Saat bertemu keponakan seharusnya aku bisa menahan air mata agar tak jatuh. Karena menangis di hadapannya justru membuat hatinya semakin pilu.

Meski hati sudah kutata, ternyata aku tak kuat juga. Ada rasa yang mengharu biru saat bersua dengannya. Keponakanku yang malang. Ketika masih berusia satu tahun, dia sudah ditinggal ayahnya. Kini, di usia 16 tahun, dia harus kembali merasakan kehilangan orang yang paling dikasihi, ibunya.

"Sabar ya sayang."

Hanya itu kalimat yang mampu terucap. Selebihnya, air mata dan pelukan yang bicara. Ya Allah, jadikan aku bibi yang baik untuknya.

***

Kampung Asa, 8 Mei 2025