa-siswanya, kerja kerasnya, bagaimana dia memperlakukan siswa-siswanya layaknya dia memperlakukan anak-anak kandungnya di rumah.
Buku tersebut akan aku tulis dengan gaya bahasa yang mengaduk-aduk perasaan pembaca, dengan harapan bisa menyampaikan pesan moral dengan nada yang halus,menyentuh perasaan guru-guru yang membaca, dan bermimpi untuk menjadi tokoh mulia dalam buku tersebut. Tentu saja, isi dari novel ini juga tidak meninggalkan aspek ilmiah tentang kompetensi yang harus dimiliki oleh guru.
Penulis adalah Peserta Pelatihan SAGUSABU Purbalingga
SMP Negeri 1 Kemangkon, Purbalingga
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Bagus! Bahasa tulis yg indah,
makasih pak
Wouw kereen !! Selamat datang di Sagu Sabu, ditunggu bukunya, pasti bagus !
siap mengikuti semangat bundaku yang satu ini...